Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2012

“Guru” Ilegal di SMA Labschool Jakarta

Artikelku kali ini membahas tentang suatu peristiwa mendebarkan yang aku rasakan sendiri. Semua bermula dari persiapan Ujian Nasional tahun 2012. Aku yang bersekolah di SMA Labschool Jakarta menemukan beberapa “Guru” ilegal. “Guru” ini baru aktif mengajar ketika menjelang UN, kemunculannya secara tiba-tiba dan sembunyi-sembunyi. Menurut kabar kupu-kupu yang terbang di sana sini, “Guru” ini tidak mendapatkan gaji satu rupiah pun. Anehnya, “Guru” ini tetap mengajar. Kira-kira apa motivasi mereka? Bagaimana akhirnya, apakah ketahuan? Jumlah pasti mereka tidak diketahui, gerakannya yang gerilya sulit dideteksi. Diperkirakan ada belasan “Guru” ilegal yang mengajar selama persiapan UN. Mereka biasa mengajar di sekolah atau di rumah salah satu murid. Sejauh otak memutar, aku mengetahui empat di antaranya; M Dimas Abdul Aziz Cakaradewa, Ganang Rizky Nugraha, Lady Aurora, dan Abdi Marang Gusti Alhaq. Aku tak tahu banyak soal M Dimas AAC, tapi aku tahu banyak tentan

Ilusi

Mengapa memilih fatamorgana oase jika ada oase asli. Tak sabar akhirnya terakuisisi. Terkadang ilusi membuat lupa diri. Ternyata setiap hati, harus berhati-hati.

Setetes Air Hujan

Jika aku jatuh, aku mau menjadi setetes air hujan.   Walau aku terpecah, aku tetap setetes air hujan.   Meskipun terbagi aku tetap setetes air hujan. Setetes air hujan yang tak marah pada awan di langit. Awan yang menjatuhkanku ke bumi. Awan yang tak mau menangkapku kembali.  Awan yang mengkhianati air dan udara. Agar ada syukur walau aku tersungkur. Pemberhenti keluh dikala jatuh. Menjadi berkah walau aku rengkah. Melegakan setiap pengharap walau akhirnya aku terserap. Biarlah aku menjadi setetes air hujan. Jatuh  namun tetap tersenyum menatap ke langit, menanti kehadiran indahnya pelangi. Lupa apa itu jatuh karena akhirku terserap. Biarkan aku menjadi setetes air hujan yang tetap berguna walau tak sempurna.  Sumber Gambar: upload.wikimedia.org

Belajar dari Ariel Peterpan

Aku lebih suka membahas tentang hikmah di balik sebuah kesalahan. Dibanding mencaci maki, menyumpah, atau menggunjing. Biarlah nafas kebaikan menghembus mengganti udara hitam yang lalu. Mengeyampingkan segala hal yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran hidup. Fokus pada hikmah, hidayah, makna dari sebuah peristiwa. Puisi Ariel  (video) “Jika saya bercerita sekarang. Maka itu hanya akan membuat sebagian orang memaklumi saya dan sebagian lagi akan tetap menyalahkan saya. Tetapi itu juga akan membuat mereka memaklumi, dunia yang seharusnya tidak dimaklumi. Dan tidak ada yang dapat menjamin, apakah semua dapat memetik hal yang baik dari kemakluman itu atau hanya akan mengikuti keburukannya. Maka saya lebih baik diam. Jika saya bersuara sekarang. Maka itu hanya akan membuat saya terlihat sedikit lebih baik dan beberapa lainnya terlihat sedikit lebih buruk sebenarnya. Maka saya lebih baik diam. Jika saya berkata sekarang. Maka akan hanya ada caci maki dari li

