Langsung ke konten utama

Dilema Sosial Tenaga Kesehatan; Buah Simalakama


              Suatu hari aku mendapat seorang pasien IGD, sebut saja pak X. Pak X datang di malam hari mengeluhkan nyeri yang amat sangat. Ternyata tak hanya nyeri telinga yang ia keluhkan, tapi juga nyeri kepala yang tak tertahankan. Jika tidak minum anti-nyeri, ia menskor nyerinya 10 dari 10 (paling sakit). Ketika minum obat, nyerinya menjadi 4 atau 5 dari 10. Usut punya usut ternyata terdapat sekret di telinga kirinya yang ia keluhkan sakit.
                Dulu, pak X pernah mengeluarkan sekret darah dan nanah dari telinga kiri, tetapi sudah seminggu ini tidak pernah lagi mengeluarkan sekret telinga. Ketika kami coba periksa gendang telinga, pandangan kami tertutup oleh sekret. Alhasil dokter Jessica melakukan aural toilet (membersihkan liang telinga), setelah itu liang telinga menjadi bersih dan gendang telinga dapat dinilai. Gendang telinganya masih bagus, jika digambar kira-kira seperti ini;

Gendang Telinga

Tentu saja gambar ini sangat tidak ideal ya, dibuat dengan touchpad laptop yang notabenenya susah diatur. Masalah pak X ternyata terdapat di liang telinganya, setelah dibersihkan tampak liang telinga agak kemerahan dan membengkak, ciri khas dari adanya inflamasi di liang telinga. Bahasa medisnya Otitis Eksterna Difusa (OED). Dokter Jess memberikan edukasi ke pak X mengenai OEDnya; penyebab, proses perjalanan penyakit, pengobatan, dan informasi-informasi lain yang diperlukan. Telinga pak X pun berkurang nyerinya.
Namun, masalah tak berhenti di situ. Selama proses pemeriksaan THT, kami ber-3 (dr. Jess, aku, dan aldo) menggali satu permasalahan lain. Nyeri kepala pak X yang sangat menyakitkan ternyata berasal dari suatu tumor di kepala. Pak X memiliki tumor kepala yang namanya makroadenoma hipofisis (kata dokter residen saraf di IGD). Letak tumor pak X berada di tengah-tengah jalur saraf penglihatan. Jika digambar akan seperti ini

     
Makroadenoma Hipofisis
Letak tumor tersebut sangat berbahaya untuk fungsi penglihatan. Ketika ditanya, pak X sebenarnya sudah 16 hari dirawat di Rumah Sakit akibat tumor otaknya, pak X disarankan untuk operasi tetapi masih belum siap. Kami pun bertanya kenapa pak X belum siap. Pak X menjawab
          “Dek, saya takut buta. Kata dokter, kalau dioperasi ada risiko saya bisa buta”
          “Tapi pak, tumornya terletak di tengah-tengah saraf mata ke otak, kalau membesar dan tidak dioperasipun bapak punya risiko kebutaan”
          “Iya dek, saya juga sudah dikasih tau sama dokter. Saya juga bingung, kalau tidak dioperasi saya bisa buta. Kalau dioperasi pun saya juga bisa buta. Saya gakboleh buta dek, saya masih punya tanggungan 2 anak. Kalau saya buta, anak saya makan apa dek. Anak saya masih kecil-kecil, mereka masih sangat bergantung sama saya”

          Permasalahan-permasalahan buah simalakama ini akan terus ditemui oleh tenaga kesehatan. Apa yang bisa kita lakukan?

copyright to amgah.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pidato dan Gombal di Musim Pancaroba

Pidato: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua dan segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karna berkat rahmat dan karunianya kita dapat berdiskusi di dunia maya ini. Pada kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan sebuah pidato tentang musim pancaroba. Dewasa kini banyak sekali terlihat penyakit di lingkungan saya. Saat ini sedikitnya 5 orang telah terjangkit demam berdarah dan belasan lainnya terjangkit pilek. Di musim pancaroba ini hendaknya kita lebih extra waspada untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Kita juga harus memerhatikan lingkungan dengan buang sampah pada tempatnya mulai dari diri sendiri. Sampah-sampah dapat menjadi tempat genangan air bersih. Genangan air tersebut adalah SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH! Maka dari itu saya menghimbau kepada seluruh teman-teman untuk menjaga lingkungan kita jangan sampai orang terdekat kita menjadi korban dari ganasnya demam berdarah. Di mulai dari diri sendiri, dari yang kecil, dan dar

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi

Koas Penyakit Dalam FK UGM

Koas Ilmu Penyakit Dalam FK UGM Halo semua pembaca! lama tidak berjumpa di ruang maya ini. Semoga teman-teman, bapak, ibu, semuanya dalam keadaan sehat. Kali ini aku ingin bercerita tentang stase besar terakhirku. Kisah nano-nano yang tak terlupakan, tentunya tiap bagian hidup kita memiliki keunikan dan spesialnya masing-masing. Ini kisahku Sepuluh minggu tulang punggung dokter umum. Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap bagian lain, IPD memang menyumbang peran besar. Sewajarnya punggawa ilmu penyakit dalam (IPD) menginginkan koasnya pintar-pintar. Berbagai program telah disiapkan oleh dosen-dosen kita yang luar biasa. Program pertama adalah bimbingan koas. Aku rasa tidak ada cerita khusus di bimbingan koas. Tips belajar sebelum stase?  Maaf ya menurutku pribadi tidak perlu. Saranku perdalamlah ilmu yang disukai; ilmu jual beli yang baik? ilmu agama? ilmu-ilmu yang bermanfaat yang mau diamalkan. Manfaatnya dobel; manfaat belajar + manfaat mengamalkan. Mengapa tidak perlu belajar