Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Mengapa Aku Menikah Part 2

Jembatan (Bridge)    Lanjutan Mengapa Aku Menikah Part 1 Modal minus sudah diberikan Tuhan melalui pernikahan orang lain. Lantas bagaimana aku memulai pernikahanku sendiri? Sebuah pertanyaan yang sangat sulit, saat itu. Banyak kata orang-kata orang yang lalu lalang tak jelas ke kiri dan kanan. Mengapa berkelahi? aku ingin keyakinan. Ada orang yang menakut-nakuti, tetapi ada pula yang menyemangati. Lah iki piye? Sedikit tawa kecil memikirkan betapa uniknya paradoks tersebut. Kok aneh, kalo nikah memang baik kenapa masih ada yang bilang jangan dulu, nanti aja? terus kalo nikah memang tidak baik, kenapa masih ada yang menyemangati untuk disegerakan? Yang bener yang mana? Terus yang memilih menikah nanti, mengapa masih mengutuk pernikahannya padahal sudah nanti?dan beberapa yang menyegerakan sebagiannya ada yang menyayangkan. Jadi sebaiknya bagaimana? Anehnya lagi ada penggiat nikah muda, lalu ada penggiat lawannya yang meredik para penggiat nikah muda di satu forum. Lah i

Mengapa Aku Menikah Part 1

  Prolog Berulang kali tulisan ini aku biarkan terkatung dalam daftar draft .  Kenapa harus aku post? orang yang tidak percaya akan menghina minimal mengingkari. Orang yang percaya tak perlu repot-repot baca ini karna sudah percaya. Orang yang bingung? hm . Karena terhenti pada kalimat tanya itu akhirnya memberanikan diri untuk merampungkan Mengapa Aku Menikah . Cukup banyak yang bertanya "kok bisa sih? gimana ceritanya?" tak sedikit pula yang meminta "di post dong di blog" Pertanyaan bisa kujawab namun postingan blog kadang kutolak.  Modal dari membaca ini mungkin sebuah keraguan. Aku pun menikah berawal dari keraguan, dulu aku ragu karena sebagai seorang mahasiswa kedokteran yang mainstream aku tak punya penghasilan. Namun waktu berjalan akhirnya menyadari bahwa keraguanku bukan semata-mata karena penghasilan. Keraguanku muncul akibat aku lemah ilmu, tak punya ilmu mengenai pernikahan. Tak perlu aku jelaskan panjang lebar mengenai pencarian orang, sia

Koas kok gak Belajar?

Analogi dan Fenomena  "Kalian itu yang nantinya ngerawat saya kalau saya sakit. Kalau kalian gak pinter lah gimana saya nanti? Terus ketika kalian sudah praktik mandiri, pasien datang ke kalian minta tolong. Kalau kalian gak ngerti, gimana kalian mau nolong?" Salah satu konsulen terbaik kami, stase THT RSST Klaten "Heran saya sama temanmu. Koas kok mbolosan (suka bolos), yang butuh kan dia bukan saya" Salah satu curhatan tentang koas saya juga gak tahu Dinamika sosial yang kalau diperhatikan hampir semua bahkan mungkin semua interaksi sosial seperti itu. Ada orang yang sungguh-sungguh, pertengahan, dan sungguh-sungguh di tempat yang lain. Frasa halus dari meninggalkan yang seharusnya dikerjakan (dibahas kemudian). Semua orang adalah pemerintah terhadap tubuhnya sendiri, sudah termasuk akal dan qalbu (nafs atau hati).  Namun seringkali terjadi otomatisasi atau di dunia medis dapat dikatakan refleks, padahal untuk memperoleh refleks, orang tersebu

