Karena partus-partus sebelumnya selalu ngeliat ibu teriak-teriak kesakitan. kali ini saya memberanikan diri untuk megang pasien dari awal sampai akhir. bisa gak ya ibunya lebih nyaman lebih tenang sehingga gak teriak?
setelah ngobrol-ngobrol, sambil edukasi cara mengejan, dan bagaimana sakitnya kontraksi his itu. saya ambil kesimpulan ada beberapa kebutuhan si ibu yang belum terpenuhi agar dapat menjadi lebih tenang. 1) anak pertama, belum tau pengalaman lahiran normal 2) ada kerenggangan antara pasien dan penunggu saat itu 3) suaminya seperti takut dan si istri pengennya suami memberanikan diri
berdasarkan sok tau itu saya coba memberanikan diri untuk edukasi. supaya kebutuhan nomor 1 terpenuhi. alhasil bener aja si ibu penasaran terhadap beberapa hal dan cukup banyak bertanya. di akhir kita tutup dengan kalimat2 yang semoga aja bisa menguatkan si ibu dalam menahan rasa sakitnya.
sambil evaluasi persalinan (meletakkan tangan di perut ibu untuk menilai kontraksi his) di tengah-tengah kok si ibu megang tangan saya. waduh bahaya juga kalo suaminya cemburu gimana. akhirnya setelah selesai menilai kontraksi his saya izin pergi.
gak lama kemudian, di evaluasi yang selanjutnya. ternyata saya mendapati si ibu dan suaminya sedang berpegangan tangan. alhamdulillah suaminya ngerti dan kebutuhan no.3 pun terpenuhi.
bener aja selama fase sakit-sakitnya sampai lahiran, alhamdulillah si ibu gak pernah teriak sekali pun, Maksimal bilang ke saya kalau sakit banget dan rasanya gak kuat. kita yakinin aja kalau ibu pasti kuat dan ibu udah diberi amanah Allah untuk punya bayi, suatu hal terkeren yang hanya diberikan kepada ibu bahkan tidak semua ibu.
lahiran pun alhamdulillah lancar, ibu aman, bayi aman.
"Mengapa kita memberi setengah ketika kita mampu memberi penuh? Mengapa kita beri setengah ketika orang yang ingin kita beri worth it untuk diberikan penuh? Berilah perhatian penuh sesuai porsi dan kapasitas, niatkan untuk ibadah, niatkan untuk membahagiakan orang lain."
***
Pertama kali ikut SC dan dikasih kesempatan oleh dr. laili jadi asisten bersama 2 asisten operasi yang lain. operasi dimulai dengan pembacaan status pasien lalu berdoa. bismillah operasi pertama pakai mode steril.
operator dr. laili yang sudah piawai tetap memberikan kesempatan pada koasnya yang butiran debu. pasti ada aja amanah yang dr. laili coba berikan kepada kita. "dek kamu pegang ini. dek ayok di dep. dek sekarang kamu kaya gini." dan dek dek seterusnya. padahal itu menjelang tengah malam yang logikanya pasti ingin cepat selesai agar cepat pulang.
yang unik dari operasi ini. 2 as.op lain 1nya bapak-bapak 1nya lagi mas-mas ada 1 orang yang "ih". yang bapak-bapak udah ketemu di ruang ganti dan cukup ramah. semua berawal dari koas yang amatiran.
ketika dr. laili bilang A, saya melakukan A tetapi kurang baik, si mas X langsung ngeluh dan ngambil alih kerjaan A. dr. laili lalu memberitahukan apa kesalahan saya dan ke depannya tetap memberikan amanah A. walaupun si mas X kadang masih ngeluh. senang rasanya ketika kerjaan A bisa juga dilakuin dan si X diem.
positive thinking mungkin si mas X capek kali ya, pengen cepet pulang. atau memang asisten operasi harslah seperti itu, bersikap tegas. tegas memang mutlak, tapi saya rasa perasaan "kamu tidak bisa dan saya bisa" haruslah dihapuskan dari kamar operasi
pesan saya. hati-hati terhadap rasa "saya bisa dan kamu tidak bisa". bisa jadi kebisaan itu timbul karena kita lebih dahulu belajar sedangkan orang lain baru saja belajar. lalu suatu saat nanti orang lain itu menjadi lebih bisa daripada kita. atau ternyata orang yang kita remehi itu punya suatu keahlian yang sangat kita butuhkan.
Orang bijak bilang "jangan pernah remehkan orang lain. Kamu tidak akan pernah tahu apa yang dapat terjadi di masa depan"
Kalau punya ilmu lebih hebat, amalkanlah ilmu tersebut pada kebaikan, dan bagikanlah agar menjadi amal yang terus menerus.
