Langsung ke konten utama

Jadilah Seperti Ban




3 Agustus 2012. Pukul 23 lewat 23 aku menulis ini, sebuah rangkaian kata tentang ban.
Hari itu -- hari jumat – aku merasakan di mobilku ada yang ganjil.
Menyetirku menjadi was-was dan resah.
Cerita ini bukan tentang setan atau hantu. Ini tentang sebuah ban, banku kempes ternyata.

Dari ban yang kempes aku berpikir, Jadilah seperti ban.
Mengendalikan tekanan agar dapat berjalan. Menjaga agar tekanan tidak terlalu tinggi atau terlalu redah.
Jika tekanan ban terlalu tinggi, ban pecah dan rusak
Tapi, bukankah Tuhan telah berpesan bahwa Tuhan tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Jadi... Aku harus percaya bahwa tekanan banku tidak pernah terlalu tinggi. Tekanan banku selalu cukup.

Tekanan ban juga tidak boleh terlalu rendah. Jika tekanan rendah berarti bannya kempes, seperti yang aku alami semalam.

Jika ban kempes, ban berputar sambil merintih melintasi jalanan ibukota yang sangar. Merintih karena tak mampu menahan beban mobilku, mau pun beban bel klakson orang belakang.

Jadi... Tekanan yang rendah membuat ban tertatih-tatih ya... Mau berjalan dengan mantap jadi susah. Banku tak lagi bulat, ada sudut yang rusak. Semua karena kehilangan tekanan.

Hm terus.. Bagaimana agar banku dapat berjalan sempurna? Menjadi gagah dan bulat lagi.

Otakku berputar dan memilih satu poros “Tempat pengisian Nitrogen.”

Di sana aku melihat tulisan “Tekanan Ban.”

Sambil melapor pada petugas bahwa banku kempes, aku menanyakan beberapa hal yang sepertinya tidak penting.

“Mas, mas gak ngantuk mas?”
“Ah, enggak kok dek.”
“Itu mas lagi ngukur apa? Kok ada psi, psi-nya?”
“Itu dek, kalau orang sopan sebelum melewati orang di hadapannya. Orang itu bilang, psi pak, psi.”
“Itu bukannya permisi ya mas?”
“Oh ya kurang lebih gitu dek.”
“Mas, itu tekanan ban kan ya. Ban emang gak stres dikasih tekanan terus?”
“Tanya aja sama ban-nya dek. Udah nih, udah selesai semua.”

Setelah menyelesaikan transaksi, aku kembali melaju. Nampaknya si mas terlihat sedikit kesal, entah kenapa, mungkin sudah ngantuk.

Wah ajaibnya banku sekarang sudah kembali bulat. Berputar gagah melintasi jalanan malam, tak ada sudut yang renta. Semua berkat tekanan.

Jadi... banku harus diberi tekanan baru agar kembali melaju sempurna.

Dari sebuah ban kempes aku belajar kebaikan Tuhan yang kadang terlupakan.

Subhanallah.

Sumber Gambar: tyresglasgow.co.uk



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pidato dan Gombal di Musim Pancaroba

Pidato: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua dan segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karna berkat rahmat dan karunianya kita dapat berdiskusi di dunia maya ini. Pada kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan sebuah pidato tentang musim pancaroba. Dewasa kini banyak sekali terlihat penyakit di lingkungan saya. Saat ini sedikitnya 5 orang telah terjangkit demam berdarah dan belasan lainnya terjangkit pilek. Di musim pancaroba ini hendaknya kita lebih extra waspada untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Kita juga harus memerhatikan lingkungan dengan buang sampah pada tempatnya mulai dari diri sendiri. Sampah-sampah dapat menjadi tempat genangan air bersih. Genangan air tersebut adalah SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH! Maka dari itu saya menghimbau kepada seluruh teman-teman untuk menjaga lingkungan kita jangan sampai orang terdekat kita menjadi korban dari ganasnya demam berdarah. Di mulai dari diri sendiri, dari yang kecil, dan dar

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi

Koas Penyakit Dalam FK UGM

Koas Ilmu Penyakit Dalam FK UGM Halo semua pembaca! lama tidak berjumpa di ruang maya ini. Semoga teman-teman, bapak, ibu, semuanya dalam keadaan sehat. Kali ini aku ingin bercerita tentang stase besar terakhirku. Kisah nano-nano yang tak terlupakan, tentunya tiap bagian hidup kita memiliki keunikan dan spesialnya masing-masing. Ini kisahku Sepuluh minggu tulang punggung dokter umum. Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap bagian lain, IPD memang menyumbang peran besar. Sewajarnya punggawa ilmu penyakit dalam (IPD) menginginkan koasnya pintar-pintar. Berbagai program telah disiapkan oleh dosen-dosen kita yang luar biasa. Program pertama adalah bimbingan koas. Aku rasa tidak ada cerita khusus di bimbingan koas. Tips belajar sebelum stase?  Maaf ya menurutku pribadi tidak perlu. Saranku perdalamlah ilmu yang disukai; ilmu jual beli yang baik? ilmu agama? ilmu-ilmu yang bermanfaat yang mau diamalkan. Manfaatnya dobel; manfaat belajar + manfaat mengamalkan. Mengapa tidak perlu belajar