Koas Teladan dan Keunikan yang Mereka Miliki

Lewat sudah 20 menit untuk mencari ide. Cari ke dalam otak yang sekarang ternyata kosong, cari ke masa lalu masih juga kosong, sampai buka artikel-artikel lama dan akhirnya ketemu. Kali ini tentang dua insan yang aku temui saat koas bedah FK UGM di Banyumas. Stase besar yang paling menyenangkan dari sisi waktu kosong (waktu mandiri). Anggap saja namanya Fulan1 dan Fulan2, agar mereka tidak malu kisahnya aku beberkan di sini. Fulan1 dengan Fulan2 sebenarnya punya perbedaan yang sangat besar, yaitu berat badan. Namun keduanya masyaAllah, pengetahuan agamanya bukan main. Penting untuk diketik, bahkan mungkin paling penting. Keduanya tidak meninggalkan ilmu dunia , mereka berdua cerdas, yang satu sering juara olimpiade yang satunya lagi dipercaya banyak orang dalam tindakan kedokteran. Takdir Allah aku bertemu mereka di Banyumas ketika kami bertiga punya banyak waktu luang. Di saat yang bersamaan tepat sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Alhasil pergilah kita pada beberapa malam

Koas dan Lima Kebahagiaan di Dalamnya

Sudah hampir dua tahun aku dan teman-teman mengenyam pendidikan dokter muda (koas). Cukup sering juga cerita dibagikan di blog ini karena koas sangat berbeda dengan sarjana kedokteran. Kalau S.ked ikuti alur saja sudah cukup, namun tidak dengan koas. Di koas perlu tahu tips dan trik yang tidak tertulis jika tak mau waktu terbuang sia-sia. Tiada padahal Ada Seperti fase hidup pada umumnya, suka duka itu selalu silih berganti. Kali ini aku ingin bercerita tentang 1 tahun yang lalu. Bertempat di RSUD Banyumas dan RSUP DR. Sardjito. Uniknya, draft artikel ini aku buat sebelum hari pertama stase radiologi, namun ketika hari pertama stase radiologi, apa yang ingin aku tuliskan di sini seperti bocor dan disampaikan oleh dr. Lina dan mba Dian. Asiknya stase saraf Banyumas zamanku dulu (seharusnya belum berubah), kita memiliki cukup waktu untuk belajar. Kadang, koas lain mengartikannya sebagai jalan-jalan ke Purwokerto. Namun jangan dipikir banyak waktu tersebut membuat kita bodoh. Kare

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi

Satu Kebutuhan Koas yang kadang Lupa: Nikah atau Karir

Yeay! Dua bulan terakhir sebelum kami merdeka , insyaAllah. Bersamaan dengan pergantian tahun, berganti pula rotasi klinik menjadi persiapan UKMPPD. Jika zaman dulu kita mengenal Ujian Nasional (UN), UKMPPD adalah UN-nya anak FK. Saya dengar target FK UGM adalah lulus 100%, semoga tercapai aamiin. Di satu sisi, berarti kami (koas) harus kerja cerdas agar dapat bergandengan tangan dengan fakultas mencapai target tersebut. Menariknya, kebutuhan UKMPPD pasti diingat oleh koas dan difasilitasi oleh fakultas. Berbeda dengan apa yang ingin saya bahas. Merdeka -- bebas dari penghambaan, berdiri sendiri, tidak terikat, lepas dari tuntutan (KBBI, 2017) -- adalah dambaan setiap koas. Mungkin dambaan setiap peserta didik setidaknya di bidang kedokteran. Sudah rahasia umum bahwa beberapa sistem pendidikan kedokteran menuntut sistem pertahanan diri yang baik agar tetap sehat (terutama sehat jiwa). Oleh karena itu kemerdekaan adalah oase jika berada di tengah gurun pasir tersebut.  

