Langsung ke konten utama

Artjog, Politik, dan Positif

Malam itu aku dan empat temanku pergi untuk menghadiri sebuah pagelaran seni di Jogjakarta. Pagelaran tersebut bernama artjog yang akhir-akhir ini menjadi buah cibir banyak orang.

"Oi tu, kita mau kemana?" kataku pada putu, salah satu dari empat
"Artjog"
"apaan tuh?"
"Pameran seni gitu"
"Isinya lukisan lukisan?"
"ya macem-macem, ada sculpture, lukisan, banyak"
"Temanya apa?"
"Politik, kekuasaan"
 Huoo, nampaknya menarik. Kataku dalam hati

Singkat cerita, kita telah sampai pada gedung yang nampak tua. Seperti sebuah museum, tiangnya menjulang tinggi, gedung yang luas, ada undak-undakan tangga di pintu masuk, dan bendera indonesia bertengger di paling atas.

Ketika masuk ke dalam dan melihat karya-karya yang ada, kami berlima semua takjub. Sungguh unik dan menarik. Masing-masing merepresentasikan kekhasan dari pembuatnya. Ada yang abstrak, ada yang bersudut, ada pula yang dinamis. Media yang disajikan pun juga banyak, ada patung, ada lukisan, ada juga video.

Betul saja semua lukisan di sini bertemakan kekuasaan dan politik. Kalimat pasti yang tertera di tiket masuk tak dapat kuingat, yang jelas temanya politik. Lama sudah aku berjalan melihat karya-karya yang ada. Ada satu benang merah yang terus mengganggu pikiranku selama aku melangkah.

Mengapa mayoritas di sini semua negatif? Mencibir, mencaci, kecewa, marah, murka. Salah satu kutipannya seperti ini

"lukisan ini berisi tentang kebohongan para pemimpin. Bagaimana mereka menyajikan janji-janji palsu dan kebohongan manis. Mereka melupakan rakyat dan hanya duduk di singgasana menikmati kekuasaan"

Berbicara lebih mudah dari bertindak. Jika mereka menjanjikan janji palsu, melupakan rakyat, dan menikmati kekuasaan. Bisakah kita menjanjikan janji asli? Mengingat rakyat? dan menggunakan kekuasaan untuk kebaikan banyak orang? 

Aura-aura negatif mengalir di sepanjang koridor. Sampai akhirnya aku menemukan beberapa lukisan yang menjadi penyejuk hati, salah satunya adalah karya Seno Andrianto.


Jika ada yang baik mengapa memilih yang buruk. Jika bisa mengharap mengapa memilih menyerah. Jika dapat bertindak mengapa hanya berbicara.

Terkadang manusia memilih menyerah padahal masih ada harapan. Terkadang manusia hanya memilih untuk diam, berharap ada orang lain yang membawa kebaikan. Sedangkan ia hanya menggerutu, mencibir, mencaci, menyumpah mereka yang bertindak. Padahal, Tuhan berfirman bahwa Ia takkan mengubah nasib suatu kaum, sampai kaum tersebut mengubah nasibnya sendiri (ar-rad: 11)

Jangan hanya berbicara, lakukan apa yang kita bisa lakukan untuk berbagi kebaikan. Mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil, mulai dari sekarang. Ajakan untuk lebih dari sekadar berbicara. Sulit memang, tapi bukan berarti tidak bisa. Stay positive, walaupun sekeliling negatif, just.. stay positive. Bismillah


Regards,
Abdi Marang Gusti Alhaq

copyright to amgah.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pidato dan Gombal di Musim Pancaroba

Pidato: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua dan segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karna berkat rahmat dan karunianya kita dapat berdiskusi di dunia maya ini. Pada kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan sebuah pidato tentang musim pancaroba. Dewasa kini banyak sekali terlihat penyakit di lingkungan saya. Saat ini sedikitnya 5 orang telah terjangkit demam berdarah dan belasan lainnya terjangkit pilek. Di musim pancaroba ini hendaknya kita lebih extra waspada untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Kita juga harus memerhatikan lingkungan dengan buang sampah pada tempatnya mulai dari diri sendiri. Sampah-sampah dapat menjadi tempat genangan air bersih. Genangan air tersebut adalah SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH! Maka dari itu saya menghimbau kepada seluruh teman-teman untuk menjaga lingkungan kita jangan sampai orang terdekat kita menjadi korban dari ganasnya demam berdarah. Di mulai dari diri sendiri, dari yang kecil, dan dar

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi

Koas Penyakit Dalam FK UGM

Koas Ilmu Penyakit Dalam FK UGM Halo semua pembaca! lama tidak berjumpa di ruang maya ini. Semoga teman-teman, bapak, ibu, semuanya dalam keadaan sehat. Kali ini aku ingin bercerita tentang stase besar terakhirku. Kisah nano-nano yang tak terlupakan, tentunya tiap bagian hidup kita memiliki keunikan dan spesialnya masing-masing. Ini kisahku Sepuluh minggu tulang punggung dokter umum. Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap bagian lain, IPD memang menyumbang peran besar. Sewajarnya punggawa ilmu penyakit dalam (IPD) menginginkan koasnya pintar-pintar. Berbagai program telah disiapkan oleh dosen-dosen kita yang luar biasa. Program pertama adalah bimbingan koas. Aku rasa tidak ada cerita khusus di bimbingan koas. Tips belajar sebelum stase?  Maaf ya menurutku pribadi tidak perlu. Saranku perdalamlah ilmu yang disukai; ilmu jual beli yang baik? ilmu agama? ilmu-ilmu yang bermanfaat yang mau diamalkan. Manfaatnya dobel; manfaat belajar + manfaat mengamalkan. Mengapa tidak perlu belajar