Sudah hampir dua tahun aku dan teman-teman mengenyam pendidikan dokter muda (koas). Cukup sering juga cerita dibagikan di blog ini karena koas sangat berbeda dengan sarjana kedokteran. Kalau S.ked ikuti alur saja sudah cukup, namun tidak dengan koas. Di koas perlu tahu tips dan trik yang tidak tertulis jika tak mau waktu terbuang sia-sia.
Seperti fase hidup pada umumnya, suka duka itu selalu silih berganti. Kali ini aku ingin bercerita tentang 1 tahun yang lalu. Bertempat di RSUD Banyumas dan RSUP DR. Sardjito. Uniknya, draft artikel ini aku buat sebelum hari pertama stase radiologi, namun ketika hari pertama stase radiologi, apa yang ingin aku tuliskan di sini seperti bocor dan disampaikan oleh dr. Lina dan mba Dian.
Asiknya stase saraf Banyumas zamanku dulu (seharusnya belum berubah), kita memiliki cukup waktu untuk belajar. Kadang, koas lain mengartikannya sebagai jalan-jalan ke Purwokerto. Namun jangan dipikir banyak waktu tersebut membuat kita bodoh. Karena ketika jam kerja, dokter Laksmi sudah siap membombardir kami dengan pertanyaan yang kalau dihitung tak cukup jari tangan dan kaki.
Jam koas kami jelas, berangkat pukul sekian untuk visite bareng residen, lanjut visite dokter Laksmi, dan terakhir antara poli atau bimbingan. Setelahnya? Mandiri, seringkali mandiri tersebut dimulai pukul 13.00, kadang 14.00, kalau "beruntung" 14.30/15.00 namun sangat jarang. Kejelasan waktu tersebut membuat kami efektif dalam belajar, tidak ada waktu yang terbuang dalam penantian panjang tanpa kepastian.
Banyak ilmu kami dapatkan dari pengeboman dokter laksmi selama visite beliau. Kami bertiga sepakat bahwa dr. Laksmi bukan spesialis saraf. Maksud kami, penguasaan beliau tentang disiplin ilmu lain yang berkaitan dengan saraf sangat luar biasa. Kalau beliau tahu kami paham, biasanya beliau tidak melanjutkan pertanyaan. Tetapi kalau kami kelihatan tidak tahu, pertanyaan tersebut terus berlanjut seperti machine gun.
RSUP DR. Sardjito, minimal ada dua kelebihan stase saraf Sardjito. Pertama adalah pembagian jam "kerja" jaga yang jelas (karena jobdesk jelas) dan kedua adalah hubungan senior-junior di dalam pendidikan spesialis. Mari kita bahas satu per satu dimulai dari "Demi Masa"
Lanjut ke hubungan senior-junior residen. Sejauh yang aku amati, senior-junior di sini sangat saling asah-asih-asuh. Kalau salah ya ditegur, kalau benar diberikan penghargaan, dan dalam menegur ada etikanya. Kerja sama antar-residen dipupuk dari kebersamaan bukan dipupuk oleh keterpaksaan. Sebuah lingkungan yang sangat bernilai jika memang itu yang terjadi di lapangan. WAW adalah tiga huruf yang cukup menggambarkan perbedaan antara sistem tersebut dengan feodalisme yang mengatasnamakan kehormatan.
Epilog, bagiku merupakan keajaiban tersendiri ketika apa yang ingin kusampaikan ternyata disampaikan oleh banyak orang lain. Terlebih, banyak orang lain di situ merupakan orang-orang yang dihormati yang menunjukkan kebaikan di setiap langkah hidupnya. Salah duanya adalah dokter Lina dan Mba Dian yang memberikan pengarahan awal di Radiologi. Singkatnya:
- Radiologi itu jelas pembagian waktunya dan jelas kalian ngapain aja selama koas radiologi
- Banyak tugas tapi banyak pula waktu bebas. Kami sudah prediksi pasti kalian cukup waktu
- Kalau butuh sesuatu tanya saja, tanya dengan etika nanti kita fasilitasi. Kami terbuka, silahkan kalian aktif. Kalau perlu apa-apa kami siap
sumber gambar:
https://i.ytimg.com/vi/Q_p4utSzYtM/maxresdefault.jpg
https://mysosiologi1.blogspot.co.id/2016/12/pengertian-feodalisme-dan-keruntuhannya.html
copyright to amgah.blogspot.com
Tiada padahal Ada |
Asiknya stase saraf Banyumas zamanku dulu (seharusnya belum berubah), kita memiliki cukup waktu untuk belajar. Kadang, koas lain mengartikannya sebagai jalan-jalan ke Purwokerto. Namun jangan dipikir banyak waktu tersebut membuat kita bodoh. Karena ketika jam kerja, dokter Laksmi sudah siap membombardir kami dengan pertanyaan yang kalau dihitung tak cukup jari tangan dan kaki.