Koas Penyakit Dalam FK UGM

Koas Ilmu Penyakit Dalam FK UGM Halo semua pembaca! lama tidak berjumpa di ruang maya ini. Semoga teman-teman, bapak, ibu, semuanya dalam keadaan sehat. Kali ini aku ingin bercerita tentang stase besar terakhirku. Kisah nano-nano yang tak terlupakan, tentunya tiap bagian hidup kita memiliki keunikan dan spesialnya masing-masing. Ini kisahku Sepuluh minggu tulang punggung dokter umum. Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap bagian lain, IPD memang menyumbang peran besar. Sewajarnya punggawa ilmu penyakit dalam (IPD) menginginkan koasnya pintar-pintar. Berbagai program telah disiapkan oleh dosen-dosen kita yang luar biasa. Program pertama adalah bimbingan koas. Aku rasa tidak ada cerita khusus di bimbingan koas. Tips belajar sebelum stase?  Maaf ya menurutku pribadi tidak perlu. Saranku perdalamlah ilmu yang disukai; ilmu jual beli yang baik? ilmu agama? ilmu-ilmu yang bermanfaat yang mau diamalkan. Manfaatnya dobel; manfaat belajar + manfaat mengamalkan. Mengapa tidak perlu belajar

Ketahanan Individu, Berbuat Baik itu Pilihan

Debat Besar Beberapa bulan lalu "Eh aku pengen ngasih hadiah ke X deh" "Lah ngapain Gah?" "Karna X udah baik banget" "Lah kan itu kewajiban beliau sebagai ***" "Iya ngerti, tapi gak semua *** baik banget ke kita" "Iyasih, tapi itu gratifikasi Gah" Semua orang di sana menentang ideku untuk memberikan sebuah penghargaan kepada X yang telah baik. Saat itu, sampai saat ini, menurutku berbuat baik itu pilihan. Kita sama-sama tahu bahwa ada kewajiban yang melekat di setiap jabatan, gelar, apa pun yang melekat. Bahkan manusia pun punya kewajiban sebagai seorang manusia. Namun, tidak semua orang menjalankan kewajibannya. Pun menjalankan, ada pula yang setengah hati, mengerjakan semaunya sendiri. *** Definisi Baik Banyak kesalahpahaman mendefinisikan baik sebagai suatu pemanjaan terhadap sebuah aktivitas. Banyak pula yang mengklarifikasi bahwa "baik" tidak melulu lunak. Baik di dalam pendidikan kami artikan s

Apakah menjadi dokter bisa bahagia? Temukan jawabannya di sini

Memperkenalkan まいまい/めいめい (dikasih nama sama pandhu). Kucing adopsiannya amek/zakky yang dapet dari temannya teman doi. Kita bertiga punya andil dalam merawat si まいまい Kenapa dipost? Karna saya punya cerita menarik #sok. Jadi untuk teman2 yang fk, tau sendiri koas abis jaga malam penatnya kaya apa. Untuk teman2 non-fk anggaplah seperti kerja lembur semalaman di kantor dan baru bisa pulang besok paginya. Capek dan males banget gaksih. Begitu pulang dari jaga malam, kita bertiga (sendiri-sendiri tapi) disambut sama まいまい. Baru naro tas nih, tiba-tiba dia lari entah dari mana nyamperin dan ngeong ngeong. Mungkin kalo ada konyaku penerjemah dia bilang おかえり なさい (welcome back). Asik banget tuh abis penat penat dari RS, disambut sama まいまい yang lucu tapi ngerepotin. Dah tuh abis ngeong-ngeong elus dikit diem. Laper kan abis jaga, yaudah makan. Tapi sayangnya まいまい gakmau ditinggal sendirian. Alhasil lompatlah dia ke kursi meja makan dan ngeong lagi. Udah mau manjat meja makan tuh. Sebelu

Hari Terakhir RSUD Banjarnegara

00:54 tiba-tiba tangan menulis hari terakhir banjar Part 1. salah satu yang paling bikin kangen rsud ini adalah kenyamanan untuk ngurusin pasien bangsal. setiap ke bangsal kita ngobrol sama perawatnya. bisa banget kita tanya gimana hasil lab udah keluar belum, gds, usg, dan lainnya. perasaan memiliki bangsal yang sangat berharga untuk pendidikan. "Pagi mbak/pagi mas" "Pagi dokk" "Ada pasien baru gak hari ini?" "Ada dok semalem 2. Nomor ini dan ini" "Mbak/mas dawet yang enak di sini dimana ya?" "Oh di pasar. Di *ini ini ini*" "Eh masnya udah mau selesai ya koasnya?" "Ya aamiin deh mbak desember insyaAllah selesai" "Oh pantes ya keliatan kalo manajemen pasien" Dan lain sebagainya Minimal kita mengerjakan kewajiban koas. lebih bagus lagi bisa ngobrol hal hal ringan non-medis. secara tidak langsung mengajarkan apa itu inter-professional education. suplemen luar biasa dari textbook

