Langsung ke konten utama

Hari Terakhir RSUD Banjarnegara

00:54 tiba-tiba tangan menulis

hari terakhir banjar

Part 1.
salah satu yang paling bikin kangen rsud ini adalah kenyamanan untuk ngurusin pasien bangsal. setiap ke bangsal kita ngobrol sama perawatnya. bisa banget kita tanya gimana hasil lab udah keluar belum, gds, usg, dan lainnya. perasaan memiliki bangsal yang sangat berharga untuk pendidikan.

"Pagi mbak/pagi mas"
"Pagi dokk"
"Ada pasien baru gak hari ini?"
"Ada dok semalem 2. Nomor ini dan ini"

"Mbak/mas dawet yang enak di sini dimana ya?"
"Oh di pasar. Di *ini ini ini*"

"Eh masnya udah mau selesai ya koasnya?"
"Ya aamiin deh mbak desember insyaAllah selesai"
"Oh pantes ya keliatan kalo manajemen pasien"
Dan lain sebagainya

Minimal kita mengerjakan kewajiban koas. lebih bagus lagi bisa ngobrol hal hal ringan non-medis. secara tidak langsung mengajarkan apa itu inter-professional education. suplemen luar biasa dari textbook atau pun lecture. karena karakter dibentuk dari kenyataan, bukan teori meskipun teori juga penting.

apa yang kita dapat dari interaksi bangsal anyelir rsud banjarnegara benar-benar partnership. Beliau mengajarkan apa itu saling menghargai, apa itu mengayomi. Pak Agus, mbak Hery, mas Damar, dan semua perawat anyelir yang tak bisa saya sebutkan satu per satu.

Dimulai dari obrolan ringan meskipun canggung, berani aja kan niat kita baik. Kita yang mulai dulu menandakan bahwa kita terbuka. Dijawab dengan kesadaran penuh, minimal kita ditengok, menandakan bahwa beliau-beliau siap membantu. Pada akhirnya akrab juga dan semoga Tuhan memberikan berkah kepada bapak ibu, guru kami. Apa yang di sisi Allah lebih baik dari apa pun di dunia ini, meskipun materi dari kami tidak ada sama sekali.

***
Part 2.
Seringkali kita menemui orang yang tercukupi secara materiil tetapi tidak ada satu pun senyum yang mampu mengerutkan otot luar matanya. mas damar pun bilang "saya mah mending gaji cukup ya tapi hidup saya bahagia daripada gaji lebih tapi ya begitu"

Malam terakhir pun ketika kita ngobrol dengan residen ada topik tentang kerja, keluarga, dan kenyamanan hidup. sebenarnya untuk apa sih kita bekerja? untuk siapa? kalau kita bekerja untuk keluarga, lah kenapa keluarga kita gak bisa ngerasain kehadiran kita? kalau kita bekerja untuk Tuhan, lalu mengapa justru kerjaan membuat kita luput dari bersyukur, berbuat baik, dan berakhlak mulia.

Kadang tekanan akibat kerjaan justru membuat kita menyulitkan orang lain, lupa Tuhan, lupa untuk apa kita bekerja untuk apa kita hidup. Kenyamanan hidup -- keseimbangan -- lahir dari manusia yang memilihnya. kebahagiaan adalah suatu proses pilihan. namun kadang di tengah jalan tak sengaja berpisah. Lagi-lagi hanya manusia yang memilih seimbang yang dapat kembali bertemu kenyamanan.


Part 1: bagaimana rsud banjar ngingetin kita tentang asiknya hidup. Hidup dijalani dg seimbang antara kerja-istirahat, berbuat baik, suasana menyenangkan.

Part 2: bekal untuk setelah Banjar. Kalau keadaan kerjaan menekan jangan sampai kita malah menyulitkan orang, lupa Tuhan, lupa bersyukur, dan lupa untuk apa kita hidup/bekerja. Karena semua itu pilihan, pilihlah kebahagiaan dan bahagiakan orang lain.


copyright to amgah.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi

Pidato dan Gombal di Musim Pancaroba

Pidato: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua dan segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karna berkat rahmat dan karunianya kita dapat berdiskusi di dunia maya ini. Pada kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan sebuah pidato tentang musim pancaroba. Dewasa kini banyak sekali terlihat penyakit di lingkungan saya. Saat ini sedikitnya 5 orang telah terjangkit demam berdarah dan belasan lainnya terjangkit pilek. Di musim pancaroba ini hendaknya kita lebih extra waspada untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Kita juga harus memerhatikan lingkungan dengan buang sampah pada tempatnya mulai dari diri sendiri. Sampah-sampah dapat menjadi tempat genangan air bersih. Genangan air tersebut adalah SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH! Maka dari itu saya menghimbau kepada seluruh teman-teman untuk menjaga lingkungan kita jangan sampai orang terdekat kita menjadi korban dari ganasnya demam berdarah. Di mulai dari diri sendiri, dari yang kecil, dan dar

Terima Kasih Dokter Thomas

#Koas FK UGM Ilmu Penyakit Dalam RSUD Banjarnegara Hari ini tugas refleksi kasus kami rampung *yeay*. Namanya dr. Thomas Effendi spesialis penyakit dalam. Konsulen kesayangan kami di Banjarnegara yang sangat kami hormati. Kebaikan hati beliau disimpan oleh puluhan mungkin ratusan koasnya. Sebut saja dr. Endro, residen penyakit dalam yang dulu koas di tempat yang sama, masih menyimpan kesan betapa baiknya dr. Thomas.                 ‘ One of the best consultant and teacher that I ever met’ terkesan berlebihan memang. Namun, kalau kita tanya ke pensiunan koas IPD Banjarnegara, siapa yang tidak mengiyakan? Kebaikan pertama: sudah jadi omongan langit bahwa koas IPD di Banjar benar-benar menjadi dokter muda. Loh kan situ memang dokter muda?. Yes, tapi tidak melulu dokter muda bisa menjadi dokter muda. Di Banjar, kita benar-benar memanajemen pasien, keputusan kita benar-benar dianggap. Kasarnya hidup matinya pasien, memburuk membaiknya pasien, ada peranan kita di situ, suatu hal y