Izinkan aku
berteori tentang sebagian dan semua
Seringkali
sebagian membuat kita menjadi semua
Sehingga
semua akan dirugikan karena tak semua seperti sebagian
Saat itu
aku melihat sebagian yang lain, sebagian yang aku kira semua ternyata tidak
Sebagian itu unik, sebagian memberikan warna
pada sebagian yang lain. Ada sebagian yang buruk, ada sebagian yang baik. Namun
mayoritas sebagian berdikari, sehingga sebagian memberikan pilihan pada manusia
untuk memilih sebagian mana yang ia ingin. Aku kira sebagian akan menjadi
semua, ternyata tidak. Sebagian itu bukan semua, sebagian itulah yang membuat
semua menjadi berwarna-warni
Tujuh hari adalah durasi yang disediakan oleh
Tuhan untuk mempertemukan 200 orang dari belasan negara. Belasan negara berbaur
di dalam satu kanvas yang diisi oleh seribu cerita, East Asian Medical
Students’ conference (EAMSC).
Persiapan, persiapan adalah hal gaib. Pertama,
banyak delegates yang kita belum pernah tatap muka. Kedua, ada pembahasan untuk
menampilkan apa di cultural night. Biasanya delegates akan memilih menari.
Buatku menari adalah hal gaib, hanya Tuhan yang mengerti mengapa aku tidak bisa
luwes kalau menari.
Persiapan merupakan awal dari segala semua
keseruan. Bertemu teman baru, menggapai hati teman baru, mendalami pikiran
teman baru. “Halo, aku Amgah dari UGM” “Halo, aku Rahman dari UMI” “Halo, aku
Lala dari MCU” Seru bukan memiliki teman dari berbagai universitas yang
berbeda? Lokasi kampus yang beda, tempat nongkrong yang beda, sampai tempat
pipi* yang beda. Ini semua adalah awal sebelum akhirnya menjadi “Hello! My name
is Amgah from Indonesia” “Hello, my name is Caroline from New Zealand” “Hello
my name is Clara from Hong Kong.”
Hari pertama, hari pertama adalah jawaban dari
segala pertanyaan. Ketika orang berkata “Eh, kamu Amgah? Kok beda sama yang di
foto? Gantengan aslinya” #bohong. Akhirnya tampakan tiga dimensi sebuah wajah
manusia keluar dari penjara dua dimensi layar komputer. Awal-awal seperti biasa
pertanyaan basa basi “Kamu angkatan berapa? Universitas mana? Naik apa? Gimana
udah latihan cultural night belum” (tentunya dalam Bahasa Inggris).
Di bait pertama petualangan kami berkenalan.
Mulai dari orang Indonesia, panitia lokal, sampai delegates internasional. Aku
tergabung di dalam kelompok 1 bersama dua pemimpin kelompok atau Liaison
Officer atau Group Moderator; Gloria teo dan Heike Hatoyama. Sedikit tentang
mereka, Gloria adalah mahasiswi yang kata orang cantik asal Atma Jaya dan Heike
adalah mahasiswi blasteran Jepang-Indonesia asal Trisakti. Group Moderatorlah
yang akan membimbing delegasi selama konferensi berlangsung
Anggota lainnya ada Alex dan Lauren dari
Hongkong, Alan Singapura, Mook Thailand, Rosalind Malaysia, Hailey dan
Elizabeth Taiwan, Dara Filipin, Devaunshi dan Shika India, Tomoki dan Akari
Jepang, Su Jin Korea, Mel dan Adit Australia, dan Santos Nepal (banyak banget
ya). Seusai temu kelompok kami langsung pergi ke tempat opening ceremony.
Opening ceremony berisi sambutan dan penampilan Reog Ponorogo (kapan lagi
melihat reog).
Singkat cerita, hari kedua dimulai! Setelah banyak
melakukan inisiasi, obrolan-obrolan mulai berganti “ngapain aja di (negara)?”
“ada makanan khas sana?” “punya pacar?” “ajarin Bahasa (negara) dong”.
Aktivitas hari kedua berisi tentang kuliah. Kuliah pertama dibawakan oleh
dr.Jyothi, dilanjutkan oleh dr.Wresti. Beliau berdiskusi tentang Sexual
Transmitted Infection. Kuliah dari mereka membuka cakrawala pengetahuan dan
memperkaya bank ilmu.
Siang harinya kami melaksanakan academic
workshop. Kali ini kami melakukan sirkumsisi massal. Ternyata tak banyak yang
tahu tentang sirkumsisi, akhirnya delegates Indonesia kali ini lebih maju dari
delegates yang lain. Ketika biasanya kami hanya bisa melongo melihat teknologi
canggih, kini gantian kami menari-nari dengan gunting dan jarum jahit. Seusai
academic workshop dilanjutkan oleh welcoming party, saatnya berkenalan lagi!
Hal yang tak lumrah di Indonesia adalah bertukar kartu nama. Ternyata di
konferensi internasional untuk mengawali sebuah pertemanan rata-rata diawali
dengan bertukar kartu nama. Lalu akhirnya bertukar cerita, bertukar pengalaman,
bertukar line, bertukar whatsapp, mungkin sampai bertukar cinta (?) namun yang
jelas bertukar persahabatan.
Hari ketiga adalah hari kompetisi. Ketika
delegates yang presentasi menggunakan jas dan blazer terbaiknya, sedangkan
delegates yang lain memakai kaos polo santai. Beberapa delegates menjadi autis
dengan catatan presentasinya. Beberapa yang lain masih membagikan kartu nama.
