Langsung ke konten utama

Amatiran dan Profesional versi Amgah Januari 2016

Amatiran dan Profesional versi Amgah Januari 2016
Refleksi 28 Januari 2016


Hari ini diawali dengan perlombaan di ATMA JAYA bernama AESCULAPIUS (ATMA Jaya United Scholar Competition and Annual Congress). Perlombaan ini berisi lomba Karya Tulis Ilmiah, Poster Publik, Poster Ilmiah, dan Video Kesehatan Masyarakat. Bertempat di kampus FK ATMA JAYA Pluit, saya bersama 6 punggawa UGM lain mencoba mengadu nasib di ibu kota. Berbekal ilmu dari bapak ibu dosen di Jogja, kami memberanikan diri berangkat.

UGM Alhamdulillah mendapat 3 kesempatan; kesempatan pertama dan kedua datang lewat poster publik dan kesempatan ketiga lewat KTI. Singkat cerita tibalah saatnya kami presentasi. Di dalam refleksi kali ini ada hal unik yang ingin kubagikan dan semoga tepat sasaran pembaca. Siapapun yang sedang membaca ini saat ini, kuharapkan kamu dapat memetik pelajaran, mengamalkan, dan membagikan ilmu dalam balutan kebaikan. Inilah hal uniknya:

Amatiran dan Profesional versi Amgah

Setiap orang yang mau berlomba hampir pasti (99,99%) akan deg-degan/nervous/cemas, sekalipun ia seorang professional, sekalipun pengalamannya segudang. Namun, apa yang membedakan amatiran dengan professional? Bukan ketiadaan dari rasa takut, melainkan adanya kemenangan melawan diri sendiri. Loh kok jadi me vs me, apa hubungannya amatiran vs professional dengan saya melawan diri saya sendiri. 

Sudah disebutkan bahwa semua orang “pasti” akan deg-degan, tetapi hanya professional yang mampu menang melawan dirinya sendiri. Maksud di sini adalah hanya professional yang mampu menguasai rasa takut (menguasai dirinya sendiri). Seorang professional berpikir secara professional, seorang amatiran yang ingin menjadi professional ada baiknya belajar untuk memiliki pola pikir profesonal. Apa itu pola pikir professional?

Seorang professional secara teknis (tidak membicarakan prinsip, niat, dasar, dsb) akan berpikir bagaimana caranya untuk memuaskan orang lain. Seorang profesional ingin menjaga integritasnya sebagai seorang profesional. Ketika dirinya tak mampu untuk menunjukkan yang terbaik, ia akan merasa malu dan gagal. Uniknya, seorang profesional mampu membuat otaknya berpikir “bagaimana pun juga, kita harus melakukan yang terbaik. Seburuk apa pun keadaannya, seaneh apapun yang terjadi secara tiba-tiba. Kita harus melakukan yang terbaik”

Berbeda dengan seorang amatiran, seorang amatiran akan berpikir “saya takut saya akan mengecewakan orang lain. Saya takut saya akan jelek, saya takut keadaan akan berubah menjadi suatu yang tidak dapat saya kuasai, saya ingin memberikan yang terbaik tetapi saya takut”

Seorang profesional akan berpikir “meskipun saya gagal dalam hal A, saya mendapat pelajaran berharga yang dapat diamalkan di masa depan nanti” seorang amatiran akan berpikir “saya gagal dalam hal A, semua orang kecewa terhadap saya”. Seorang amatiran akan berpikir “setelah membaca artikel ini kok sepertinya saya amatiran?”. Seorang profesional akan berpikir “meskipun saat ini saya masih amatiran, tetapi saya akan belajar untuk menjadi profesional. Saya akan membuktikan pada dunia bahwa saya bisa dan saya mampu. Dengan usaha dan doa, saya akan menunjukkan siapa diri saya sebenarnya”

Sedikit teori tentang amatiran dan profesional versi amgah. Tentunya hal tersebut debatable, namun penulis terbuka terhadap komentar dan saran. Satu hal yang pasti, penulis ingin orang-orang yang memiliki hati murni semurni susu sapi murni agar menjadi profesional. Mengapa? Karena saya takut dan saya mengamati, orang-orang yang menjadi profesional secara teknis justru tidak memiliki hati yang murni. Ada yang hatinya ternodai oleh kehidupan glamour, ada yang karna wanita, ada yang karna uang. Oleh karena itu, saya berharap orang-orang berhati murni untuk segera bertindak dan belajar menjadi profesional.