Terima Kasih Dokter Thomas

#Koas FK UGM Ilmu Penyakit Dalam RSUD Banjarnegara Hari ini tugas refleksi kasus kami rampung *yeay*. Namanya dr. Thomas Effendi spesialis penyakit dalam. Konsulen kesayangan kami di Banjarnegara yang sangat kami hormati. Kebaikan hati beliau disimpan oleh puluhan mungkin ratusan koasnya. Sebut saja dr. Endro, residen penyakit dalam yang dulu koas di tempat yang sama, masih menyimpan kesan betapa baiknya dr. Thomas.                 ‘ One of the best consultant and teacher that I ever met’ terkesan berlebihan memang. Namun, kalau kita tanya ke pensiunan koas IPD Banjarnegara, siapa yang tidak mengiyakan? Kebaikan pertama: sudah jadi omongan langit bahwa koas IPD di Banjar benar-benar menjadi dokter muda. Loh kan situ memang dokter muda?. Yes, tapi tidak melulu dokter muda bisa menjadi dokter muda. Di Banjar, kita benar-benar memanajemen pasien, keputusan kita benar-benar dianggap. Kasarnya hidup matinya pasien, memburuk membaiknya pasien, ada peranan kita di situ, suatu hal y

Virus Ceria di Tengah Pancaroba

拝啓  Di suatu senja ketika matahari mulai terbenam, sebagai koas yang tengah jaga malam aku seperti biasa pergi ke bangsal. Koas pun menyapa "sore pak/sore bu" namun tak ada balasan, dilihat pun tidak. "pak/bu saya di sini loh. saya di sini" dalam hati. Adakah selama ini aku menyapa sendiri? yah bertepuk sebelah tangan. Baiknya senyumin aja, siapatahu yang disapa sedang ada masalah besar atau pernah disakiti oleh koas (jangan salah, banyak juga koas kurang ajar soalnya). Fenomena macam itu sejujurnya cukup sering saya alami sebagai koas, namun perlu penilitian lebih lanjut. Hipotesa saya dari 10 sapaan, ada sekitar 3-4 yang pungguk merindukan bulan. tapi yang saya sayangkan, fenomena tersebut malah mendorong koas untuk berhenti menyapa duluan. Apakah karna takut cinta tak berbalas? atau ada faktor lain? beberapa bilang "buat apa nyapa tapi dijutekkin?" Benar juga sih. Aku pun kadang enggan menyapa karena takut. Padahal, kadang rezeki dimulai dari sapaan,

Koas Bedah Banyumas dalam Sepenggal Kata

RSUD Banyumas, luar kota yang sejauh ini paling klik (setelah RSA). Bukan karena SNI, namun karena gabungan semua aspek yang menjadikan RS ini jodohnya koas. Variabilitas kosan, keramahan perawat, kesukarelaan konsulen dalam mengajar, dekatnya dengan Purwokerto sampai dengan tempe mendoan. Ilustrasi Jodoh Hari pertama seperti biasa administrasi. Satu-satunya hari dimana kita dapat berangkat 07.30. Sisa hari lainnya menjadi rutinitas bahwa kaki di sini harus melangkah sekitar pukul 6 (koas saraf, anak, IPD). Namun bedah dan jiwa cukup spesial karena dapat plusplus dari 6. Kegiatan koas bedah dimulai bergantung pada visite residen. Jika residen visite jam 7, kita bisa berangkat dan visite pribadi sebelum pukul 7. Bergantung jumlah pasien yang kita visite dan kompleksitas keadaan. Kalau residen visite pukul 6.30, ya disesuaikan. Setelah visite pagi, dilanjutkan visite/poli/IBS sesuai dengan titah konsulen hari itu. Entah mengapa semua koas banyumas bisa serentak,