Langsung ke konten utama

Catatan Ruang Tunggu



Gado-gado Musim Hujan

Hujan adalah sebuah ajakan untuk bercerita tentang kehidupan.
Hidup di sebuah labirin besar dan di setiap menit labirin bergerak. Setiap langkah menjadi tak pasti kemana arah akan tertuju.
Namun tujuan adalah angan. Yang menunjukkan arah ketika labirin mulai berubah.
Aku dan kamu tak lagi seperti gula dan kopi, kini kita seperti jeruk dan garam
Seperti api unggun yang menyala dan mati, meskipun sudah disiram air kadang tetap saja ada percikan api yang masih muncul
Rindu adalah ungkapan yang hanya boleh diketahui oleh lobus frontal, jangan sampai hati mengetahuinya karena parasetamol hanya boleh sampai 4000mg, tak bisa lebih.
Biarlah kata tinggal berdiri sendiri, jangan biarkan kata selamat ada di depannya
Akan tetapi di setiap hujan pasti ada air, mau tidak mau air akan mengalir. Sehingga menyisakan satu pertanyaan terakhir, di mana air tersebut akan menemui sebuah akhir?
---

Yogyakarta, 30 Desember 2014 pukul 13:42, ruang tunggu bandara internasional Adisutjipto. Tepat pukul 14:00 insyaAllah kereta udara akan berangkat mengantarkanku ke tempat tujuan. Selama kuranglebih lima belas menit aku pakai untuk menuliskan gado-gado musim hujan.
                Semester lima resmi berakhir, tanda bahwa sebuah proses pendewasaan baru saja selesai dan baru saja dimulai. Di setiap akhir selalu ada awal, walau orang lain bilang di setiap pertemuan selalu ada perpisahan. Hal-hal yang diurusi semester 4 berbeda dari semester 5, semester 5 berbeda dari semester 6. Setiap semester memiliki tantangannya masing-masing, aku harap semoga apa yang kami lalui di sini dapat membentuk kami menjadi lebih baik.
                Mulai pukul 8.00 hari ini aku mengurusi ethical clearance penelitian bersama dr. Lina. Rencana awal: 8.00-10.00 ngurusin penelitian, 10.00-11.00 ngurusin SPP dan pulang, 11.00 nyari taksi ke bandara, 14.00 take off. Kenyataan: 8.00-11.00 ngurusin penelitian (lama di jilid proposal EC, jilid proposal sampai sejam) 11.00-12.00 mengumpulkan proposal ke bagian EC + bayar SPP. 12.00-12.15 pulang, 12.15 nyari taksi.
                Di rencana awalku aku ingin mencari taksi pukul 11.00 karena perkiraanku semua taksi akan penuh dan di Jogja tidak ada yang namanya booking taksi. Benar saja ketika aku mulai mencari taksi pukul 12.15 tak ada taksi yang bisa ditumpangi. Hanya ada kata “maaf taksinya penuh pak.” Interval 15 menit aku ulangi menelfon barisan para punggawa transportasi Yogyakarta, hasilnya nihil. Lalu saat itu jarum jam berganti ke 12.45. Seketika panik, 12.45 belum dapat taksi hampir pukul 13.00 padahal pesawat jam 14.00 dan dari rumah ke bandara sekitar 30menit.
Seketika kecewa karena sistem transportasi yang satu ini masih kurang baik, tidak hanya soal bookingan tapi juga soal taksi tanpa argo yang lumayan menjerat para perantau. Tak percaya? Coba saja ke stasiun dan tanyakan supir taksi di sana, semua mematok harga 2 sampai 3kali lipat dari normalnya.
                Selama 12.00-12.45 aku memutar otak dan meminta bantuan banyak orang terutama Opang dan Zakky (panggilan aslinya bukan Zakky). Tepat pukul 12.47 Opang menemukan ide bagus,
“pakai taksi motor O’jack aja gah!”
“emang bisa pang bawa koper?”
“bisa gah, gw aja suka bawa koper 1, kotak 1, dan tas 1”
“oke pang makasih”
12.48 aku menelfon taksi O’jack dan hasilnya membahagiakan, satu driver siap ke jalan Kalimantan. Sesampainya pak taksi di rumah merupakan kabar paling membahagiakan saat itu. Membahagiakan dobel ternyata aku mendapat driver yang ramah. Membahagiakan tripel ketika di ringroad ternyata macet parah, mobil-mobil terpaku diam tak bergerak, alhamdulillahnya kami masih bisa melaju dengan motor si bapak. Pak Yuli sepanjang perjalanan juga suka berdiskusi, tentang para pelanggannya yang biasanya langganan, tentang kedokteran yang masih ada ujian, atau tentang keadaan Yogyakarta secara umum.
Seketika dari yang tadinya kecewa menjadi senang, terkadang ada rezeki yang tidak dikira asalnya darimana tibatiba datang begitu saja. Ternyata apa yang aku rasa buruk ternyata baik, membuktikan sekali lagi bahwa Tuhan selalu memiliki caranya sendiri untuk membantu hambaNya.
---
Wah udah dipanggil sama pesawatnya,,,,
 

copyright to amgah.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi ...

Pidato dan Gombal di Musim Pancaroba

Pidato: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua dan segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karna berkat rahmat dan karunianya kita dapat berdiskusi di dunia maya ini. Pada kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan sebuah pidato tentang musim pancaroba. Dewasa kini banyak sekali terlihat penyakit di lingkungan saya. Saat ini sedikitnya 5 orang telah terjangkit demam berdarah dan belasan lainnya terjangkit pilek. Di musim pancaroba ini hendaknya kita lebih extra waspada untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Kita juga harus memerhatikan lingkungan dengan buang sampah pada tempatnya mulai dari diri sendiri. Sampah-sampah dapat menjadi tempat genangan air bersih. Genangan air tersebut adalah SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH! Maka dari itu saya menghimbau kepada seluruh teman-teman untuk menjaga lingkungan kita jangan sampai orang terdekat kita menjadi korban dari ganasnya demam berdarah. Di mulai dari diri sendiri, dari yang kecil, dan dar...

Terima Kasih Dokter Thomas

#Koas FK UGM Ilmu Penyakit Dalam RSUD Banjarnegara Hari ini tugas refleksi kasus kami rampung *yeay*. Namanya dr. Thomas Effendi spesialis penyakit dalam. Konsulen kesayangan kami di Banjarnegara yang sangat kami hormati. Kebaikan hati beliau disimpan oleh puluhan mungkin ratusan koasnya. Sebut saja dr. Endro, residen penyakit dalam yang dulu koas di tempat yang sama, masih menyimpan kesan betapa baiknya dr. Thomas.                 ‘ One of the best consultant and teacher that I ever met’ terkesan berlebihan memang. Namun, kalau kita tanya ke pensiunan koas IPD Banjarnegara, siapa yang tidak mengiyakan? Kebaikan pertama: sudah jadi omongan langit bahwa koas IPD di Banjar benar-benar menjadi dokter muda. Loh kan situ memang dokter muda?. Yes, tapi tidak melulu dokter muda bisa menjadi dokter muda. Di Banjar, kita benar-benar memanajemen pasien, keputusan kita benar-benar dianggap. Kasarnya hidup matinya...