Langsung ke konten utama

Kisah Unyu di Balik Tirai Bangsal

           

         Di satu malam, para koas semoga saja akan selalu mendapatkan pemandangan ini. Bukan bermaksud mendoakan orang lain untuk sakit, tetapi justru mendoakan orang untuk bersikap positif ketika sakit. Ada sepasang suami istri yang suaminya sakit, sang istri selalu setia menemani. Bahkan di ruang perawatan yang gaada tempat tidur, istrinya rela tidur di lantai dengan karpet, merawat luka dan kebutuhan suaminya. Sang suami yang dioperasi lehernya, tidak bisa tidur dan terus mengecek bekas operasinya. Sang istri pun ikut memerhatikan bekas operasi si suami, ikut-ikutan tidak tidur, sampai akhirnya mereka berdua sama-sama jatuh tertidur. Hatiku membatin “wah hebat sekali sang istri, selain rela merawat si suami, ia selalu tersenyum di depan sang suami” Semoga suaminya juga dapat membahagiakan istrinya. Cepat sembuh dan cepat pulang^^


          Tulisan tersebut saya post di akun line @amgah, lalu ada seorang teman sebut saja @Zakky mengomentari “kemaren gw juga nemu yang bikin baper gah, di balik tirainya, sang istri yang di rawat, sholat berjamaah bareng suaminya, walaupun dengan infus terpasang.”

             Lalu aku membalas “perjuangan beliau beliau luar biasa…”


      @Zakky membalas lagi “menurutku gak cuma perjuangan mereka doang, tapi wujud penghargaan mereka terhadap kondisi apa yang diberi kepada mereka, mereka tetap bersyukur dengan apa yang diberi, ntah itu baik, ntah itu buruk


copyright to amgah.blogspot.com

sumber gambar;
twinsfam.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi ...

Terima Kasih Dokter Thomas

#Koas FK UGM Ilmu Penyakit Dalam RSUD Banjarnegara Hari ini tugas refleksi kasus kami rampung *yeay*. Namanya dr. Thomas Effendi spesialis penyakit dalam. Konsulen kesayangan kami di Banjarnegara yang sangat kami hormati. Kebaikan hati beliau disimpan oleh puluhan mungkin ratusan koasnya. Sebut saja dr. Endro, residen penyakit dalam yang dulu koas di tempat yang sama, masih menyimpan kesan betapa baiknya dr. Thomas.                 ‘ One of the best consultant and teacher that I ever met’ terkesan berlebihan memang. Namun, kalau kita tanya ke pensiunan koas IPD Banjarnegara, siapa yang tidak mengiyakan? Kebaikan pertama: sudah jadi omongan langit bahwa koas IPD di Banjar benar-benar menjadi dokter muda. Loh kan situ memang dokter muda?. Yes, tapi tidak melulu dokter muda bisa menjadi dokter muda. Di Banjar, kita benar-benar memanajemen pasien, keputusan kita benar-benar dianggap. Kasarnya hidup matinya...

Unta, Ayah, dan Anak (Cerita Inspirasi)

         Suatu hari di padang pasir yang panas. Seorang ayah, seorang anak, dan seekor unta. Mereka bertiga sedang mengadakan perjalanan jauh. Di awal perjalanan mereka berdua naik unta bersama. Panas hari itu sangat terik. Tiba-tiba mereka menemui sekumpulan orang yang membicarakan mereka "Ih itu bapak sama anak jahat banget ke unta. Panas kaya gini untanya disuruh nahan 2 beban."          Karena komentar itu, akhirnya ayah turun dari unta.Membiarkan anaknya yang menaiki unta sendirian. Namun, tak lama kemudian mereka kembali menemui sekumpulan orang yang membicarakan mereka "Ih itu anak jahat banget sama bapaknya, masa bapaknya di suruh jalan, anaknya enak naik unta."          Mendengar komentar tak sedap, sang anak akhirnya turun dari unta. Mempersilahkan ayahnya untuk menaiki unta. Berharap tak menemui sekumpulan orang yang membicarakan mereka lagi. Namun, lagi-lag...