Disadur dari akun line @amgah
copyright to amgah.blogspot.com
sumber gambar:
momjunction.com
glamox.com
setelah ngobrol-ngobrol, sambil edukasi cara mengejan, dan bagaimana sakitnya kontraksi his itu. saya ambil kesimpulan ada beberapa kebutuhan si ibu yang belum terpenuhi agar dapat menjadi lebih tenang. 1) anak pertama, belum tau pengalaman lahiran normal 2) ada kerenggangan antara pasien dan penunggu saat itu 3) suaminya seperti takut dan si istri pengennya suami memberanikan diri
berdasarkan sok tau itu saya coba memberanikan diri untuk edukasi. supaya kebutuhan nomor 1 terpenuhi. alhasil bener aja si ibu penasaran terhadap beberapa hal dan cukup banyak bertanya. di akhir kita tutup dengan kalimat2 yang semoga aja bisa menguatkan si ibu dalam menahan rasa sakitnya.
sambil evaluasi persalinan (meletakkan tangan di perut ibu untuk menilai kontraksi his) di tengah-tengah kok si ibu megang tangan saya. waduh bahaya juga kalo suaminya cemburu gimana. akhirnya setelah selesai menilai kontraksi his saya izin pergi.
gak lama kemudian, di evaluasi yang selanjutnya. ternyata saya mendapati si ibu dan suaminya sedang berpegangan tangan. alhamdulillah suaminya ngerti dan kebutuhan no.3 pun terpenuhi.
bener aja selama fase sakit-sakitnya sampai lahiran, alhamdulillah si ibu gak pernah teriak sekali pun, Maksimal bilang ke saya kalau sakit banget dan rasanya gak kuat. kita yakinin aja kalau ibu pasti kuat dan ibu udah diberi amanah Allah untuk punya bayi, suatu hal terkeren yang hanya diberikan kepada ibu bahkan tidak semua ibu.
lahiran pun alhamdulillah lancar, ibu aman, bayi aman.
"Mengapa kita memberi setengah ketika kita mampu memberi penuh? Mengapa kita beri setengah ketika orang yang ingin kita beri worth it untuk diberikan penuh? Berilah perhatian penuh sesuai porsi dan kapasitas, niatkan untuk ibadah, niatkan untuk membahagiakan orang lain."
***
Pertama kali ikut SC dan dikasih kesempatan oleh dr. laili jadi asisten bersama 2 asisten operasi yang lain. operasi dimulai dengan pembacaan status pasien lalu berdoa. bismillah operasi pertama pakai mode steril.
operator dr. laili yang sudah piawai tetap memberikan kesempatan pada koasnya yang butiran debu. pasti ada aja amanah yang dr. laili coba berikan kepada kita. "dek kamu pegang ini. dek ayok di dep. dek sekarang kamu kaya gini." dan dek dek seterusnya. padahal itu menjelang tengah malam yang logikanya pasti ingin cepat selesai agar cepat pulang.
yang unik dari operasi ini. 2 as.op lain 1nya bapak-bapak 1nya lagi mas-mas ada 1 orang yang "ih". yang bapak-bapak udah ketemu di ruang ganti dan cukup ramah. semua berawal dari koas yang amatiran.
ketika dr. laili bilang A, saya melakukan A tetapi kurang baik, si mas X langsung ngeluh dan ngambil alih kerjaan A. dr. laili lalu memberitahukan apa kesalahan saya dan ke depannya tetap memberikan amanah A. walaupun si mas X kadang masih ngeluh. senang rasanya ketika kerjaan A bisa juga dilakuin dan si X diem.
positive thinking mungkin si mas X capek kali ya, pengen cepet pulang. atau memang asisten operasi harslah seperti itu, bersikap tegas. tegas memang mutlak, tapi saya rasa perasaan "kamu tidak bisa dan saya bisa" haruslah dihapuskan dari kamar operasi
pesan saya. hati-hati terhadap rasa "saya bisa dan kamu tidak bisa". bisa jadi kebisaan itu timbul karena kita lebih dahulu belajar sedangkan orang lain baru saja belajar. lalu suatu saat nanti orang lain itu menjadi lebih bisa daripada kita. atau ternyata orang yang kita remehi itu punya suatu keahlian yang sangat kita butuhkan.
Orang bijak bilang "jangan pernah remehkan orang lain. Kamu tidak akan pernah tahu apa yang dapat terjadi di masa depan"
Kalau punya ilmu lebih hebat, amalkanlah ilmu tersebut pada kebaikan, dan bagikanlah agar menjadi amal yang terus menerus.
Disadur dari akun line @amgah
copyright to amgah.blogspot.com
sumber gambar:
momjunction.com
glamox.com
Komentar
Posting Komentar