Halo pembaca :D pada postingan kali ini penulis
bakal memakai bahasa santai. Cerita hari ini adalah tentang sebuah organisasi
yang penulis dalami di FK UGM yaitu AMSA-UGM. Asian Medical Students’
Association (AMSA). Buat apa itu AMSA, bergerak di bidang apa, apa aja
kegiatannya, bisa cari tahu di twitter @amsaugm, atau di postingan blog fariznhuda.wordpress.com, tanya-tanya anggota AMSA atau langsung
aja jadi anggota AMSA-UGM
Nah barusan aja aku baru selesai rapat pengurus
AMSA-UGM 2013/2014. Di dalam rapat ini terdapat kurang lebih 18 kepala.
Sebenarnya pengurus itu ada 20 kepala cuma satya lagi sakit, semoga satya cepat sembuh. Syifa
gakbisa ikut karna ada kewajiban di suatu acara, semoga lain kali dia bisa
ikut. Di rapat ini kita bahas mau ngapain aja setahun ke depan. Apa tujuannya
dan dengan cara apa kita mau mendapatkan tujuan itu.
Pembahasan ini ternyata menghabiskan cukup
banyak waktu. Ada perdebatan alot, pemberian saran oleh banyak kepala, dan
negosiasi oleh banyak pihak. Semoga ini yang terbaik dan dengan ini tujuan AMSA-UGM
bisa tercapai. Abis rapat kita lanjut ke surprise kiki, dia lagi ulang tahun
dan dia kita kerjain. Setelah kiki nangis, tiup lilin, dan makan kue alhasil
kita pamitan dan pulang.
Ini dia yang mau aku sampaikan. Di saat kita
pamitan ada salah satu temanku bilang “gile
gue rapat mulu kerjaan. Tiap nyokap nanyain gue lagi apa gue jawabnya hampir
selalu lagi rapat.”
Sejenak aku merasa bahwa perjuangan keluarga
AMSA di awal ini lumayan mantap. Terlebih karena akademik yang mencekik.
Kurikulum di sini diubah dari yang tadinya ujian tiap 7 minggu sekarang menjadi
6 minggu. Ujian makin cepet, jadwal makin padet, persiapan makin ketat.
Nah dengan akademik yang mencekik ini, keluarga
AMSA-UGM masih tetep mau aktif di AMSA. Tetep berusaha buat manajemen waktu dan
menyeimbangi antara organisasi dan akademik. Aku tahu hal itu bukan hal yang
mudah. Menjalani dua pekerjaan bahkan lebih di dalam satu waktu butuh ketekunan
dan ketegaran lebih daripada hanya satu pekerjaan. Tapi ingat, bahwa ada
manfaat di balik itu dan menjalani dua pekerjaan bermanfaat akan lebih
bermanfaat dibanding mengerjakan satu hal bermanfaat #ribetbahasanya. Apalagi
organisasi itu gakpernah ada kuliahnya, intinya two is better than one.
Hal ini aku ceritakan pada Laily. Awalnya kita
cerita-cerita sama kaya yg di atas tadi, yg bilang kenapa kita kerjaannya rapat
melulu. Mungkin beberapa temanku ada yang menyadari bahwa kerjaanku ya rapat
mulu. Beberapa temenku bilang “gah kenapa kok lo sibuk banget” ada yg bilang
kalo kerjaanku cuma ke perpus, praktikum, sama urusin AMSA, kapan punya waktu
buat memanjakan dan menyenangkan diri sendiri? Pendapat itu ada benarnya dan
ada salahnya.
Memang
benar bahwa beberapa kerjaanku ya itu. Tapi waktu buat menyenangkan diri
sendiri dan memanjakan diri sendiri ya itu juga. Jalan ke perpus, praktikum,
urusin AMSA adalah bagian dari kesenangan pribadi dan aku enjoy dengan itu
semua. Walau terkadang memang merasa capek.
Capek, adalah kata yang mungkin terbesit oleh
orang-orang ketika membaca ini atau melihatku atau melihat laily atau melihat
hal-hal yang kemungkinan dikira capek. Aku takkan berbohong ngurusin AMSA itu
gakbakal capek. Capai/capek adalah ujian bagi para kepala keluarga. Namun capek
itu adalah kata untuk orang ketiga, yaitu para observer. Bagiku sebagai orang
pertama kata capek itu berganti jadi berjuang, berjuang buat selalu inget tujuanku
dan mengapa aku memilih jalan hidup seperti ini. Ketika aku berjuang kata capek
itu hilang. Intinya aku mau bilang kalau ngurusin suatu organisasi itu bukan
hal yang mudah. Tapi aku ingin tetap banyak yang mau aktif di organisasi.
Nah walaupun mengurusi suatu organisasi itu
bukan hal yang mudah. Masih banyak teman-temanku yang mau tetap aktif di AMSA
baik sebagai pengurus atau tidak. Hal inilah yang membuat aku dan laily
terharu. Mereka sibuk akademik, mereka juga punya kehidupannya sendiri, tapi
mereka tetap mau tulus buat tetap aktif di AMSA.
Aku jadi teringat ketika pemilihan
representative aku bilang “Pemimpin dan anggotanya ibarat kunci dan mobil.
Tanpa mobil, kunci takkan berarti. Tapi ketika mobil dan kunci bersatu barulah
mereka menjadi sebuah arti” Saat aku mengatakan itu ketika aku belum menjadi
ketua dan setelah menjadi ketua rasanya sangat berbeda.
Saat belum jadi kepala keluarga AMSA, aku bisa
bilang itu dengan tenang, aku belum pernah merasakan bagaimana perasaan
pemimpin terhadap anggotanya. Tapi setelah aku merasakan bagaimana menjadi
kepala keluarga AMSA-UGM rasanya aku ingin teriak di satu ruangan mengucap terima
kasih bahwa tanpa kalian AMSA takkan pernah bisa bergerak. Aku sendirian
gakbisa ngurusin AMSA, aku takkan pernah mampu membawa AMSA sendiri tanpa
kalian.
Melihat orang-orang yang mau membantu AMSA,
yang mau membuat AMSA lebih baik lagi, yang mau bersama denganku memajukan AMSA.
Seketika semua beban, perasaan lelah, capek, pengen tidur, semua sirnah.
Berubah jadi pengen nulis blog dan nulis tentang ini. Sambil menulis ini aku
mendengarkan lagu yang berjudul “Terima kasih cinta”
“Dan bila aku berdiri tegar sampai hari ini
bukan karena kuat dan hebatku. Semua karena cinta, semua karena cinta.”
Lirik lagu
ini untukmu semua keluarga AMSA yang sudah tulus untuk aktif di AMSA-UGM.
Kalian semua adalah cinta bagi AMSA-UGM.
Dan bila aku berdiri tegar
sampai hari ini bukan karena kuat dan hebatku. Semua karena kalian, keluarga
AMSA-UGM yang tetap aktif dan tulus di AMSA. Semua karena kalian :D.
Terima kasih :)
mohon maaf jika rangkaian kata ini tak sempurna. Beberapa terlihat belibet dan
ribet. Namun intinya aku ingin berterima kasih. Tetap semangat, mari memberi
tanpa harap kembali. Karena tanpa berharap pun semua biji kebaikan yang ditanam
akan tumbuh dan membuahkan kebaikan. Aamiin.
Komentar
Posting Komentar