Beberapa hari ini aku kehabisan ide untuk menulis. Hari-hariku hanya diisi dengan bermain civilization 5. Gemuruh dalam hati terus memaksaku untuk tetap menulis. Namun tetap saja nihil ide.
Akibatnya
dua post terakhirku bisa dibilang gagal. Gagal menarik minat pembaca
dan gagal dalam sistematika penulisan. Namun aku ingat kata Pak Mario
Teguh "Habiskan jatah gagalmu selagi engkau masih muda" Yasudah aku
habiskan saja jatah gagal itu.
Post yang berjudul "Corak Rasa di Hari Pertama Sekolah"
Aku nilai gagal karena kurang menarik. Post-nya pun pendek dan hanya
membeberkan fakta umum yang mungkin semua orang sudah tahu. Hanya saja
dibalut dengan bahasa konotasi yang menurutku anggun. Namun tetap saja
gagal menarik minat pembaca, huh.
Post yang berjudul "Aku Gemuk (M) dan Aku Bangga" Aku
nilai gagal karena sistematika penulisan yang berantakan. Post yang
satu ini terlihat mengambang dan baru fokus di akhir ketika membahas
rumput tetangga. Jembatan antar paragraf tidak terbentuk membuat
paragraf satu dengan paragraf lainnya tidak padu. Artikel jadi terlihat
kemana-mana dan membuat pembaca bingung menentukan arah tujuan.
"Aku Gemuk (M) dan Aku Bangga" baru fokus ketika membahas rumput tetangga. Tujuan dan arah dari
rumput tetangga dapat terlihat dengan jelas. Mungkin hal itu yang
membuat post ini menembus angka 100 pembaca walaupun sistematika penulisannya berantakan. Namun tetap saja post ini gagal dari segi penulisan.
Gagal di dua
post terakhir membuat diriku jatuh tersungkur. Ide jadi susah ditangkap
karena pesimis. Takut ini takut itu, takut jika menulis gagal lagi,
takut tidak ada yang mau baca lagi. Tapi jika diriku menyerah, itulah
kegagalanku sesungguhnya.
Untuk
menghindari kegagalan sesungguhnya, aku mengingat kembali kenapa aku mau
menulis.
-- Napak Tilas --
Zaman kegelapan - Dark Age - Aku menulis karena tugas, ketika Omjay guru
komputerku menyuruhku untuk membuat blog. Blog tersebut dijadikan nilai
tugas, tak ada blog tak ada nilai. Kejamnya dunia, namun itu awal mula
kelahiran amgah.blogspot.com dan kompasiana.com/amgah.
Setelah blog
dibuat, aku bingung itu blog mau diisi apa. Kata Omjay, satu minggu
minimal ada satu posting. Tak ada posting tak ada nilai bagus. Akhirnya
aku putuskan untuk memosting berita bola dan artikel motivasi yang
rata-rata copy paste. Inilah zaman kegelapan, untungnya aku masih
menyebutkan sumber copasku.
Zaman
Kebangkitan - Renaissance Age - Aku menulis karena senang. Ketika aku mulai mendapatkan followers blog
dan pembaca tetap. Rasanya aku ingin terbang dan menggapai awan.
Terlebih ada komentar yang menilai tulisan di blogku cukup membantu,
meskipun sekadar copy paste.
Pada
zaman renaissance ini aku mulai berkeinginan untuk menulis artikel
sendiri. Pada zaman itu pula situs bernama peteramgah.blogspot.com mulai
tenar di SMP Labschool khususnya kelas 9C. Namun beberapa temanku
justru mengejek
"Cieeee peter Amgah"
"Eh apaan sih hahahah" Aku malu sekaligus senang. Malu karena nama blogku yang alay, senang karena ternyata mereka peduli.
Peteramgah.blogspot.com
aku isi artikel pribadi tentang 9C. Namun secara tak terduga justru
mendapat komentar dari Omjay, katanya artikelku bagus. Aku terharu, disinilah aku semakin mantap untuk
menulis artikel sendiri.
Revolusi penulisan, akibat gempuran sana-sini akhirnya aku membuat revolusi penulisan. Mengubah nama blogku menjadi amgah.blogspot.com dan mengisi dunia tulisanku dengan tulisan sendiri - no copy paste -.
Mencari kemapanan. Selama tiga tahun aku mencari kemapanan dalam menulis sendiri. Membentuk sebuah kepercayaan diri untuk menulis. Selama tiga tahun aku merasa tulisanku biasa-biasa saja.
Selama mencari kemapanan, ada orang-orang berjasa yang terus menyemangatiku. Orang tua, Doni, Widi, Fadima, Nia, Farhan, Olga, Warih, Bu Darmi, Aga, Iman, dan masih banyak lagi. Mereka terus menyemangatiku untuk menulis. Menurut mereka, artikelku cukup bagus. Karena mereka aku tetap menulis. Dan kamu, yang sedang membaca tulisanku ini. Merupakan salah satu dari mereka. Mereka yang menjadi motivasiku untuk terus menulis, kamu salah satunya.
