Langsung ke konten utama

Seorang Remaja Bernama Alham Qobli Altan


Sudah delapan hari aku tak muncul di kompasiana atau pun di blog, kangen juga. Bukannya aku berhenti menulis, tapi aku berpindah menulis. Aku berpindah dari blog menuju novel. Selama enam hari aku berhasil membuat draft dan plot novel secara garis besar. Sisa dua harinya adalah masa berkabung. Karena draft novel tersebut raib diembat pencuri. Draft tersebut belum sempat aku pindahkan ke komputer. Alhasil sirnahlah sudah benang-benang ide yang sedang aku pilin. Plot-plot yang mulai terbentuk kini tercerai berai. 

Lagian si pencuri nyolong tas seutuhnya, bukannya nanya dulu isinya apa aja. Itu tas kan gaada laptopnya. Isinya draft novel, mungkin si pencuri mau melanjutkan novel yang aku buat. Siapatau dia hobi menulis juga. Dan nanti ketika novelnya sudah terbit, aku mendapat beberapa bagian dari royaltinya. Ya... positive thinking saja.

Lupakan kehilangan ide itu. Ide bisa muncul lagi, aku memutuskan untuk menulis kembali dan berhenti berkabung. Selama delapan hari menulis draft novel, aku bertemu seseorang bernama Alham Qobli Altan.

***

Hai, namaku Alham Qobli Altan, panggil saja aku Alham. Aku sebaya dengan Amgah, umurku sekitar 18 tahun. Jangan memintaku mendeskripsikan wajahku, aku tak ahli. Bayangkan saja aku ganteng, mukaku oval, rambutku lurus dan berponi seperti Ariel NOAH. Tubuhku lumayan kekar dan berisi.


 Dulu aku pernah menjadi preman di sekolah. Bukan preman juga sih, ya jagoanlah, alfa male.  Dulu juga, aku mudah tertarik dengan “keindahan” wanita. Dan wanita juga sangat mudah untuk tertarik denganku. Aku suka bergonta-ganti pacar dan mencari yang paling “indah.”
Sekarang, aku bukan lagi seorang preman. Aku lebih mudah tersenyum. Kekekaran tubuhku aku gunakan untuk menolong nenek-nenek nyebrang. Banyak nenek yang bilang padaku “Untuk ada cucu, nenek jadi cepet nyebrangnya. Mobil pada takut kali ya cu sama badan cucu.” Aku hanya bisa tertawa mendengarnya.
Aku juga tak lagi mencari “keindahan” wanita. Aku sekarang mencari keindahan wanita tanpa tanda petik. Tipe wanitaku sekarang adalah wanita muslimah yang pandai menjaga kehormatannya. Aku mencari wanita yang bisa membuatku lebih dekat pada Tuhan. Dan pastinya, wanita yang penuh kasih sayang dan penuh perhatian. Wanita seperti itu benar-benar indah.
Aku suka tertawa sendiri membayangkan betapa bedanya aku yang dulu sama aku yang sekarang. Mungkin ini karena doa orang tuaku, doa yang mereka berikan lewat arti namaku. Alham Qobli Altan: Mendapatkan Ilham Sebelum Senja.


***

Cukup ya ham, ntar lanjutin lagi ceritanya. Nah itu dia si Alham, berbadan kekar tapi hatinya lembut. Lucu juga ya, eh tapi jangan salah, aku pernah melihat dia marah. Sangat seram.

Waktu itu kami sedang mengobrol biasa. Aku menanyakan kenapa ia mau bertaubat ketika muda. Padahal banyak orang bilang, nikmatilah dulu masa muda.

 Alham tiba-tiba marah dan berdiri. Tubuhnya menutupi sinar matahari, membuat sekelilingku menjadi gelap. Aku hanya bisa terdiam takut sambil melihat tatap matanya yang tajam.
“Siapa bilang taubat itu hanya untuk orang tua! Bisa jadi aku udah mati besok! Kalo aku mati dan dosaku belum diampunin gimana!”

“Kamu kenapa Ham? Sabar, sabar.... Maaf.. Aku gak ngerti.”

“Kamu baru bisa ngerti kalo aku udah cerita! Perasaan ini begitu kompleks, Gah."

Setelah menenangkan diri, ia menjadi lebih kalem dan mau bercerita. Cerita-cerita Alham banyak menginspirasiku. Aku belajar banyak darinya, belajar untuk selalu setia pada yang benar. Karena malaikat pencabut nyawa dapat mencabut nyawaku kapan saja. Tak peduli aku sudah siap atau belum. Ih jadi serem bayangin aku meninggal dan terkubur di tanah tak berdaya.

Oiya, aku akan berbagi beberapa cerita Alham padamu. Tunggu di tulisan-tulisanku berikutnya :D


Sumber Gambar:
thejakartapost.com
lucas2012infos.wordpress.com 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi ...

Pidato dan Gombal di Musim Pancaroba

Pidato: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua dan segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karna berkat rahmat dan karunianya kita dapat berdiskusi di dunia maya ini. Pada kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan sebuah pidato tentang musim pancaroba. Dewasa kini banyak sekali terlihat penyakit di lingkungan saya. Saat ini sedikitnya 5 orang telah terjangkit demam berdarah dan belasan lainnya terjangkit pilek. Di musim pancaroba ini hendaknya kita lebih extra waspada untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Kita juga harus memerhatikan lingkungan dengan buang sampah pada tempatnya mulai dari diri sendiri. Sampah-sampah dapat menjadi tempat genangan air bersih. Genangan air tersebut adalah SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH! Maka dari itu saya menghimbau kepada seluruh teman-teman untuk menjaga lingkungan kita jangan sampai orang terdekat kita menjadi korban dari ganasnya demam berdarah. Di mulai dari diri sendiri, dari yang kecil, dan dar...

Terima Kasih Dokter Thomas

#Koas FK UGM Ilmu Penyakit Dalam RSUD Banjarnegara Hari ini tugas refleksi kasus kami rampung *yeay*. Namanya dr. Thomas Effendi spesialis penyakit dalam. Konsulen kesayangan kami di Banjarnegara yang sangat kami hormati. Kebaikan hati beliau disimpan oleh puluhan mungkin ratusan koasnya. Sebut saja dr. Endro, residen penyakit dalam yang dulu koas di tempat yang sama, masih menyimpan kesan betapa baiknya dr. Thomas.                 ‘ One of the best consultant and teacher that I ever met’ terkesan berlebihan memang. Namun, kalau kita tanya ke pensiunan koas IPD Banjarnegara, siapa yang tidak mengiyakan? Kebaikan pertama: sudah jadi omongan langit bahwa koas IPD di Banjar benar-benar menjadi dokter muda. Loh kan situ memang dokter muda?. Yes, tapi tidak melulu dokter muda bisa menjadi dokter muda. Di Banjar, kita benar-benar memanajemen pasien, keputusan kita benar-benar dianggap. Kasarnya hidup matinya...