11 Juli 2012, pesta demokrasi warga Jakarta. “Dear diary, hari
ini aku sedih”
“Uuuu... Cupcup, kamu kenapa?”
“Aku tadi milih cagub dan
cawagub. Aku liat TPSku sepi”
“TPSmu sepi, kenapa kamu jadi sedih?”
“Karena ngingetin aku sama hatiku
yang sepi. Becanda ya diary, aku sedih karena kesadaran warga Jakarta untuk
memilih udah hilang. Padahal kita sendiri yang nentuin nasib Jakarta
kedepannya. Tadi pagi aku ngobrol sama temenku:
‘Sugeng enjang rencang-rencang,
yang hari ini nyoblos mana suaranyaaaa’
Temenku malah jawab ‘Coblos nomer
7 ya gah’
Aku bales aja ‘No way, satu suara
juga berharga untuk masa depan Jakarta’
Eh dibales pesimis ‘Tapi gak
mengubah prinsip yang kaya makin kaya dan miskin makin miskin’
Aku gamau kalah ‘Gak juga. Jangan
berputus asa dari rahmat Tuhan’
Akhirnya dia nyerah ‘Ampoon.’
Setelah itu dia sadar kalo kita gakboleh berputus asa dari rahmat Tuhan
“Iya gah.. Jangan berputus asa
dari rahmat Tuhan. Aku pernah denger itu di Al Qur’an. Surat Yusuf ayat 87”
“Sejak kapan kamu baca Qur’an
diary? Oiya, tapi aku juga ngeliat kok beberapa kelingking orang ungu. Bagaikan
ketemu pacar setelah berbulan-bulan jomblo, aku seneng banget. Ada orang yang sadar
untuk memilih. Dia sadar kalau dia milih dia dapat membuat Jakarta jadi lebih
baik. Terlebih dia percaya sama Tuhan-nya. Selama dia melakukan yang terbaik,
Tuhan akan membalas yang terbaik. Karena manusia mendapatkan apa yang telah
diusahakannya.”
“Iya gah.. Daripada cuma diem ya.
Tapi tadi aku udah terlanjur gak milih, gimana dong? Oh, aku tau! Lain kali aku
harus melakukan sesuatu. Do something! Do the best, pray the best, and get the
best. Aku mau lebih percaya sama rahmat Tuhan. Aku mau melakukan sesuatu yang
berguna!”
“Pripun tuh diaryku, gimana sih
kamu. Nanya sendiri... Jawab sendiri... Piye toh.”
“Hehehe...”
“Diaryku aku sedih juga, abis
nyoblos aku pergi ke mall X. Di sana aku nemu remaja-remaja pakaiannya pada
terbuka. Banyak banget.. Baju sama celana balap-balapan paling atas. Baju sobek jahitannya rapih. Celana baru 5 centimeter udah dipakai.”
Diaryku terdiam, giliran TV yang berbicara “Ya terserah merekalah! Kan mereka yang pakai pakaiannya. Kok lo yang ribet?”
Diaryku terdiam, giliran TV yang berbicara “Ya terserah merekalah! Kan mereka yang pakai pakaiannya. Kok lo yang ribet?”
“TV... Orang-orang yang mempertontonkan
auratnya itu dosa.. Apalagi sampe bikin nafsu lawan jenisnya dan sampe berbuat
yang enggak-enggak. Pamer aurat aja udah dosa Vi.. Quo vadis generasi muda? Mau
kemana engkau pergi? Neraka kah? Surga kah?”
“Ya.. tapi Gah.. Suka-suka dia
dong, kan hak asasi. Kebebasan mereka mau pakai pakaian apa.” TV tetap
bersikeras
“Iya emang terserah mereka, aku
cuma mau ngasih tau ini ada di qur’an surat ad dukhan ayat 40 dan seterusnya
‘Sungguh pohon zaqqum itu,
makanan bagi orang yang banyak dosa. Seperti cairan tembaga yang mendidih di
dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas.
Perutku berisi ini? |
Peganglah dia! Kemudian
seretlah dia sampai ke tengah-tengah neraka! Kemudian tuangkanlah di atas
kepalanya azab dari air yang sangat panas.’
Dari kepalaku dituangkan air yang sangat panas? |
Aku sedih kalau banyak orang
harus menderita kaya gitu.. Apalagi orang-orang yang aku sayangi. Aku gamau
mereka harus menderita dan sengsara sampe kaya gitu.”
Akhirnya Diaryku muncul membantu “Oh!
Aku juga tau, di ad dukhan juga ada
‘Sungguh, orang-orang yang
bertakwa berada dalam tempat yang aman, yaitu di dalam taman-taman dan mata air
mata air. Demikianlah, kemudian Kami berikan kepada mereka pasangan
bidadari-bidadari yang bermata indah. Allah melindungi mereka dari azab neraka,
itu merupakan karunia dari Tuhanmu. Demikianlah itulah kemenangan yang agung.
Maka tunggulah, sungguh, mereka itu juga sedang menunggu’ ”
Terima Kasih Diary “Nah, aku seneng kalo semua orang bisa kaya
gitu. Ngeliat orang bahagia dengan bidadari-bidadari. Bersantai saling
bersandar di dipan-dipan dengan pakaian sutra dan gelang perak. Alangkah nikmatnya
diary bisa kaya gitu.”
TVku terperenyak, diam termenung.
Giliran diaryku berbicara “Iya sih gah... Aku juga mau.. daripada harus nelen
tembaga panas. Dan dari kepala dituangkan azab air yang sangat panas. Ih, aku ngeri. Aku harus nelen ini?
Quo vadis diriku? Mau kemana diriku ini.”
Sumber Gambar:
knightsbridgefze.com
kotakpengetahuan.blogspot.com
mcc.com.cn
Komentar
Posting Komentar