Yeay! Dua bulan terakhir sebelum kami merdeka, insyaAllah. Bersamaan dengan pergantian tahun, berganti pula rotasi klinik menjadi persiapan UKMPPD. Jika zaman dulu kita mengenal Ujian Nasional (UN), UKMPPD adalah UN-nya anak FK. Saya dengar target FK UGM adalah lulus 100%, semoga tercapai aamiin. Di satu sisi, berarti kami (koas) harus kerja cerdas agar dapat bergandengan tangan dengan fakultas mencapai target tersebut. Menariknya, kebutuhan UKMPPD pasti diingat oleh koas dan difasilitasi oleh fakultas. Berbeda dengan apa yang ingin saya bahas.
Merdeka -- bebas dari penghambaan, berdiri sendiri, tidak terikat, lepas dari tuntutan (KBBI, 2017) -- adalah dambaan setiap koas. Mungkin dambaan setiap peserta didik setidaknya di bidang kedokteran. Sudah rahasia umum bahwa beberapa sistem pendidikan kedokteran menuntut sistem pertahanan diri yang baik agar tetap sehat (terutama sehat jiwa). Oleh karena itu kemerdekaan adalah oase jika berada di tengah gurun pasir tersebut.
Setelah koas, mereka bilang kita akan internship. Saya kurang sepakat dengan hal itu, saya lebih setuju menyebutnya dunia kerja. Internship menurut hemat saya adalah perpanjangan tangan koas (berlatih keterampilan). Sebuah sistem yang pasti dijalani seorang mahasiswa FK yang mau menjadi dokter aktif. Sebuah alur yang diatur undang-undang dan tak ada kemerdekaan di dalamnya. Mau praktek kedokteran? internship (titik).
Tidak mau menjadi dokter aktif? Nah ini. Tidak semua mahasiswa FK ingin menjadi dokter. Lah terus ngapain kamu kuliah kedokteran? disuruh orangtua, awalnya ingin tapi setelahnya lain, dan lain-lain. Di sinilah letak kemerdekaan koas sesungguhnya. Bebas dari penghambaan, berdiri sendiri, dan lepas dari tuntutan. Di sinilah masing-masing koas dapat memilih masa depan, ke mana kita akan berlabuh?
Pemilihan karir kadang terlupakan karena berbagai alasan. Ah sudahlah nanti juga tau, aduh saya aja lulus masih empot-empotan, lah koas pasti jadi dokter kan? aku mau spesialis titik. Waktu saya dulu menjabat sebagai ketua organisasi, seringkali orang non-kedokteran berkomentar "anak FK tu keliatannya terkurung di dunianya sendiri ya?" Jawaban pertama saya pasti tertawa, haha. Namun pada tanggal 15 Oktober 2017, FK UGM melayangkan program inovasinya. Fakultas seakan menyadarkan anak didiknya bahwa "oi, pilihan karir tuh banyak loh, ini nih kita kasih kalian inspirasi, kalian itu gak melulu spesialis, banyak jalan dan semuanya baik. Spesialis juga baik, tapi kita punya banyak selain spesialis." Hmm, sebuah kebutuhan.
Di koas ketika rotasi klinik akan melihat setiap departemen yang ada di dalam sistemnya. Namun dari sekian banyak departemen, adakah kepemerintahan? peneliti independen? bisnis yang ternyata otaknya dokter? spesialis pun tidak semua spesialis ada di koas. Lalu ada satu bagian yang mesti digali lebih dalam agar mampu merasakannya, yaitu jiwa sosial, kemauan, dan kemampuan membuat lembaga sosial. Alumni berbagi FK UGM menyajikan cerita inspiratif yang semoga membantu koas merdeka memilih masa depannya.
***
Apa yang saya dapat dari Alumni Berbagi
1. Majalah EFKAGAMA
- sekarang sudah waktunya internasionalisasi. Indonesia bersaing dengan luar negri, bukan lagi sikut-sikutan antar-pribadi
2. dr. Yulianto Prabowo, M.Kes - kepala dinas kesehatan Jawa Tengah
- Dokter juga perlu ada di struktural, suatu kebutuhan terutama kepala dinas kesehatan. Kerja di kepemerintahan bukanlah hal yang tabu. Menjadi bermanfaat adalah impian setiap insan, kepemerintahan juga wadah untuk menjadi bermanfaat.
