Tepat pukul 11.00 aku tiba di
tempat yang dijanjikan, aku lihat ke dalam tempat penampungan dan ternyata aku
menemukan hanya 2 ember cat bekas
Part 2: Kecewa atau Semangat. Meratap atau Bergerak
Kecewa adalah perasaan pertama yang terlewat dalam benakku. Aku langsung menghubungi kembali sang kontraktor, ternyata memang yang ada hanya 2, itulah yang tersisa. Sejenak aku menghela nafas, mencoba membersihkan kekecewaan dan membuangnya bersama nafas yang dalam. Waktu yang kuhabiskan akan lebih berharga untuk mencari ember dibanding meratapi nasib cuma mendapat 2 ember. Lagipula, seharusnya aku lebih bersyukur telah mendapatkan 2 ember secara cuma-cuma.
Setelah menyimpan 2 ember di
bagasi, menutup bagasi, dan akhirnya duduk di jok supir. Aku tersadar bahwa aku
tak punya tujuan yang pasti. Rekan kerjaku juga tak tahu tempat pasti untuk
mencari ember bekas. Perlahan jalanan terutup “kabut”, pencarian ini akan
menjadi pencarian buta. Sama seperti mencari jodoh, kita tidak tahu di mana dan
kapan kita akan menemukannya.
Saat injakan gas pertama, aku
mulai melamun dan berpikir ke mana arah yang tepat. Tiba-tiba ketika melihat
spion, aku lihat ember cat sedang tergeletak tak berdaya. Aku segera injak
rem dan keluar dari mobil, pergi menuju
ember tersebut dan mencari siapa pemiliknya. Setelah mengobrol dengan sang
pemilik, ternyata ember tersebut sudah ada yang punya. Namun yang lebih
penting, ember tersebut masih ada isinya, aku butuh yang bekas, yang kosong.
Sejenak harapan yang tiba-tiba
terbentuk berubah jadi serpihan. Lagi-lagi aku harus menghela nafas dan
membersihkan kekecewaan. Saat kembali ke mobil, rekan kerjaku mempunyai ide
yang patut dicoba. Ia menyuruhku untuk mengelilingi jalan kaliurang (kilometer
4-7). Aku juga ingat ada beberapa toko bangunan di sana, semangat baru tiba-tiba
tumbuh. Next stop, River urang Street (Jalan Kali urang).
Aku telah memutar-mutar,
mencicipi, menjamahi tempat-tempat yang aku lihat mempunyai prospek. Rata-rata
semua sama, berakhir dengan kata maaf dan coba pergi ke tempat yang lain. Aku
ke toko bangunan, mereka hanya punya cat baru, bukan ember cat bekas. Aku coba
ke ruko yang sedang di bangun, ternyata cat yang mereka punya belum dipakai.
Aku coba ke warung, aku mendapatkan sebotol air minum.
Namun satu hal yang perlu
digarisbawahi, tempat-tempat yang aku singgahi semua dihuni oleh
manusia-manusia ramah. Mereka tersenyum walau ada orang asing aneh yang
menanyakan ember cat bekas. Beberapa orang membantuku berpikir, kira-kira di
mana aku bisa mendapatkan ember-ember tersebut. Orang terakhir yang aku temui
memberikanku sebuah alamat, pasar klit*kan. Semangat baru mulai tumbuh, next
stop, pasar klit*kan.
Spoiler untuk part selanjutnya:
Pasar klit*kan ini mempunyai
jarak yang cukup jauh dari kaliurang. Ditempuh dengan segenap bensin yang ada
dan sebuah harapan. Harapan tentang ditemukannya ketujuh ember dan selesainya
misi ini. Oiya aku telah bercerita bahwa di kaliurang aku bertemu dengan
manusia-manusia ramah, part selanjutnya akan sedikit berbeda. Ramah? Aku hanya
bisa tertawa dan mengelus dada.
Komentar
Posting Komentar