Tuhan, Jadikanlah Aku Orang yang Berserah Diri

Tuhanku Yang Maha Pemberi. Terima kasih atas pemberianMu. Semua yang Engkau beri di luar kuasaku. Semua yang Engkau beri di luar bayanganku. Semua yang Engkau beri, semua ujianku. Beberapa ujianku tak aku sadari. Beberapa ujianku begitu pilu. Beberapa ujianku begitu indah. Tuhan, apakah aku lulus? Tuhan, maafkan hamba-Mu yang kadang ragu. Tuhan, maafkan hamba-Mu yang kadang lupa diri. Tuhan, maafkan hamba-Mu yang kadang larut dalam dosa. Maafkan aku, Tuhan. Inikah ujian yang waktunya tak disampaikan. Aku bertanya pada jam dinding. Aku bertanya pada jam tangan. Percuma,  semua diam membisu. Menanti waktunya tiba. Kuserahkan diriku padaMu. Aku lemah Tanpa-Mu. Tuhan, tolonglah aku. Ujianmu begitu bervariasi. Godaan begitu merasuki. Tuhan, lindungilah aku dalam mempertahankan diri. Tuhan, jadikanlah aku orang yang berserah  diri. Sumber Gambar: http://gamais.itb.ac.id

Para Pencari Iklan

22 Juli 2012. Pagi ini berbeda dari biasanya. Aku yang notabenenya tak penyuka iklan, kini menjadi pemerhati iklan. Biasanya jika iklan datang, remote bertindak. Kini iklan datang, aku share di grup sosial media. Temanku bilang, aku Sang Pemerhati Iklan Indonesia. Aku bilang, aku hanya butuh tontonan yang berharga. Mengisi liburan tanpa arah merupakan hal yang membosankan. Berada di depan laptop atau televisi menjadi hal yang lumrah bagi sebagian orang, termasuk bagiku. Hanya saja, aku mau kegiatanku bermanfaat. Yang aku tak sangka, kebermanfaatan aku temukan di iklan. Di antara ribuan iklan, pendar iklan bermakna masih ada. Ada iklan yang membuat konsumen menitikkan air mata. Ada iklan yang mengundang derai tawa. Ada juga iklan yang menopang kepeceryaan diri seorang manusia. Iklan-iklan tersebut layak diapresiasi dan masuk pikiran konsumen. Layaknya sales marketing produk bersangkutan, aku membagikan link-link video iklan di facebookku “Amgah Al-haq.” Iklan per

Akibat Nihil Ide

Beberapa hari ini aku kehabisan ide untuk menulis. Hari-hariku hanya diisi dengan bermain civilization 5 . Gemuruh dalam hati terus memaksaku untuk tetap menulis. Namun tetap saja nihil ide. Akibatnya dua post terakhirku bisa dibilang gagal. Gagal menarik minat pembaca dan gagal dalam sistematika penulisan. Namun aku ingat kata Pak Mario Teguh "Habiskan jatah gagalmu selagi engkau masih muda" Yasudah aku habiskan saja jatah gagal itu. Post yang berjudul "Corak Rasa di Hari Pertama Sekolah" Aku nilai gagal karena kurang menarik. Post-nya pun pendek dan hanya membeberkan fakta umum yang mungkin semua orang sudah tahu. Hanya saja dibalut dengan bahasa konotasi yang menurutku anggun. Namun tetap saja gagal menarik minat pembaca, huh . Post yang berjudul "Aku Gemuk (M) dan Aku Bangga" Aku nilai gagal karena sistematika penulisan yang berantakan. Post yang satu ini terlihat mengambang dan baru fokus di akhir ketika membahas rumput tet

Corak Rasa di Hari Pertama Sekolah

            Hari pertama masuk sekolah kebanyakan jatuh pada 16 Juli 2012. Menilik sisi unik hari ini, hari pertama sekolah memiliki banyak corak rasa. Beragam corak yang dilukis oleh orang-orang yang mau terjun dalam satu kanvas, hari pertama sekolah.             Pelukis utama, pelajar senior. Para pelajar senior sendiri tidak kompak dalam membuat corak warna hari pertama sekolah. Sebagian menganggap hari pertama sekolah sebagai hari semua malapetaka dimulai. Ketika mereka harus mencurahkan jiwanya untuk belajar dan mengorbankan waktu bersantai. Sedangkan sebagian lainnya menganggap hari ini adalah hari kemerdekaan, merdeka dari liburan yang membosankan. Bertemu dengan teman seperjuangan dan menebarkan ranjau canda.             Pelukis sampingan, pelajar junior. Kebanyakan dari pelajar junior melukis hari pertama sekolah dengan tinta ketakutan.  Bayang-bayang senioritas yang terkadang disalahgunakan menyelimuti benak para pelajar junior. Keluar dari zona aman dan menghadapi li