Langsung ke konten utama

Apa Aku Manusia?



“Ada akun twitter kagak?” Tanya Abi, seorang laki-laki bertinggi sedang, bermuka oval, berambut tipis. Abi baru saja berkenalan dengan Putri. Seorang wanita yang tak terlalu tinggi, sawo matang, berambut lurus dan panjang.
“Apricotalmon” Jawab Putri
“sip”
“Kamu apa?”
Pertanyaan Putri sangat singkat dan ambigu. Abi jawab dengan bercanda “Manusia”
“Masa sih? Kamu manusia? Wah...” Putri meladeni
“-_-“” Abi yang sedang sibuk tak ingin melanjutkan
“wkwkwk” Putri tertawa
Dialog singkat tersebut membuat Abi merenungkan sesuatu. Apakah aku benar-benar manusia? Tahu dari mana jika aku benar-benar manusia? Aku pernah mendengar suatu istilah ‘memanusiakan manusia.’ Jika ada istilah memanusiakan manusia, berarti ada manusia yang belum benar-benar menjadi manusia. Lalu seperti apa itu manusia sebenarnya? Apa indikatornya? Aku jadi pusing gara-gara Putri. Padalah niatnya cuma nanya akun twitter.
Jika aku bukan manusia, lalu aku apa? Simpanse? Monyet? Di jalanan ibukota sering aku dengar orang saling mencaci maki. Monyet lo! Padalah mereka berdua sama-sama manusia. Jadi sebenarnya mereka monyet atau manusia. Lalu siapakah yang sebenarnya manusia? Yang dicaci, atau yang mencaci.
Putri, sebenernya apa sih bedanya manusia sama monyet?”
“Lah kenapa bi, kamu berpikir kamu monyet?”
“Gak gitu juga, cuma penasaran aja. Abis kamu sih, nanyain aku manusia apa bukan. Aku pengen tau bedanya manusia sama monyet. Kenapa banyak manusia yang manggil manusia lain dengan kata monyet.”
“Monyet sama manusia beda di DNA. Tapi 97 persen DNA kita sama dengan DNA monyet. Cuma 3 persen yang beda. Kalo kenapa banyak manusia manggil manusia lain monyet, aku juga gaktau deh bi.”
“Loh, cuma 3 persen? Tapi kan jelas beda antara kita dengan monyet.”
“Gak juga bi, kadang sama. Lihat sekarang banyak manusia yang meniru monyet.”
“Ha? Emang ada? Buat apa niru monyet?”
“Mungkin karena manusia terlalu yakin dirinya manusia. Lupa kalau di dalam dirinya ada 97 persen DNA monyet. Jadi mereka ngegunain DNA mereka sesuka hati. Gak dipilih-pilih. Lupa untuk jadi manusia sebenarnya, mereka harus ngegunain 3 persen DNA yang beda dari monyet. Kalo gak digunain ya sama aja kaya monyet.”
“Put, kamu ngomong apaan sih-_-. Tolong jelasin ke aku pake bahasa manusia dong”
                “Bi, sebenernya apa sih yang ngebedain kita sama binatang?”
                “Akal”
                “Nah, bener banget! Itulah 3 persen kita yang beda dari monyet.”
                “Jadi kamu mau bilang, manusia yang belum jadi manusia adalah ‘manusia’ yang gak pake akal?”
                “Kasarnya sih gitu, Bi”
                “Halusnya?”
                “Di amplas lah bi, terus pelitur”
                “Serius, Put...”
                “Manusia yang belum jadi manusia.. Adalah manusia yang lupa. Lupa kalau dirinya itu manusia.”
                “Contoh mereka yang lupa? Bedainnya gimana, orang yang make 100% DNAnya sama orang yang cuma make 97% DNAnya? Bedain mana yang manusia mana yang bukan?
                “Gampanglah, apalagi di dunia sekarang. Kamu harus inget diri kamu itu manusia, Bi. Jangan niruin hewan. Hewan itu hidupnya bebas, gakpunya batasan. Mereka melalukan segala sesuatu cuma pake nafsu, gak pake akal. Mereka ngelakuin segala sesuatu berdasarkan keinginan mereka. Hanya untuk kepuasan semata.”
                “Ah kan, kamu mulai abstrak lagi”
                “Liat manusia yang mencari uang dengan korupsi. Mereka itu ‘manusia’ yang hanya menggunakan 97 persen DNAnya. Hanya memenuhi keinginannya untuk kaya, untuk makan enak. Lupa kalau dia manusia, lupa sama akalnya sendiri, lupa mana yang halal mana yang haram.”
                “Oh, aku tau contoh lain! Wanita yang berpakaian hewan.”
                “Lah, hewan kan gakpake baju, gimana sih lo bi?”
                “Tepat sekali, Put”
                “Oh aku ngerti. Yang di atas diturunin ke bawah. Yang di bawah dinaikin ke atas. Mulai niruin hewan. Lama kelamaan gakpake baju. Lupa kalo dirinya itu manusia, lupa sama Tuhannya, lupa sama 3persen DNAnya.”
                 Manusia adalah manusia yang menggunakan 3% dari perbedaan DNAnya dengan hewan. Perbedaan manusia dan hewan terletak di akal.
                Cara wanita dalam menarik pria dapat dibedakan menjadi 2. Menarik 100% DNA pria, atau hanya menarik 97% DNA "pria”.
                Cara pria memandang wanita dapat dibedakan menjadi 2. Memandang wanita dengan 100% DNAnya, atau hanya memandang "wanita" dengan 97% DNAnya.
                Berdasarkan penelitian. Telah dibuktikan bahwa manusia mendapatkan manusia. Gorilla mendapatkan gorilla. Kerbau mendapatkan kerbau. Tumbuhan mendapatkan Tumbuhan. Tidak ada manusia yang mendapat jodoh gorilla.
                “Put, dari dialog sama kamu, aku ngedapetin sesuatu. Kita sama monyet cuma beda tipis. Kita bisa jadi hewan, bisa jadi manusia. Tergantung pilihan kita.”
                “Iya, bener bi. Dan ingat. Manusia mendapatkan manusia.”
                “Iya put. Kita harus inget terus kalau kita itu manusia. N gegunain 100% DNA yang kita punya. Ngegunain akal. Walaupun benar dan salah terasa semu. Sebenarnya benar dan salah terpisahkan oleh satu garis lurus yang tegas. Tinggal kita inget kalau kita itu manusia.”
                “Iya, dan inget Allah bi. Allah sebaik-baiknya penolong dan pelindung. Biar di kehidupan yang kekal nanti kita dikembalikan sebagai manusia. Manusia yang mewarisi kemenangan yang agung.”
                “Yap, aku bakal berusaha buat gitu. Semoga Allah melindungi kita, pasangan-pasangan kita, keluarga kita, orang-orang yang kita sayangi dan yang sayang sama kita.”
                “Amin. Dah manusia”
                “Dah manusia”

sumber gambar: affinnova.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi ...

Pidato dan Gombal di Musim Pancaroba

Pidato: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua dan segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karna berkat rahmat dan karunianya kita dapat berdiskusi di dunia maya ini. Pada kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan sebuah pidato tentang musim pancaroba. Dewasa kini banyak sekali terlihat penyakit di lingkungan saya. Saat ini sedikitnya 5 orang telah terjangkit demam berdarah dan belasan lainnya terjangkit pilek. Di musim pancaroba ini hendaknya kita lebih extra waspada untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Kita juga harus memerhatikan lingkungan dengan buang sampah pada tempatnya mulai dari diri sendiri. Sampah-sampah dapat menjadi tempat genangan air bersih. Genangan air tersebut adalah SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH! Maka dari itu saya menghimbau kepada seluruh teman-teman untuk menjaga lingkungan kita jangan sampai orang terdekat kita menjadi korban dari ganasnya demam berdarah. Di mulai dari diri sendiri, dari yang kecil, dan dar...

Terima Kasih Dokter Thomas

#Koas FK UGM Ilmu Penyakit Dalam RSUD Banjarnegara Hari ini tugas refleksi kasus kami rampung *yeay*. Namanya dr. Thomas Effendi spesialis penyakit dalam. Konsulen kesayangan kami di Banjarnegara yang sangat kami hormati. Kebaikan hati beliau disimpan oleh puluhan mungkin ratusan koasnya. Sebut saja dr. Endro, residen penyakit dalam yang dulu koas di tempat yang sama, masih menyimpan kesan betapa baiknya dr. Thomas.                 ‘ One of the best consultant and teacher that I ever met’ terkesan berlebihan memang. Namun, kalau kita tanya ke pensiunan koas IPD Banjarnegara, siapa yang tidak mengiyakan? Kebaikan pertama: sudah jadi omongan langit bahwa koas IPD di Banjar benar-benar menjadi dokter muda. Loh kan situ memang dokter muda?. Yes, tapi tidak melulu dokter muda bisa menjadi dokter muda. Di Banjar, kita benar-benar memanajemen pasien, keputusan kita benar-benar dianggap. Kasarnya hidup matinya...