Lucu kan fotonya, kali ini aku
membahas tentang GEMUK. Fotoku yang lucu itu diambil ketika aku masih di
sekolah dasar. Jika dulu aku pernah gemuk, sekarang aku mau menjadi GEMUK.
“Loh, apa bedanya?”
“Aku tau, aku tau! Yang satu huruf
kecil yang satu huruf besar.”
“Aduhai... bukan itu.”
GEMUK yang aku maksudkan adalah
GEnerasi MUda Kuat dan kali ini aku membahas GEMUK (M). Generasi Muda Kuat
Mental. Selain GEMUK (M) ada juga GEMUK (I), GEMUK (R), dan GEMUK GEMUK yang
lain. Ternyata ada hikmahnya juga dulu
aku pernah gemuk, jadi kepikiran buat bikin judul GEMUK dan dapet foto dari
arsip sendiri.
GEMUK
(M) ada hubungannya dengan kasus aborsi yang baru-baru ini kembali terkuak. Setelah
melihat, mendengar, dan mengendus berita “Kasus Aborsi di Indonesia Meningkat.”
Aku berpikir kini saatnya aku kampanye. Terlebih, tahun 2014 sebentar lagi.
Bercanda ya, kampanye yang aku maksud adalah Gerakan GEMUK (Generasi Muda
Kuat). Kampanye pertama yang aku layangkan
ada di “Yuk, ABORSI (Baca Dulu, Baru Kaget)”
Setelah
mengetahui berita Aborsi tersebut, hatiku tercabik-cabik. Maaf ya pembaca,
curhat sedikit. Mengapa ini terjadi, mau dibawa kemana Indonesia kita. Namun
aku percaya kita bisa bangkit, untuk itu aku berkampanye gerakan GEMUK. Aku
berharap banyak yang membantu menggalakan gerakan GEMUK. Sehingga generasi
pemimpin kelak menjadi generasi yang kuat.
Dulu,
aku menjadi gemuk karena aku banyak makan. Sekarang, mungkin saja aku menjadi
GEMUK (M) karena aku banyak MAKAN (M). Yang jelas, MAKAN (M) bukan singkatan
dari Makan Mie.
M, Memercayai.
Aku percaya bahwa dengan bersama kita bisa mewujudkan generasi muda kuat
mental. Aku percaya bahwa benderang harapan masih ada. Aku percaya bahwa hal
pertama yang harus aku lakukan adalah percaya.
Percaya pada rahmat Tuhan dan tetap ber-asa. Percaya pada akhir yang lebih indah. Percaya pada Tuhan bahwa
janji-Nya pasti terpenuhi.
A, Amanah. Apa yang aku kerjakan di dunia pasti dipertanggungjawabkan di akhirat. Aku takut jika anggota tubuhku diinterogasi, mereka akan membeberkan semuanya. Dan aku tak kuasa, mereka pasti membeberkan semuanya. Untuk itu aku mau menjadi orang yang amanah, agar yang dibeberkan yang baik-baik. Di pengadilan akhirat tidak ada lagi ABS “Asal Bapak Senang.” Yang ada adalah Hakim Yang Maha Mengetahui, Maha Adil, dan Maha Bijaksana. Setiap manusia mendapatkan apa yang telah diusahakannya.
A, Amanah. Apa yang aku kerjakan di dunia pasti dipertanggungjawabkan di akhirat. Aku takut jika anggota tubuhku diinterogasi, mereka akan membeberkan semuanya. Dan aku tak kuasa, mereka pasti membeberkan semuanya. Untuk itu aku mau menjadi orang yang amanah, agar yang dibeberkan yang baik-baik. Di pengadilan akhirat tidak ada lagi ABS “Asal Bapak Senang.” Yang ada adalah Hakim Yang Maha Mengetahui, Maha Adil, dan Maha Bijaksana. Setiap manusia mendapatkan apa yang telah diusahakannya.
K, Kebiasaan.
Memercayai dan amanah aku usahakan untuk menjadi kebiasaan. Kalau kata pak
Aristoteles “Kita adalah apa yang kita kerjakan berulang-ulang. Karena itu,
keunggulan bukanlah suatu perbuatan, melainkan sebuah kebiasaan.”
A yang kedua ini terlihat memaksakan kehendak, seimbAng. Seimbang antara dunia dan akhirat. ”Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.”
A yang kedua ini terlihat memaksakan kehendak, seimbAng. Seimbang antara dunia dan akhirat. ”Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.”
N, Nenek
juga tahu. Maaf jika agak aneh, maklum huruf terakhir ide sudah seret.
Maksudnya “Nenek juga tahu” ialah belajar dari yang sudah punya pengalaman. Ada
yang bilang “Experience is the best teacher” Pengalaman adalah guru yang
terbaik, tidak dikatakan pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Hanya “Pengalaman
adalah Guru yang Terbaik.”
Akhir
dari MAKAN bermuara pada sebuah (M), Melakukan. Setelah melakukan, aku menemui
banya tantangan. Aku merasakan untuk menjadi Generasi Muda Kuat Mental bukanlah
seperti memasak mie instan. Aku harus selalu ingat MAKAN dan ABORSI. Kalau temanku
bilang “Menahan godaan merupakan seni tersendiri.” (insert ABORSI: Ati-ati,
Bertindak, Orangterdekat, beRubah, Sabar, Indah).
Ada sebuah
ungkapan “Rumput tetangga terasa lebih indah” dan kata terasa sudah seharusnya
digarisbawahi. Ungkapan tersebut berkorelasi dengan “Setan telah menjadikan hal
yang buruk terasa indah.” Kadang hal yang indah hanya terasa indah, hati-hati.
Beberapa
waktu lalu aku mengobrol dengan temanku.
“Rumput
tetangga hanya terlihat lebih indah. Itukan sama kalo kita cuma ngeliat ke
atas, kita lupa ngeliat ke bawah. Makanya kalo kita liat ke jalan yang lurus
aja, jalan yang di ridhoi-Nya.”
“Yee
untuk gitu kan gakbisa selalu. Manusia diciptakan untuk mengeluh. Kadang kita
lupa dan akhirnya terjerumus. Menurut gue kita harus saling mengingatkan. Jadi
pas lupa langsung sadar lagi dan inget. Nah jadinya kan bisa selalu tuh.”
“Nah,
iyatuh... Saling mengingatkan.”
“Kalo gue udah terjerumus gimana?”
“Seseorang
tidak dinilai dari masa lalunya, tetapi dinilai dari apa yang dia kerjakan
sekarang untuk masa depannya. Kita masih bisa berubah. Untuk mencari akhir yang
lebih baik, akhir yang lebih indah.”
“Tolong
ingetin gue ya.”
“Iya,
kita saling mengingatkan.”
Aku GEMUK
(M) dan Aku Bangga. Salam para pencari akhir yang lebih indah
Sumber Gambar: facebook.com "Amgah Al-haq"
Komentar
Posting Komentar