- tertarik? insyaAllah ada jalan
- sebenarnya manusia dapat melakukan lebih dari kemampuannya, jikalau ia bekerja di dalam tim dan tidak ada yang mempermasalahkan siapa yang menjadi 'bintang'. Sudah bukan zamannya lagi sikut-sikutan karena uang atau kekuasaan. Sekarang saatnya bergandengan tangan untuk berkembang bersama bersaing dalam kebaikan.
3. dr. Gideon - founder k24
- belajar dari kegagalan menjadi spesialis, malah lebih enak menjadi founder k24. Pendapat pribadi, kalau saya mending menjadi founder k24 daripada spesialis.
- ada loh dokter yang entrepreneur. Bukan ada lagi sih, banyak, dan semua profesi sebenarnya mampu menjadi entrepreuner. Hanya saja calon dokter sering terkurung di dalam dunia kedokterannya.
- Mencapai kesuksesan di bidang bisnis butuh tim yang solid.
4. Sri Hidayati, S.ked
- seorang petualang yang anti-mainstream. Hidup adalah pilihan, ibu sri adalah salah satu dari beberapa orang yang mampu mengambil jalur anti-mainstream dan tetap hidup serta bermanfaat.
- mendirikan rumah belajar dan mengaji di daerah "merah"b\
- dipetik jiwa sosialnya, kemauan dan kemampuan membuat lembaga sosial. Bermanfaat untuk orang yang "dilupakan". Anak-anak yang mungkin terlantar, karena berada di daerah yang orang pandang sebelah mata.
- dipetik jiwa sosialnya, kemauan dan kemampuan membuat lembaga sosial. Bermanfaat untuk orang yang "dilupakan". Anak-anak yang mungkin terlantar, karena berada di daerah yang orang pandang sebelah mata.
- facebook-nya dan awal ceritanya
5. dr. Yodi Christiani
- mendirikan lembaga penelitian independen yang bermula dari keresahan terhadap perbudakan di salah satu provinsi Indonesia. Ternyata ada loh perbudakan di Indonesia dan itu sudah turun-menurun
- penyedia informasi berbasis penelitian sebagai data untuk advokasi kepada pemerintah. Tidak mudah untuk mendirikan suatu lembaga penelitian independen terutama stabilitas keuangan dan keamanan. Namun dr. Yodi dan teman-temannya mampu. Sambil bertahan sambil membantu pemerintah membuka mata
- ini lembaga penelitiannya
- memberikan manfaat sosial dengan jalur penelitian independen.
Bidang lain yang belum diceritakan; peneliti(an) institusi, pendidik/dosen, PPDS (forensik, patologi anatomi, mikrobiologi klinis, kedokteran okupasi), Magister (kesehatan masyarakat) boleh tanya di kolom komentar atau hubungi penulis langsung
Kesimpulan:
Semua minat memiliki rizkinya masing-masing. Karunia Allah Maha Luas untuk semua manusia. Tekuni bidang yang diminati lalu uang menyusul belakangan, insyaAllah ada aja rizki dan jalannya.
Kalimat terakhir -- penutup mainstream -- dari penulis. Rasulullah berkata "Jadilah sebaik-baiknya manusia, manusia yang bermanfaat untuk orang lain" dalam hadits yang dihasankan oleh al-abani dalam shahilul jami no.3289
***
p.s; penulis tidak membahas pernikahan di artikel ini. Padahal menikah juga merupakan kebutuhan beberapa koas yang kadang dilupakan. Hal tersebut memang sebuah pilihan yang tidak melulu harus sekarang. Namun apakah tidak baik untuk mengetahui kebaikan yang terdapat di dalamnya?
Sedikit pemantik untuk pembaca yang tergelitik tentang pernikahan. Bermanfaatkah jika sekarang? jika nanti? Adakah dosa tersembunyi jika sekarang? jika nanti? Persiapankah yang mengusik atau kah rasa takut di dalam diri? Bukankah kita memiliki detik hingga menit, indahkah jika jam pun digunakan untuk membangun pribadi yang kuat diri? Tuhan kah tujuan akhir?
Sedikit pemantik untuk pembaca yang tergelitik tentang pernikahan. Bermanfaatkah jika sekarang? jika nanti? Adakah dosa tersembunyi jika sekarang? jika nanti? Persiapankah yang mengusik atau kah rasa takut di dalam diri? Bukankah kita memiliki detik hingga menit, indahkah jika jam pun digunakan untuk membangun pribadi yang kuat diri? Tuhan kah tujuan akhir?
sumber gambar:
https://i.ytimg.com/vi/pHWkyZsl0fo/maxresdefault.jpg
copyright to amgah.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar