Begitu lihat tanggalan sontak aku kaget, bagaimana tidak
utangku kepada blog ini adalah 2000 kata. Mungkin 2000 kata adalah hal yang
mudah bagi penulis kondang, namun bagiku 2 ribu kata perlu latihan agar
tulisannya menarik dan berisi. Baiklah mari kita kupas satu per satu dari
tanggal 29 januari hingga 1 februari 2016.
29 januari
Sisi Lain kota Jakarta, Makna Filosofis Sebuah
Perjalanan
Hari ini aku dibawa oleh panitia ATMACORDIS 2016 untuk
menjelajahi jantung ibukota Jakarta. Tidak lain tidak bukan adalah Monumen
Nasional (MoNas), salah satu proyek prestisius presiden Soekarno. Monas kini
bukan lagi Monasku saat SD (yaiyalah). Ketika dulu saat SD aku tidak
merekomendasikan untuk pergi ke Monas, tapi sekarang ketika kuliah aku akan merekomendasikan Monas untuk dikunjungi oleh Rakyat Indonesia. Apa alasannya?
-
Bukan untuk berbicara tentang konspirasi monas
sebagai lambing pria dan gedung DPR sebagai lambing wanita, melainkan untuk memelajari
sejarah bahwa segala sesuatu yang baik
perlu diperjuangkan. Mengapa?
Menurutku sebagian masyarakat Indonesia (terutama remaja
zaman sekarang) telah lupa akan makna dari sebuah perjuangan). Memang opini ini
tidak difondasikan oleh riset ilmiah, akan tetapi coba direnungi keadaan
sekitar. Aku telah berbicara tentang bagaimana remaja sekarang mulai kehilangan
daya juang, beberapa guru di sekolahku dan temanku pun setuju terhadap
pernyataan tersebut. Tidak setuju? Justru bagus! Karna memang seharusnya Anda,
aku, kami, tidak menyetujui dan melawan hal itu. Bangsa Indonesia masih memiliki dan harus meningkatkan daya juangnya.
(jika
artikel ini mengupas tentang daya juang, 500 kata pada tanggal 29 Januari tidak
akan cukup. Lalu makna dari yang tadinya artikel travelling akan bergeser menjadi opini dan debat).
Di
Monas, kami peserta lomba AESCULAPIUS ATMACORDIS 2016 di”paksa” untuk berlari
dan membakar kalori. Konsep amazing race dimana
semua orang dibagi dalam 8 tim dan 1 tim terdiri dari 5 orang. 8 tim merebutkan
sebuah hadiah yang ditentukan dengan siapa cepat dia dapat. Lalu bagaimana mendapatkannya
ialah dengan berlari mencari klu, menebak kemana harus pergi, lalu bermain di
pos-pos yang sudah ditentukan. Menyelesaikan permainan di pos adalah suatu hal
mutlak dan berlari adalah pelengkap yang diperlukan jika ingin menjadi yang
tercepat. Sebuah konsep yang menarik dari sebuah acara yang tertuliskan sebagai
city tour (seharusnya dituliskan
sebagai out bound).
Setelah
Monas kami satroni, sekarang kami mengarungi padatnya kota Jakarta menggunakan
moda Transjakarta. Sebetulnya Transjakarta adalah ide yang cukup baik untuk
mengatasi kemacetan lalu lintas. Lalu menurut saya akan lebih baik lagi jika
pelayanannya ditingkatkan; Bus diperbanyak, memperbaharui sistem menggunakan
teknologi GPS (sehingga dapat mengetahui bus yang ditunggu sudah sampai mana). Sepertinya 5 ribu tak apa asal jumlah bus meningkat sehingga efisiensi waktu terjaga
Terlepas
dari ide mengenai Transjakarta, kami rasa kami “menikmati” sesaknya bus pada peak hours. Bagaimana uniknya
kepribadian orang; ada yang ketiaknya kurang segar, ada yang penuh inspirasi
(diajak ngobrol dan diberi pelajaran hidup), ada yang apatis (tidak memberikan
duduk orang yang lebih tua), ada yang teladan (memiliki intelegensia sosial).
Satu keunikan terjadi ketika kami turun di stasiun Kota. Ternyata dekorasi
stasiun Kota telah dipermak dengan hiasan-hiasan yang cukup indah dan unik.
Jadi teringat bagaimana indahnya transportasi kota Singapura (ketika saya masih
SD). Semoga Indonesia dapat segera menyusul.
Singkat
cerita kami yang pergi dari Monas, sekarang tiba di Kota Tua. Kota tua yang
terkenal dengan museum Fatahillahnya adalah tempat yang wajib disatroni para
pelancong ibukota. Daerah ini menawarkan suasana Batavia Tempo Doeloe, bagiku
tempat favorit ialah museum wayang dan museum Bank Indonesia. Kedua tempat
tersebut menawarkan sebuah perjalanan waktu dari masa lalu hingga masa kini.
Kali ini
aku mengacungi jempol untuk panitia yang memiliki konsep amazing race untuk city tour.
Meskipun lelah karena harus berjalan puluhan kilo, tetapi kami mendapatkan
kesenangan tersendiri. Kami mengitari ibu kota, bercanda dengan teman setim,
mengobrol, memainkan permainan, atau sekadar merenungi beratnya perjuangan
hidup di kota metropolitan. Semua hal tersebut terjadi di tempat-tempat wisata
yang jika tidak dengan amazing race,
hanya melongo dan “o ini to, o itu to, o….”
Lalu secara implisit sebenarnya
dapat diambil makna bahwa kesuksesan adalah suatu perjalanan bukan hasil. Perjalanan
yang jauh, melelahkan, menguras energi, harus dihadiahi dengan kesuksesan,
karena kesuksesan adalah perjalanan. Bagaimana
seorang manusia memaknai setiap langkah yang diambilnya, mengetahui tujuannya,
lalu merasakan kebahagiaan karena setiap langkahnya menuju pada sebuah tujuan
akhir yang diketahuinya.
Perjalanan ditutup dengan kembali
ke kampus FK ATMA Jaya. Tak ada lagi yang diinginkan oleh para delegasi selain
mengistirahatkan diri. Ketika sudah sampai finish,
semua hal terasa indah. Seperti penantian akan kehadiran seseorang; semakin lama penantian, semakin terasa
indah di akhir ketika menemukan orang yang dinanti-nanti.
copyright to amgah.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar