Langsung ke konten utama

Telaah Atensi, Emosi dan Sosial di buku Daniel Goleman

 

Intermezzo 

5-8 Februari 2016, Hari terlewat begitu saja, ada yang berarti ada yang tidak. Definisi dari berarti pun beragam. Ada yang menganggap hari yang berarti adalah hari yang ada pestanya. Ada juga yang menganggap hari yang berarti yang banyak ibadahnya. Namun ku rasa jauh di dalam hati dan alam bawah sadar seseorang, hari yang berarti adalah hari dimana kita dapat memberikan manfaat positif ke orang lain. Aku rasa hanya orang-orang yang hatinya sudah membatu yang tidak setuju. Oleh karena itu, setiap hari selalu ingat untuk memberikan manfaat positif ke orang lain 

Tanggal 5-7 adalah harinya keluarga – Family Time – sudah lama aku tak berkumpul dengan keluarga. Merantau adalah pilihan tepat bagi beberapa orang. Bagi beberapa yang lain, merantau adalah hal yang dilarang. Bagi sebagian kecil, merantau adalah hal yang menakutkan. Sedikit kubahas tentang rantauan di paragraf ini, satu kalimat yang tak dijelaskan lagi di paragraf-paragraf selanjutnya; “Merantaulah! Baru kau akan mengerti apa itu kehidupan. Untuk apa kau hidup, bagaimana kau hidup, dan apa yang perlu dilakukan untuk menggapai makna hidup”

Pembelajaran tentang Atensi, serta Kemampuan Emosional dan Sosial di buku Daniel Goleman

Kali ini aku hanya akan membahas tanggal 8 Februari. Oiya! Selamat Shin Chia! Selamat tahun baru bagi yang merayakan. Tanggal 8 Februari aku merayakan rampungnya satu buku keren karangan Daniel Goleman. Buku berjudul “Focus” sebenarnya menjelaskan lebih dari sekadar fokus.

Selayang pandang tentang penulis; Daniel Goleman adalah pengarang dari 3 buku Best Seller yaitu “Emotional Intelligence” “Social Intelligence” dan “Focus”. Beliau merupakan seorang jurnalis ilmiah – penulis yang menggunakan sumber ilmiah sebagai referensi tulisan yang dibuatnya – yang hebat versiku. Mengapa? Karena di dalam bukunya, Daniel Goleman selalu menekankan makna Generousity. Pikirkanlah orang lain juga jangan hanya memikirkan dirimu sendiri! Akan tetapi, aku tidak mengetahui latar belakang dan kehidupan sehari-hari Daniel Goleman.

Kedua buku yang telah kubaca – Focus dan Social Intelligence – bahasanya lugas, mudah dimengerti oleh orang awam, vocabularynya pun tidak terlalu sulit. Hanya saja memang pemaknaannya cukup berat, perlu berpikir untuk dapat mengerti apa yang sedang dibaca, berbeda dengan novel yang dapat dibaca tanpa berpikir keras. Harganya tidak terlalu mahal jika dibandingkan dengan buku sejenisnya. Aku sangat merekomendasikan buku ini, terutama untuk orang-orang yang ingin mengetahui mengapa Indonesia masih tidak dapat semaju Negara barat, terutama bidang pendidikan.

“Sedikit komentar tentang kemajuan tanah air. Sebenarnya Indonesia memiliki sumber daya manusia dan alam yang mumpuni untuk membuatnya sejajar dengan Negara-negara Eropa. Hanya saja sistem yang telah dibentuk sekarang sangat kompleks, membuat orang-orang hebat tidak dapat membentuk sistem baru. Di buku Daniel Goleman, kita akan diajak berpikir beberapa langkah ke depan. Lalu bagi siapa yang mampu menyadarinya, Indonesia telah terjerat/terjebak pada pemikiran-pemikiran yang menghambat kemajuan.”

Kembali kepada buku Focus. Di akhir artikel, aku akan memberikan tautan (link) yang dapat diunduh dan berisi rangkuman yang kubuat sendiri. Buku yang berisi ratusan halaman berhasil aku peras menjadi 9 halaman. Semoga rangkuman yang kubuat dapat bermanfaat.

Jika kita ambil benang merah dari buku Focus. Pertama-tama buku tersebut membahas secara keseluruhan (overview). Apa sih yang buku itu bahas? Apa yang akan kita temui di beberapa lembar ke depan? Memudahkan pemetaan pikiran dan gambaran besar dari suatu pelajaran. Bab tersebut bernama Anatomi Atensi. Dijelaskan apa itu atensi, apa itu fokus, apa saja bentuk atensi, apa saja dasar dari kecerdasan emosi.
kecerdasan emosi

Pada bab tersebut dijelaskan macam-macam fokus. Ada fokus ke dalam, fokus ke luar, dan fokus ke pihak lain. Ketiga fokus tersebut harus berjalan bersama jika ingin menjadi pribadi yang diperhitungkan. Lalu ada tentang bagaimana dewasa ini banyak sekali pengalih perhatian, si iblis yang mengganggu fokus kita. Lalu iblis terkuat dari fokus diri sebenarnya adalah emosi. Plus tips-tips mengendalikan emosi, menghadapi iblis pengganggu fokus.

Hal unik lainnya adalah ternyata ada berbagai macam atensi. Ada atensi eksekutif, atensi selektif, dan atensi terbuka. Atensi eksekutif adalah bagaimana kita sebagai manusia memiliki kemampuan mengendalikan diri kita sendiri. Atensi selektif adalah bagaimana menyaring apa yang perlu diperhatikan dan apa yang tidak perlu diperhatikan. Atensi terbuka adalah bagaimana memerhatikan sinyal-sinyal samar dari suatu gambaran besar, mengambil intisarinya, berpikir kreatif, dan mampu menempatkan memori-memori dalam kelompok ingatan.

Sangat menarik bukan? Di bagian ke-2, Daniel Goleman menjelaskan tentang kesadaran diri, salah satu dari dasar kecerdasan emosi. Bagaimana manusia yang baik dapat mengendalikan dan mengenali dirinya. Sekaligus dapat mengenali orang lain dan menempatkan diri dalam suatu kelompok sosial. Manusia yang dipandang di lingkungannya adalah manusia yang memiliki empati dan simpati yang berada pada kadar yang pas.

Di bagian ke-3, giliran diajarkan cara untuk membaca orang lain. Bagian ke-4 tentang konteks yang lebih besar, berpikir secara sistem dan jangka panjang. Jika kita melakukan A, apa yang terjadi di dalam sistem dan apa yang akan terjadi secara jangka panjang? Pada bagian ke-5 diceritakan tentang penerapannya yaitu praktik cerdas. Pada bagian ke-6 dapat diibaratkan pengaplikasian ilmu di bidang kepemimpinan. Sedangkan pada bagian ke-7 adalah aplikasi ilmu di keseharian

Social and Emotional Learning

Apa lagi yang unik dari buku ini? Sedikit banyak buku ini bercerita tentang bagaimana sistem pendidikan. Sistem pendidikan yang baik (dan aku pun setuju) berfokus pada Social and Emotional Learning (SEL). Contoh; bagaimana mengendalikan diri adalah kunci untuk membuka gerbang ilmu pengetahuan. Orang-orang yang mampu mengendalikan dirinya dapat belajar dengan fokus dibandingkan orang dengan pengendalian diri yang rendah yang mudah terdistraksi.

Buku ini sebenarnya menyentil kehidupan di banyak titik Indonesia. Di mana fokus pendidikan adalah nilai, IQ, kecerdasan kognitif. Buku ini menyentil “apakah kalian tahu bahwa SEL pada akhirnya akan menghasilkan IQ yang baik?” pernahkah berpikir “IQ yang baik menghasilkan SQ-EQ yang baik atau SQ-EQ yang baik justru yang menghasilkan IQ yang baik?”

Lebih lengkap tentang buku ini, dapat diunduh di sini (klik). Password filenya; legowodotcom

oleh Abdi Marang Gusti Alhaq
copyright to amgah.blogspot.co.id
shared article ke http://www.legowo.com
sumber gambar:
forbes.com
abchome.com
cyberschoolgroup.com
casel.org

Komentar

  1. Amgah, bagus sekali gak blognya. Semoga berkah selalu untuk kamu gah. Aku setuju gah karangab daniel goleman banyak yang mengisnpirasi, tapi sayang belum sempet baca yang focus. Jadi penasaran gah, sayang sekali link yang kamu tautkan gak bisa dibuka gah. Anw, makasih gah inspirasi2nya lewat tarian jemari kamu. 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo ivittt terima kasiih alhamdulillah. Linknya udah aku perbaiki yaaaaa

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi ...

Pidato dan Gombal di Musim Pancaroba

Pidato: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua dan segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karna berkat rahmat dan karunianya kita dapat berdiskusi di dunia maya ini. Pada kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan sebuah pidato tentang musim pancaroba. Dewasa kini banyak sekali terlihat penyakit di lingkungan saya. Saat ini sedikitnya 5 orang telah terjangkit demam berdarah dan belasan lainnya terjangkit pilek. Di musim pancaroba ini hendaknya kita lebih extra waspada untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Kita juga harus memerhatikan lingkungan dengan buang sampah pada tempatnya mulai dari diri sendiri. Sampah-sampah dapat menjadi tempat genangan air bersih. Genangan air tersebut adalah SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH! Maka dari itu saya menghimbau kepada seluruh teman-teman untuk menjaga lingkungan kita jangan sampai orang terdekat kita menjadi korban dari ganasnya demam berdarah. Di mulai dari diri sendiri, dari yang kecil, dan dar...

Terima Kasih Dokter Thomas

#Koas FK UGM Ilmu Penyakit Dalam RSUD Banjarnegara Hari ini tugas refleksi kasus kami rampung *yeay*. Namanya dr. Thomas Effendi spesialis penyakit dalam. Konsulen kesayangan kami di Banjarnegara yang sangat kami hormati. Kebaikan hati beliau disimpan oleh puluhan mungkin ratusan koasnya. Sebut saja dr. Endro, residen penyakit dalam yang dulu koas di tempat yang sama, masih menyimpan kesan betapa baiknya dr. Thomas.                 ‘ One of the best consultant and teacher that I ever met’ terkesan berlebihan memang. Namun, kalau kita tanya ke pensiunan koas IPD Banjarnegara, siapa yang tidak mengiyakan? Kebaikan pertama: sudah jadi omongan langit bahwa koas IPD di Banjar benar-benar menjadi dokter muda. Loh kan situ memang dokter muda?. Yes, tapi tidak melulu dokter muda bisa menjadi dokter muda. Di Banjar, kita benar-benar memanajemen pasien, keputusan kita benar-benar dianggap. Kasarnya hidup matinya...