Langsung ke konten utama

Tenggorokan Bolong dan Belatung di Telinga dari sisi Medis

Judul Normal: Bahaya Merokok dan Pentingnya Menjaga Kebersihan Pikiran serta Lingkungan

Ada satu renungan yang kudapatkan di koas minggu pertama. Hari ini dapet kasus dengan faktor risiko sering merokok akhirnya harus dioperasi tenggorokannya (Total Laryngektomi) karena udah jadi kanker laryng (tenggorok) kasinoma sel skuamosa. Semoga pasien diberi kekuatan dan kita diberi pencerahan serta kesadaran tentang bahaya merokok. Mau berhenti merokok tapi bingung gimana cara yang ampuh? Dateng aja ke sardjito ada layanan berhenti merokok


Lalu aku juga mendapat 2 kasus IGD; yang pertama sepertinya kasus psikosomatis (tidak ada masalah pada badan, tetapi dicurigai ada masalah pada pikiran [terlalu cemas]) dan kasus kedua neonatal myasis (nahloh apatuh). Jaga hari ini dibimbing oleh dokter Rangga. Beliau merupakan dokter yang cerdas dan gentle dalam melakukan tindakan. Contoh; beliau mengambil benda asing di telinga bayi yang menjerit kesakitan dengan sangat apik.

Dokter Rangga juga memberikan kami para koas fasilitas belajar, baik bertanya atau pun mengekor. Kasus pertama yang kami curigai sebagai psikosomatis, seorang pasien datang dengan keluhan sesak nafas. Pasien baru saja selesai menjalani operasi sinus dan cemas jika sesak nafasnya adalah komplikasi gegara operasi. Dokter Rangga dengan sigap memeriksa sang pasien. Lalu kami ditunjukkan cara pemeriksaan, hasil pemeriksaan, dan interpretasinya. Kondisi biologik pasien cukup baik, mungkin masalahnya bukan di THT.


Kasus kedua adalah neonatal myasis, bayi 1 hari (neonates) datang dengan keluhan keluar belatung di telinga kiri. PERHATIAN, ini bukanlah guna-guna/santet/pelet/ulah mahluk gaib/atau apapun berbau sihir. Kasus ini murni medik, karena setelah diteliti, belatung adalah larva dari lalat Sarchophaga (kalau tidak salah dengar). Lalat yang tidak bertelur, sekali hinggap langsung mengeluarkan larva. Larva akan memakan jaringan mati seperti bekas ketuban/kulit mati. Lalu akan besar seperti yang terjadi di bayi ini.


Pelajaran yang didapat;
  1. Kecemasan dapat mengakibatkan keluhan fisik. Aku pun pernah mengalami hal yang sama. Sandarkan diri pada Tuhan Yang Maha Besar, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Perkasa. Setelah berusaha, manusia menyandarkan diri pada Tuhan
  2.  Keluarnya belatung dari telinga bukanlah guna-guna
  3. Jagalah kebersihan! Lalat benci kebersihan
  4. Dokter harus tahan banting ketika harus melakukan tindakan pada bayi yang kesakitan. Harus mampu menahan emosi, tidak kasihan, dan melakukan tindakan dengan sigap, cepat dan tepat.
  5. Sebagai koas, rajin-rajinlah bertanya. Jika kamu tidak mampu menangani pasien, minimal kamu mencari kasusnya di referensi. Ketika menangani kasus belatung, aku dan Vian (teman jagaku) mencari kasus tersebut di google dan menemukan 1 Case Report yang plek-plek sama tapi beda negara, belajarlah dari situ



copyright to amgah.blogspot.com
Sumber Gambar:
- http://headandneckcancerguide.org/
- http://baosuckhoe.org/
- http://content.mycutegraphics.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pidato dan Gombal di Musim Pancaroba

Pidato: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua dan segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karna berkat rahmat dan karunianya kita dapat berdiskusi di dunia maya ini. Pada kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan sebuah pidato tentang musim pancaroba. Dewasa kini banyak sekali terlihat penyakit di lingkungan saya. Saat ini sedikitnya 5 orang telah terjangkit demam berdarah dan belasan lainnya terjangkit pilek. Di musim pancaroba ini hendaknya kita lebih extra waspada untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Kita juga harus memerhatikan lingkungan dengan buang sampah pada tempatnya mulai dari diri sendiri. Sampah-sampah dapat menjadi tempat genangan air bersih. Genangan air tersebut adalah SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH! Maka dari itu saya menghimbau kepada seluruh teman-teman untuk menjaga lingkungan kita jangan sampai orang terdekat kita menjadi korban dari ganasnya demam berdarah. Di mulai dari diri sendiri, dari yang kecil, dan dar

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi

Koas Penyakit Dalam FK UGM

Koas Ilmu Penyakit Dalam FK UGM Halo semua pembaca! lama tidak berjumpa di ruang maya ini. Semoga teman-teman, bapak, ibu, semuanya dalam keadaan sehat. Kali ini aku ingin bercerita tentang stase besar terakhirku. Kisah nano-nano yang tak terlupakan, tentunya tiap bagian hidup kita memiliki keunikan dan spesialnya masing-masing. Ini kisahku Sepuluh minggu tulang punggung dokter umum. Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap bagian lain, IPD memang menyumbang peran besar. Sewajarnya punggawa ilmu penyakit dalam (IPD) menginginkan koasnya pintar-pintar. Berbagai program telah disiapkan oleh dosen-dosen kita yang luar biasa. Program pertama adalah bimbingan koas. Aku rasa tidak ada cerita khusus di bimbingan koas. Tips belajar sebelum stase?  Maaf ya menurutku pribadi tidak perlu. Saranku perdalamlah ilmu yang disukai; ilmu jual beli yang baik? ilmu agama? ilmu-ilmu yang bermanfaat yang mau diamalkan. Manfaatnya dobel; manfaat belajar + manfaat mengamalkan. Mengapa tidak perlu belajar