Langsung ke konten utama

Verruca bukan Mata Ikan bukan Clavus



       Pada post kali ini, aku akan berbagi pengetahuan tentang Verruca. Namanya keren ya, Verruca. Nama yang keren ini ternyata senang yang jorok-jorok. Sukanya sama tempat-tempat gelap. Terus suka yang basah-basah. Wah... dari semua ciri-ciri, itu menunjukkan bahwa verruca adalah.......... Penyakit kulit. Penyakit ini sering salah diartikan sebagai clavus atau mata ikan.
         Selain terletak di nama, perbedaan verruca dan clavus terletak di penyebab. Penyebab verruca adalah virus. Sedangkan penyebab clavus adalah tulisan yang salah tulis. Ada orang yang minjem, “Eh, clavus dong” (penghapus). Baik serius, penyebab clavus adalah tekanan. Tapi bukan tekanan batin, tekanan dalam arti sesungguhnya.
       Karena gambar di internet suka melebih-lebihkan, maka saya tidak menambahkannya dalam post kali ini. Dari visualisasi kata. Penyakit ini ditandai dengan penebalan pada kulit. Kulit terasa menebal kemudian seperti berisi bulatan hitam. Kulit yang terkena verruca akan terlihat menonjol dan terasa kasar serta tebal. Berbeda dari kulit-kulit sekitarnya yang normal. Biasanya terletak pada bagian kaki atau tangan. Khususnya bagian yang rawan kelembaban.
        Untuk membedakan secara jelas mana verruca mana clavus. Silahkan bertanya kepada dokter. Perlu ditekankan bahwa gambar yang ada di internet suka melebih-lebihkan. Dan biasanya gambar yang sediakan adalah penyakit dalam tingkat yang sudah parah. Tingkat ringan verruca hanyalah terdiri dari satu atau dua tonjolan kecil. Pada tingkat inilah sebaiknya segera diobati.
       Pencegahan: Jagalah kebersihan kulit terutama pada sela-sela jari. Setelah dicuci dikeringkan sampai benar-benar kering. Jaga kelembaban sepatu agar tidak lembab dan tetap kering. Kemudian bertemanlah pada Matahari. Karena matahari adalah musuh besar virus. Hati-hati terhadap lembab, karena virus jatuh cinta pada lembab.
     Pengobatan: Untuk upengobatan. Yang terbaik adalah pergi ke dokter kesayangan. Karena dokter akan melihat langsung tindakan apa yang terbaik.
       Saran: Umumnya orang takut dan malu mengakui bahwa ia telah terserang verruca. Padahal jika verruca dibiarkan, verruca akan menyebar dan semakin parah. Lebih baik diobati lebih dini. Karena jika telah terserang, harus bertahan dan melawan. Jika sudah dikepung akan lebih kewalahan. Lebih cepat lebih baik. Untuk tingkat keparahan rendah, verruca dapat diobati tanpa rasa sakit yang berarti. Semakin tinggi tingkat keparahan semakin besar rasa sakit yang harus dilawan.
      Bagi korban verruca. Terserang verruca hanyalah setitik kecil perjalanan hidup yang akan dilewati, setitik kecil pengganggu yang hanya numpang lewat. Kita akan melewati titik itu. Kembali menjalani kehidupan normal, melupakan verruca, melupakan rasa malu, melupakan sakit yang diderita.  
        Salam kesehatan. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Lebih baik mengobati daripada tidak sama sekali. Jangan berputus asa dari rahmat Tuhan. Tuhan selalu mempunyai cara yang tidak disangka untuk menolong hamba-Nya. Karena Tuhan adalah sebaik-baiknya penolong dan pelindung

sumber: pengalaman pribadi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi ...

Terima Kasih Dokter Thomas

#Koas FK UGM Ilmu Penyakit Dalam RSUD Banjarnegara Hari ini tugas refleksi kasus kami rampung *yeay*. Namanya dr. Thomas Effendi spesialis penyakit dalam. Konsulen kesayangan kami di Banjarnegara yang sangat kami hormati. Kebaikan hati beliau disimpan oleh puluhan mungkin ratusan koasnya. Sebut saja dr. Endro, residen penyakit dalam yang dulu koas di tempat yang sama, masih menyimpan kesan betapa baiknya dr. Thomas.                 ‘ One of the best consultant and teacher that I ever met’ terkesan berlebihan memang. Namun, kalau kita tanya ke pensiunan koas IPD Banjarnegara, siapa yang tidak mengiyakan? Kebaikan pertama: sudah jadi omongan langit bahwa koas IPD di Banjar benar-benar menjadi dokter muda. Loh kan situ memang dokter muda?. Yes, tapi tidak melulu dokter muda bisa menjadi dokter muda. Di Banjar, kita benar-benar memanajemen pasien, keputusan kita benar-benar dianggap. Kasarnya hidup matinya...

Koas Penyakit Dalam FK UGM

Koas Ilmu Penyakit Dalam FK UGM Halo semua pembaca! lama tidak berjumpa di ruang maya ini. Semoga teman-teman, bapak, ibu, semuanya dalam keadaan sehat. Kali ini aku ingin bercerita tentang stase besar terakhirku. Kisah nano-nano yang tak terlupakan, tentunya tiap bagian hidup kita memiliki keunikan dan spesialnya masing-masing. Ini kisahku Sepuluh minggu tulang punggung dokter umum. Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap bagian lain, IPD memang menyumbang peran besar. Sewajarnya punggawa ilmu penyakit dalam (IPD) menginginkan koasnya pintar-pintar. Berbagai program telah disiapkan oleh dosen-dosen kita yang luar biasa. Program pertama adalah bimbingan koas. Aku rasa tidak ada cerita khusus di bimbingan koas. Tips belajar sebelum stase?  Maaf ya menurutku pribadi tidak perlu. Saranku perdalamlah ilmu yang disukai; ilmu jual beli yang baik? ilmu agama? ilmu-ilmu yang bermanfaat yang mau diamalkan. Manfaatnya dobel; manfaat belajar + manfaat mengamalkan. Mengapa tidak perlu bel...