Langsung ke konten utama

Surat untuk Rektorat dan Mahasiswa: Kebijakan 6 Minggu



                Surat ini terdiri dari intro, inti, dan penutupan. Aku mungkin masih belum bisa menerima kenyataan. Akan tetapi jelas aku ingin berdiskusi dan menyuarakan pendapatku dan pendapat teman-temanku. Sekaligus aku ingin berterima kasih dan menyemangati banyak orang melalui tulisan ini.
                Intro dan pengenalan: Kebijakan kurikulum FK UGM yang dulu adalah 7 minggu. 7 Minggu untuk 1 blok. 6 minggu efektif untuk belajar, 1 minggu efektif untuk ujian. Tujuh minggu kami harus melahap materi satu blok yang terdiri dari 1 topik besar dengan beberapa subtopik.
 Contoh: blok 2.3, topik besarnya adalah penyakit pada anak kecil. Subtopik: keluhan dada, keluhan perut, keluhan saluran kencing, tumbuh kembang nutrisi, keluhan indra, dan emergensi dasar. Semua topik tersebut DULU dilahap oleh kakak kelas dengan waktu 7 minggu. Kini, kami harus melahap semua itu dengan waktu 6 minggu. 5 minggu efektif belajar, 1minggu efektif ujian.
                Alasan mengapa dirubah dari 7 minggu menjadi 6 minggu adalah agar libur kami sama dengan fakultas lain. Beberapa bilang itu perintah dari rektorat untuk dekanat. Namun tak ada sumber terpercaya. Tapi satu yang jelas, tujuannya agar libur kami sama dan katanya agar bisa menghabiskan banyak waktu di rumah. Sebelum melanjutkan lebih jauh, aku ingin berterima kasih atas niat baik yang diajukan. Sekaligus menghimbau agar teman-teman menempuh jalur cerdas jika ingin menyuarakan “penderitaan.”
                Tulisan ini aku buat ketika sedang mengamati materi week 2 dan belajar dari lecture tahun lalu. Ketika itu aku menyadari bahwa ada lecture baru yang tidak ada di tahun lalu. Seketika pikiranku pergi menuju sebuah ingatan tentang adek kelas yang protes dengan padatnya jadwal. Lalu merembet ke kenangan masa lalu ketika menjadi anak tahun pertama yang sibuk belajar. Aku teringat betapa padatnya jadwal tahun pertama dibanding tahun kedua.
                Aku membayangkan perjuangan mereka yang semakin seperti dikejar “singa”. Aku dan teman perkumpulanku setuju bahwa blok 2.1 dan 2.2 adalah satu buku William obstetric dengan jumlah halaman sekitar 1300. 1300 halaman tersebut harus kami lahap dalam waktu 12minggu. Singa tersebut adalah materi belajar, waktu pengejaran adalah 12 minggu. Jika terlahap singa alias tidak dapat menguasai materi, kami mendapat nilai jelek dan lebih parah lagi, tidak mengerti materi tersebut.
Seyogyanya calon dokter cerdas agar dapat membantu menyembuhkan pasien dan menjawab kegundahan pasien. Kami semua ingin agar cerdas dan dapat menguasai materi. Aku yang menjalani pengejaran tersebut merasa tertatih dan letih. Aku memiliki kesibukan di suatu organisasi dan menjalaninya sebagai ketua. Aku membayangkan temanku yang lain yang kesibukannya tak kalah banyak. Ada yang menjadi pengisi acara TV, ada yang menjadi penulis, ada yang hobi bermain bola, berbagai kesibukan lain yang bukan hanya tentang belajar kedokteran.
Bagaimana mereka tetap menjalankan kesibukan tersebut di tengah terkaman “singa” yang dulu 7 minggu dan sekarang 6 minggu? Bagaimana agar tetap menjadi dokter yang cerdas tetapi juga dapat mengembangkan diri di dalam hobi/organisasi? Ketika aku bertanya pada beberapa orang, mayoritas semua protes walaupun ada yang biasa saja. Bahkan yang tidak ikut organisasi apa pun dia juga protes, mungkin dia pengembang hobi.
Semua bayangan tentang pengejaran calon dokter dan “singa” membawaku kembali pada masa lalu. Tahun pertama sebagai mahasiswa kedokteran, bisa dibilang tahun nerd atau tahun geek. Ketika mayoritas manusia tahun pertama selalu memilih belajar sebagai prioritas paling atas, termasuk diriku. Mengesampingkan apa pun dan memilih untuk belajar all the time sambil melakukan refreshing hal menyenangkan.
Membayangkan hal itu membuatku sedih. Karena di saat yang sama aku membayangkan apa yang aku dapat di organisasi. Sesuatu yang tak dapat kudapat dari belajar. Bagaimana menghadapi kesalahan, mendapat teman baru, melatih komunikasi, berhadapan dengan berbagai macam orang yang tidak jarang aneh, dan banyak hal lainnya yang eksklusif. Aku sedih karena membayangkan mereka tak dapat melihat itu karena sibuk lari menjauhi “singa”
Inti: Banyak kegiatan berguna yang mahasiswa jalani selain belajar, contohnya ada yang mengembangkan hobi atletik, organisasi, asah otak, atau pun entrepreneur. Kami percaya kebijakan 6 minggu bukan untuk menekan kami agar kami tak dapat mengaktualisasi diri selain belajar. Tapi kami bersama-sama merasa seperti dikejar singa dengan materi yang ada versus waktu yang disediakan.
Kami semua bahagia ketika bisa berada di dekat keluarga menikmati indahnya libur. Tetapi kami lebih bahagia jika dapat memberikan yang terbaik untuk keluarga ketika kami pulang ke rumah. Kami dapat bercerita tentang hal-hal seru yang kami lakukan selain belajar. Kami dapat menghargai waktu kami di rumah tak hanya dengan menonton tv sambil makan cemilan.
Diskusi adalah hal yang penting agar kedua belah pihak saling mengerti dan dapat menghasilkan keputusan yang terbaik :)
Penutup: Semua hal negatif yang ada dari berlakunya kebijakan 6 minggu perlu disikapi dengan kepala dingin dan hati yang membara dengan tungku semangat. Aku teringat akan sebuah pesan Tuhan melalui Al-Qur’an mengatakan bahwa Tuhan tidak akan membebankan seseorang melainkan sesuai kesanggupannya.
Bersama dengan firman tersebut aku meyakini bahwa apa yang aku jalani sekarang sudah diukur dan aku sanggup menjalaninya. Hanya tinggal bagaimana meliak-liuk di jalanan yang semakin sempit agar tidak dimakan “singa”. Well… aku ingin berpesan pada seluruh temanku agar tetap semangat dan tetap aktualisasi diri.
Aku menyesal karena buta organisasi ketika SMP dan SMA dulu. Namun tak ada kata terlambat, kembangkan apa yang kamu mau kembangkan. Aku boleh melewatkan kesempatan ketika SMP dan SMA, tapi aku tak akan melewatkan kesempatan kuliah ini. Jangan hanya belajar saja karena banyak hal eksklusif yang akan didapat dari pengembangan diri selain belajar.
Oiya aku ingin berterima kasih pada semua orang yang tetap mengaktualisasi diri walaupun kebijakan 6 minggu berlaku. Semua orang yang berusaha membagi waktu total di pengembangan diri dan total di akademik. Semoga kalian dapat selamat dari “singa” dan mendapatkan manfaat dari apa yang kalian kembangkan. Sebagai teman seperjuangan aku merasakan betapa menantangnya kehidupan 6 minggu ini. Kembali lagi pada awal, tetap dingin dan tetap membara. Allah tidak akan membebani hamba-Nya melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan!
S-E-M-A-N-G-A-T

sumber gambar: turtola.edublogs.org

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pidato dan Gombal di Musim Pancaroba

Pidato: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua dan segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karna berkat rahmat dan karunianya kita dapat berdiskusi di dunia maya ini. Pada kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan sebuah pidato tentang musim pancaroba. Dewasa kini banyak sekali terlihat penyakit di lingkungan saya. Saat ini sedikitnya 5 orang telah terjangkit demam berdarah dan belasan lainnya terjangkit pilek. Di musim pancaroba ini hendaknya kita lebih extra waspada untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Kita juga harus memerhatikan lingkungan dengan buang sampah pada tempatnya mulai dari diri sendiri. Sampah-sampah dapat menjadi tempat genangan air bersih. Genangan air tersebut adalah SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH! Maka dari itu saya menghimbau kepada seluruh teman-teman untuk menjaga lingkungan kita jangan sampai orang terdekat kita menjadi korban dari ganasnya demam berdarah. Di mulai dari diri sendiri, dari yang kecil, dan dar

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi

Koas Penyakit Dalam FK UGM

Koas Ilmu Penyakit Dalam FK UGM Halo semua pembaca! lama tidak berjumpa di ruang maya ini. Semoga teman-teman, bapak, ibu, semuanya dalam keadaan sehat. Kali ini aku ingin bercerita tentang stase besar terakhirku. Kisah nano-nano yang tak terlupakan, tentunya tiap bagian hidup kita memiliki keunikan dan spesialnya masing-masing. Ini kisahku Sepuluh minggu tulang punggung dokter umum. Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap bagian lain, IPD memang menyumbang peran besar. Sewajarnya punggawa ilmu penyakit dalam (IPD) menginginkan koasnya pintar-pintar. Berbagai program telah disiapkan oleh dosen-dosen kita yang luar biasa. Program pertama adalah bimbingan koas. Aku rasa tidak ada cerita khusus di bimbingan koas. Tips belajar sebelum stase?  Maaf ya menurutku pribadi tidak perlu. Saranku perdalamlah ilmu yang disukai; ilmu jual beli yang baik? ilmu agama? ilmu-ilmu yang bermanfaat yang mau diamalkan. Manfaatnya dobel; manfaat belajar + manfaat mengamalkan. Mengapa tidak perlu belajar