---

Hari ini juga saya mendeklarasikan komitmen untuk setiap hari menulis refleksi (kalau ada yang bolong seharusnya dirapel). Minimal dalam sehari, harus menulis sejumlah 500 kata. Semoga komitmen ini terjaga terus hingga akhir hayat dan yang paling penting komitmen ini bermanfaat untuk orang lain selain juga untuk diri sendiri. "Sebaik-baiknya manusia, ialah manusia yang bermanfaat untuk orang lain"

---
Lomba pun selesai dan kami jalan-jalan. Senangnya dapat menghabiskan waktu bersama vionita (vio), Astria (tri), Galang, Ceni, Avin. Walaupun mereka semua konslet dan perlu dibawa ke tukang listrik, tapi kekonsletannya dapat menarik arus yang menyenangkan. Hari ini kami tutup dengan kesyukuran akan banyak nikmat yang mungkin seringkali terlupa; nikmat sehat, nikmat iman, nikmat harta, nikmat orangtua, dan nikmat-nikmat lain yang tak terhitung. Alhamdulillah

Pada awalnya artikel ini dibuat ingin diakhiri dengan happy ending. Namun, di akhir terkadang kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan. akhirnya  sad ending karena ternyata saya masih harus mengerjakan Rancangan Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Aliansi Organisasi Mahasiswa Kesehatan Indonesia (AOMKI)................................................................... sampai jumpa esok hari! (insyaAllah)

copyright to amgah.blogspot.com
sumber gambar;  pinterest.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pidato dan Gombal di Musim Pancaroba

Pidato: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua dan segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karna berkat rahmat dan karunianya kita dapat berdiskusi di dunia maya ini. Pada kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan sebuah pidato tentang musim pancaroba. Dewasa kini banyak sekali terlihat penyakit di lingkungan saya. Saat ini sedikitnya 5 orang telah terjangkit demam berdarah dan belasan lainnya terjangkit pilek. Di musim pancaroba ini hendaknya kita lebih extra waspada untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Kita juga harus memerhatikan lingkungan dengan buang sampah pada tempatnya mulai dari diri sendiri. Sampah-sampah dapat menjadi tempat genangan air bersih. Genangan air tersebut adalah SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH! Maka dari itu saya menghimbau kepada seluruh teman-teman untuk menjaga lingkungan kita jangan sampai orang terdekat kita menjadi korban dari ganasnya demam berdarah. Di mulai dari diri sendiri, dari yang kecil, dan dar

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi

Koas Penyakit Dalam FK UGM

Koas Ilmu Penyakit Dalam FK UGM Halo semua pembaca! lama tidak berjumpa di ruang maya ini. Semoga teman-teman, bapak, ibu, semuanya dalam keadaan sehat. Kali ini aku ingin bercerita tentang stase besar terakhirku. Kisah nano-nano yang tak terlupakan, tentunya tiap bagian hidup kita memiliki keunikan dan spesialnya masing-masing. Ini kisahku Sepuluh minggu tulang punggung dokter umum. Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap bagian lain, IPD memang menyumbang peran besar. Sewajarnya punggawa ilmu penyakit dalam (IPD) menginginkan koasnya pintar-pintar. Berbagai program telah disiapkan oleh dosen-dosen kita yang luar biasa. Program pertama adalah bimbingan koas. Aku rasa tidak ada cerita khusus di bimbingan koas. Tips belajar sebelum stase?  Maaf ya menurutku pribadi tidak perlu. Saranku perdalamlah ilmu yang disukai; ilmu jual beli yang baik? ilmu agama? ilmu-ilmu yang bermanfaat yang mau diamalkan. Manfaatnya dobel; manfaat belajar + manfaat mengamalkan. Mengapa tidak perlu belajar