Jam koas kami jelas, berangkat pukul sekian untuk visite bareng residen, lanjut visite dokter Laksmi, dan terakhir antara poli atau bimbingan. Setelahnya? Mandiri, seringkali mandiri tersebut dimulai pukul 13.00, kadang 14.00, kalau "beruntung" 14.30/15.00 namun sangat jarang. Kejelasan waktu tersebut membuat kami efektif dalam belajar, tidak ada waktu yang terbuang dalam penantian panjang tanpa kepastian.
Banyak ilmu kami dapatkan dari pengeboman dokter laksmi selama visite beliau. Kami bertiga sepakat bahwa dr. Laksmi bukan spesialis saraf. Maksud kami, penguasaan beliau tentang disiplin ilmu lain yang berkaitan dengan saraf sangat luar biasa. Kalau beliau tahu kami paham, biasanya beliau tidak melanjutkan pertanyaan. Tetapi kalau kami kelihatan tidak tahu, pertanyaan tersebut terus berlanjut seperti machine gun.
Ilustrasi Machine Gun |
Trik tidak tahu jawaban: buka browser dan cari jawabannya. Beliau mengizinkan.Stase mandiri kami di Banyumas sangat bahagia. Kami diberikan pilihan bebas untuk menimba ilmu di sana. Diberikan PR-PR selama bimbingan, lalu silahkan cari dan gali ilmu sesuka kalian dengan cara kalian sendiri. Pembagian waktu yang jelas, waktu mandiri yang cukup, dan "kebebasan" adalah harta karun kami di dalam sistem pendidikan kedokteran.
RSUP DR. Sardjito, minimal ada dua kelebihan stase saraf Sardjito. Pertama adalah pembagian jam "kerja" jaga yang jelas (karena jobdesk jelas) dan kedua adalah hubungan senior-junior di dalam pendidikan spesialis. Mari kita bahas satu per satu dimulai dari "Demi Masa"
Demi Masa.Di dalam surah tersebut Rabb kita -- Allah -- berfirman bahwa sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Pada hakikatnya, dasarnya, prinsipnya manusia itu merugi. Tuhan yang berfirman, bukan aku, bukan manusia lain, tidak ada keraguan di dalamnya. Namun di dalam ayat selanjutnya Allah berfirman
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian (QS Al Ashr 1-2)
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (QS Al Ashr 3)Lantas apa hubungannya dengan jaga saraf sarjito? Pengalamanku jaga saraf sangat memfasilitasi kita untuk mengerjakan amal saleh yang nikmat. Ada amal saleh yang nikmat (ibadah contohnya) ada amal saleh yang -- hm, tidak nikmat? menantang? -- merupakan mengatasi kemungkaran supaya datang kebenaran (contoh: ada orang marah-marah, amal saleh kita kalau sabar. Susah bukan untuk sabar? lebih enak marah balik atau mengeluh di belakang). Nah saraf bisa banget ibadah karena jobdesk jelas, jam A-B-C-D cek ini itu, di antaranya bebas mau ngapain, istirahat jam sekian, bangun jam sekian, kerjain ini itu lagi terus bisa solat tahajjud lalu lanjut istirahat. Selamat beribadah :)
Lanjut ke hubungan senior-junior residen. Sejauh yang aku amati, senior-junior di sini sangat saling asah-asih-asuh. Kalau salah ya ditegur, kalau benar diberikan penghargaan, dan dalam menegur ada etikanya. Kerja sama antar-residen dipupuk dari kebersamaan bukan dipupuk oleh keterpaksaan. Sebuah lingkungan yang sangat bernilai jika memang itu yang terjadi di lapangan. WAW adalah tiga huruf yang cukup menggambarkan perbedaan antara sistem tersebut dengan feodalisme yang mengatasnamakan kehormatan.
Ilustrasi feodalisme |
- Radiologi itu jelas pembagian waktunya dan jelas kalian ngapain aja selama koas radiologi
- Banyak tugas tapi banyak pula waktu bebas. Kami sudah prediksi pasti kalian cukup waktu
- Kalau butuh sesuatu tanya saja, tanya dengan etika nanti kita fasilitasi. Kami terbuka, silahkan kalian aktif. Kalau perlu apa-apa kami siap
sumber gambar:
https://i.ytimg.com/vi/Q_p4utSzYtM/maxresdefault.jpg
https://mysosiologi1.blogspot.co.id/2016/12/pengertian-feodalisme-dan-keruntuhannya.html
copyright to amgah.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar