Langsung ke konten utama

Prosa Kematian

1.Jika ku mati kau pun mati. Tak peduli siapa yang duluan mati. Kita sama-sama mati. Meninggalkan jasad setelah mati. Tak perlu kau tunjukan mati. Kita sama-sama telah mati. Bau setelah mati. Bangkai setelah mati. Kebencian setelah mati. Tak usah kau tunjukan semua itu. Mereka sudah tahu kita telah mati.
Hidup setelah mati. Dulu mati sekarang hidup. Hanya Tuhan yang kuasa mematikan dan menghidupkan. Kini kau hidup. Wangi setelah hidup. Harum setelah hidup. Keriangan setelah hidup. Tunjukan lah semua itu. Agar mereka tahu bahwa kau telah hidup. Agar mereka diam membisu. Mereka yang mengagungkan prasangka. Mereka yang melihat namun tidak melihat. Mereka yang melukai orang yang telah mati.
****
2. Kata tak terurai. Raga tak sampai. Ucapmu hampa tak terisi. Sayupmu lelah tak mengerti. Sampai kapan seperti ini? Jiwamu pergi. Sadarmu pergi. Dirimu, "pergi." Tinggal sepatah dua patah kata yang telah patah, tak bermakna selain patah. Sebiji, dua biji, hanya se dan dua. Tak sampai tiga.
Memang pengorbanan seharusnya tak harap kembali. Namun aku bukanlah sang surya yang menyinari dunia. Perlahan aku redup dan mati. Terlebih, tanpa kembali.
***
Untuk jam yang berputar ke belakang. Untuk bayang yang seharusnya hilang. Untuk pelajaran yang terajarkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi ...

Terima Kasih Dokter Thomas

#Koas FK UGM Ilmu Penyakit Dalam RSUD Banjarnegara Hari ini tugas refleksi kasus kami rampung *yeay*. Namanya dr. Thomas Effendi spesialis penyakit dalam. Konsulen kesayangan kami di Banjarnegara yang sangat kami hormati. Kebaikan hati beliau disimpan oleh puluhan mungkin ratusan koasnya. Sebut saja dr. Endro, residen penyakit dalam yang dulu koas di tempat yang sama, masih menyimpan kesan betapa baiknya dr. Thomas.                 ‘ One of the best consultant and teacher that I ever met’ terkesan berlebihan memang. Namun, kalau kita tanya ke pensiunan koas IPD Banjarnegara, siapa yang tidak mengiyakan? Kebaikan pertama: sudah jadi omongan langit bahwa koas IPD di Banjar benar-benar menjadi dokter muda. Loh kan situ memang dokter muda?. Yes, tapi tidak melulu dokter muda bisa menjadi dokter muda. Di Banjar, kita benar-benar memanajemen pasien, keputusan kita benar-benar dianggap. Kasarnya hidup matinya...

Unta, Ayah, dan Anak (Cerita Inspirasi)

         Suatu hari di padang pasir yang panas. Seorang ayah, seorang anak, dan seekor unta. Mereka bertiga sedang mengadakan perjalanan jauh. Di awal perjalanan mereka berdua naik unta bersama. Panas hari itu sangat terik. Tiba-tiba mereka menemui sekumpulan orang yang membicarakan mereka "Ih itu bapak sama anak jahat banget ke unta. Panas kaya gini untanya disuruh nahan 2 beban."          Karena komentar itu, akhirnya ayah turun dari unta.Membiarkan anaknya yang menaiki unta sendirian. Namun, tak lama kemudian mereka kembali menemui sekumpulan orang yang membicarakan mereka "Ih itu anak jahat banget sama bapaknya, masa bapaknya di suruh jalan, anaknya enak naik unta."          Mendengar komentar tak sedap, sang anak akhirnya turun dari unta. Mempersilahkan ayahnya untuk menaiki unta. Berharap tak menemui sekumpulan orang yang membicarakan mereka lagi. Namun, lagi-lag...