Langsung ke konten utama

Buku Baru



23 April 2012 aku dikejutkan oleh sebuah kiriman barang. Terbungkus rapih oleh karton coklat. Di atasnya tertulis Bukalah dengan Keberanian. Jika takut atau ragu, lebih baik kau tinggalkan. Seram sekali pikirku. Percaya atau tidak, aku menghabiskan waktu yang cukup lama untuk memutuskan. 

Aku memilih untuk membuka. Ternyata bingkisan ini terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan pertama karton coklat. Lapisan kedua lembaran koran. Koran yang berisi catatan-catatan masa laluku. Aku tersentak, kenapa bisa ada koran seperti ini? Di antara lembaran koran terselip catatan yang kedua “Kau sudah memilih untuk membuka. Kini hadapi masa lalumu. Masih tersisakah keberanianmu?” Aku mulai risih dengan cara orang ini mengirimkan bingkisan.
 Di lapisan ketiga berisi kertas putih yang kosong. Bentuk bingkisan mulai terlihat jelas. Sebuah balok tebal. Di antara kertas putih terselip catatan ketiga “Jika keberanianmu masih tersisa. Gunakanlah untuk menulis kertas-kertas putih yang ada di bukumu.”
Setelah tiga lapisan aku buka. Di dalamnya ada buku yang terlihat masih baru. Buku tulis yang biasa digunakan untuk catatan. Sampulnya polos, hanya lagi-lagi tulisan “Aku berikan buku ini tanpa sampul. Agar kau tak menilainya hanya dari luar.”
Aku buka buku yang aneh itu. Halaman pertama sudah ditulis. Sisanya kosong. Kira-kira isi halaman pertamanya seperti ini.
“Kepada pemegang buku ini. Selamat karena kau telah berani membuka buku ini. Buku ini masih kosong. Kau bisa menulis sesuka hatimu. Percayalah buku ini dapat membuat kamu tersenyum. Tertawa. Sedih. Menangis. Cemburu. Marah. Apa saja yang kau mau dan kau tidak mau, kau harus siap.
 Bukalah dengan Keberanian. Jika takut atau ragu, lebih baik kau tinggalkan. Ini merupakan sebuah awal.
Kau sudah memilih untuk membuka. Kini hadapi masa lalumu. Masih tersisakah keberanianmu? Di tengah perjalan kadang kau melihat ke belakang.
Jika keberanianmu masih tersisa. Gunakanlah untuk menulis kertas-kertas putih yang ada di bukumu. Jika kau telah selesai melihat ke belakang, kau akan berjalan ke depan.
Aku berikan buku ini tanpa sampul. Agar kau tak menilainya hanya dari luar. Buku ini milikmu. Kau yang menulis, kau juga yang menyampuli. Terserah padamu mau kau sampuli apa buku ini. Itu bukan hakku, bukan juga hak kurir, bukan hak siapa pun, itu hak mu.
Kini kau penulis dari buku ini. Kau bisa menulisnya dengan apa pun. Sekali lagi, itu hak mu. Orang-orang hanya akan menilai bukumu, tak pernah ikut menulis. Hanya saja, kadang mereka memengaruhimu. Membuatmu menulis sesuai  dengan apa yang mereka inginkan. Untuk terakhir kalinya, itu hak mu, kau lah yang menulis, hanya dirimu.
Isilah dengan harapan dan mimpi yang telah kau sandarkan pada Tuhan. Bahagiakan bukumu ini dengan senyuman ketika kau sedang menulis. Buku ini memilihmu. Ia memberimu kertas-kertas putih yang akan kau isi. Berdua, kau dan bukumu. Selamat menulis. Semoga yang terbaik selalu terjadi pada dirimu berdua. Aku titipkan buku ini padamu. Buku ini milikmu.” - Amgah

sumber gambar :http://tracyseeley.files.wordpress.com/2010/04/book.jpg

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi ...

Terima Kasih Dokter Thomas

#Koas FK UGM Ilmu Penyakit Dalam RSUD Banjarnegara Hari ini tugas refleksi kasus kami rampung *yeay*. Namanya dr. Thomas Effendi spesialis penyakit dalam. Konsulen kesayangan kami di Banjarnegara yang sangat kami hormati. Kebaikan hati beliau disimpan oleh puluhan mungkin ratusan koasnya. Sebut saja dr. Endro, residen penyakit dalam yang dulu koas di tempat yang sama, masih menyimpan kesan betapa baiknya dr. Thomas.                 ‘ One of the best consultant and teacher that I ever met’ terkesan berlebihan memang. Namun, kalau kita tanya ke pensiunan koas IPD Banjarnegara, siapa yang tidak mengiyakan? Kebaikan pertama: sudah jadi omongan langit bahwa koas IPD di Banjar benar-benar menjadi dokter muda. Loh kan situ memang dokter muda?. Yes, tapi tidak melulu dokter muda bisa menjadi dokter muda. Di Banjar, kita benar-benar memanajemen pasien, keputusan kita benar-benar dianggap. Kasarnya hidup matinya...

Koas Penyakit Dalam FK UGM

Koas Ilmu Penyakit Dalam FK UGM Halo semua pembaca! lama tidak berjumpa di ruang maya ini. Semoga teman-teman, bapak, ibu, semuanya dalam keadaan sehat. Kali ini aku ingin bercerita tentang stase besar terakhirku. Kisah nano-nano yang tak terlupakan, tentunya tiap bagian hidup kita memiliki keunikan dan spesialnya masing-masing. Ini kisahku Sepuluh minggu tulang punggung dokter umum. Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap bagian lain, IPD memang menyumbang peran besar. Sewajarnya punggawa ilmu penyakit dalam (IPD) menginginkan koasnya pintar-pintar. Berbagai program telah disiapkan oleh dosen-dosen kita yang luar biasa. Program pertama adalah bimbingan koas. Aku rasa tidak ada cerita khusus di bimbingan koas. Tips belajar sebelum stase?  Maaf ya menurutku pribadi tidak perlu. Saranku perdalamlah ilmu yang disukai; ilmu jual beli yang baik? ilmu agama? ilmu-ilmu yang bermanfaat yang mau diamalkan. Manfaatnya dobel; manfaat belajar + manfaat mengamalkan. Mengapa tidak perlu bel...