Di sini kami bisa melihat bagaimana masyarakat internasional berlomba,
bagaimana mental mereka, bagaimana perjuangan mereka. Satu hal yang perlu
ditekankan, sebenarnya Indonesia masih bisa diperjuangkan. Perbedaan otak
secara geografis ternyata bukanlah penghalang, penghalang yang tepat adalah
perbedaan kemauan antara orang luar dengan orang Indonesia.
Hari pasca akademik adalah hari yang dinantikan
delegates. Kadang mereka berpesta hingga larut dan kehilangan kesadaran. Satu
hal yang membuatku takjub adalah komentar dari salah satu temanku dari negara X
(bukan Indonesia) “Buatku bersenang-senang itu memang harus. Tetapi mereka
terlalu berlebihan. I think cl*b*ng is a stupid thing.” Itulah persis yang
dikatakan oleh salah satu delegates luar negri.
Setelah akademik kita pergi ke Taman Mini
Indonesia Indah (TMII). Di TMII delegates diperkenalkan kebudayan-kebudayaan
Indonesia. Kami semua belajar menari saman, mengayunkan angklung, hingga
melihat ornamen-ornamen rumah adat. Ketika matahari berganti bulan, kami pergi
ke museum bank Indonesia (BI).
Sebelum ke museum BI “HA? Museum? Ngapain tuh
paling ngebosenin” Setelah ke museum BI “Wih museum bank Indonesia? Cantik
banget bangunannya. Orkestranya juga bagus. Uang-uangnya unik” Di sini kami
bermain night at the museum. Sebuah konsep amazing race yang disajikan di dalam
museum yang apik. Berlari mencari klu-klu sampai berkelahi dengan kelompok
sebelah untuk menjadi pemenang.
Hari kelima, adalah waktunya kunjungan rumah
sakit. Menurutku sesi ini adalah ajang rumah sakit untuk pamer. Akan tetapi hal
itu berubah ketika aku mengunjungi Mochtar Ryadi Institute of Nanotechnology.
Sebuah institusi penelitian yang mau mengajarkan para mahasiswanya tentang
riset. Galak sih memang pengajarnya, tapi setidaknya kita membawa pulang ilmu!
Sangat menarik bagaimana mereka melakukan penelitian seperti mencari penyebab
dari perbedaan respon individu manusia terhadap pengobatan hepatitis.
Bagian yang menyedihkan adalah bagian
perpisahan. Hari kelima merupakan hari perpisahan, di malam harinya kami
melaksanakan farewell and say goodbye. Saling mengucapkan kesan pesan, bertukar
kado, merencanakan pertemuan berikutnya, atau sekadar menikmati bintang sebelum
hari berganti. Di malam ini pula kami melakukan cultural night performance!
Saranku untuk delegasi Indonesia, dalamilah budayamu, gunakan tarian daerah
yang unik dan bisa interaktif dengan penonton.
Hari keenam (perpisahan), benar-benar
perpisahan. Satu per satu delegates mulai kembali ke kampung halaman, beberapa
lainnya menunggu pengumuman kompetisi. Di sini ada undian dari AMSA
International dan aku berhasil merenggut satu paket buku USMLE dari Kaplan!
Alhamdulillah. Setelah pengumuman kompetisi akademik, aura muka delegates mulai
bervariasi. Ada yang menangis dalam bahagia, ada yang menangis dalam duka. Akan
tetapi, semua akan kembali sama ketika closing ceremony, semuanya menangis dalam
rindu.
Hari ketujuh (awal), awal dari perjalanan yang
baru. Konferensi telah selesai dan setiap delegasi melanjutkan kehidupannya
masing-masing. Hal yang membuat kita berbeda dari sebelum dan setelah
konferensi adalah pengalaman. Kami jadi mengerti bagaimana sosialisasi
masyarakat internasional, kami mendapat ilmu baru, budaya baru, cara komunikasi
baru, mungkin cinta baru (?) namun yang jelas sahabat baru (dan impor).
Mohon maaf jika cerita ini begitu singkat dan
kurang menyentuh. Sangat sulit untuk mendeskripsikan alur emosi di EAMSC
melalui tiga halaman kertas. Jika emosi dilibatkan dalam setiap rangkai kata,
cerpen adalah kata yang cocok. Sepuluh halaman akan cukup, bukan tiga. Kalian
harus merasakan sendiri bagaimana dikelilingi oleh orang-orang baru dari
berbagai negara dengan berbagai latar belakang dan berbagai pola pikir.
Bagaimana Tuhan membuat manusia sangat kaya dan membuat manusia akhirnya harus
memilih kekayaan mana yang mau mereka miliki.
Pada akhirnya sebagian yang lain bertemu dengan
sebagian yang lain. Lalu satu per satu mulai memilih sebagian mana yang akan
terpatri di dalam dirinya. Sebagian belajar dengan sebagian yang lain membuat
masing-masing menjadi kaya. Akan tetapi, sebagian tetap menjadi sebagian, dan
sebagian tetap menjadi sebagian. Mereka tidak akan menjadi semua, tapi itulah
seninya. Karena terdapat sebagian dan sebagian, semua menjadi penuh warna.
Tujuh hari, belasan negara, dan seribu cerita adalah bukti warna yang terdapat
di semua.
copyright to amgah.blogspot.com
sumber gambar: artsyhome.com
Komentar
Posting Komentar