Sampai suatu waktu, satu gebrakan aku buat.
Aku menulis cerita tentang 9C dan aku masukan di lomba LMCR 2011. Hasilnya? Juara harapan, cerpenku berhasil menjadi juara harapan tingkat nasional se-Indonesia, alhamdulillah. Dari situ aku mulai percaya diri. Aku jadi teringat akan suatu quote "Manusia cenderung ingin membuat achievement baru setelah ia mencapai suatu achievement."
Sayangnya, quote tersebut tidak berarti bagiku saat itu. Karena pada saat itu aku sedang menghadapi carut marut kehidupan SMA. Sibuk tugas ini tugas itu, mengejar SNMPTN Undangan dengan nilai rapor bagus. Menulis adalah hal yang berada dalam intensitas kadang-kadang, tidak rutin.
Sampai suatu waktu, satu hal membuatku berubah. Hal itu adalah sakit hati.
Menulis merupakan pelarian pertamaku akibat sakit hati. Menjadi penulis galau dengan artikel-artikel motivasi. Tujuan utamanya memotivasi diri sendiri. Tak disangka ternyata artikelku dapat memotivasi orang lain juga. Sejak saat itu aku rutin menulis artikel. Mengisi kesibukan, melupakan pahitnya sakit hati.
Setelah beberapa artikel, motivasiku menulis kembali berubah. Motivasiku menulis adalah untuk menginspirasi orang lain. Agar aku dapat menjadi sebaik-baiknya manusia yang dapat berguna dan bermanfaat bagi orang lain. Membantu para penyandang sakit hati untuk move on dan memotivasi orang agar lebih bersemangat.
Di titik inilah aku aktif menulis di kompasiana. Aku merasa senang mendapat sambutan hangat dari kompasianer yang ditunjukkan dengan jumlah pembaca. Semangatku merasa terbakar dan menggebu-gebu. Tak sabar membuat tulisan baru.
Sampai suatu waktu, berita Aborsi menggemparkan hatiku
Aku yang tadinya menulis artikel motivasi berubah haluan menjadi artikel edukasi mentalitas. Berusaha merambah dunia baru yang bukan duniaku, edukasi. Aku mengubah gaya penulisan dan mengubah motivasiku dalam menulis. Di
artikel "Aku Gemuk (M) dan Aku Bangga" motivasiku adalah berkampanye. Kampanye gerakan generasi
muda kuat mental.
Aku tadinya berpikir, motivasiku itu bagus dan akan
mendapat sambutan hangat. Namun nyatanya tidak. Jumlah pembaca tidak lebih dari artikel "Jeritan Sakit Hati." Aku berpikir ulang, apa yang salah dariku? Sehingga tulisanku sekarang kurang kreatif.
Padahal artikel "Yuk ABORSI (Baca Dulu, Baru Kaget)" Mendapat sambutan yang paling "WAH" dari kompasiana. Masuk highlight kompasiana, di tweet oleh admin kompasiana, mendapat 2 bintang inspiratif dari pembaca. Sungguh suatu pencapaian yang membuatku terharu. Namun mengapa artikel selanjutnya justru jatuh terperosok.
Sampailah di kesimpulan. Aku rasa semua terjadi karena aku berusaha menjadi orang lain. Aku mengubah gaya bahasaku dari gaya bahasa curhat menjadi gaya bahasa seperti mengajar. Aku rasa itu penyebabnya, selain aku tidak punya ide, dan kerjaanku main civilization melulu.
Lalu mengapa Yuk ABORSI (Baca Dulu, Baru Kaget)" tetap berhasil? Di artikel itu aku tidak mengubah gaya penulisan. Motivasiku menulis masih murni karena ingin berbagi. Tidak ingin berkampanye atau mengajar.
Akibat nihil ide, aku melakukan tapak tilas penulisan. Aku belajar bahwa aku harus fokus dalam menulis. Aku harus menjadi diriku sendiri. Aku belajar untuk menerima kegagalan dan aku harus belajar dari kegagalan.
Akibat nihil ide terbentuklah paragraf yang banyak ini. Maafkan aku jika aku ngalor ngidul dalam menulis. Semoga aku dapat terus memperbaiki diri dan dapat terus memotivasi.
Aku juga tidak mau menyerah setelah melakukan tapak tilas. Aku menyadari kehadiran mereka, mereka yang telah menjadi motivasiku dalam menulis. Aku berusaha untuk tetap menginspirasi dan tetap menulis. Aku berusaha untuk menjadi diriku sendiri dan tetap berguna.
Salam perjuangan
menurutku sih jumlah pembaca dan banyaknya feedback sekadar hadiah dari kita nulis.
BalasHapusjadi yaa, tetep nulis aja terserah kita.
tapi tetep seperti yang kamu bilang, bikin tulisan yang nunjukkin, "oh ini aku" :))
Waduh... Aku baru ngecek ternyata komenku gak ke kirim di sini, waktu itu bales lewat hp.
HapusHahah iya bener banget, seharusnya menulis tulus dari hati. Terima kasih brilian :)