Langsung ke konten utama

Menara Eiffel, Sebuah Mimpi dan Kepercayaan

"The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams." Eleanor Roosevelt
(Masa depan adalah milik siapa pun yang percaya akan keindahan mimpinya)

Sore itu aku kembali bermimpi. Beda dari mimpi tidur. Mimpi ini lahir secara sadar sepenuhnya.

"Btw aku udah nonton before sunset, waktu itu kamu yg bilang kamu nonton itu ya?"
"Iya hahah, yang isinya percakapan doang kan?"
"Iya, tapi bagus bisa buat penontonnya nonton sampe abis"
"Hm iya sih... Aku juga nonton sampe abis. Latarnya bagus! Paris"
"Iyaaaa huhu aku pengen ke Paris"

Mimpi lahir bak matahari pagi. Memberi Cahaya. Memberi kehidupan.

"Yuk ikut aku ke Paris. Nanti kita naik menara Eiffel. Kita lomba siapa yang sampe puncak duluan itu yang menang. Yang kalah harus nemenin yang menang keliling paris. Atau... Yang kalah harus teriak I love you *nama yg menang* di puncak menara Eiffel"

"'Yang kalah harus nemenin yang menang keliling paris.' Kalo itu berarti sama aja doong. Gak ngaruh siapa yang kalah siapa yang menang."

"Yaudah berarti kamu pilih yang kedua kan :p. Btw kamu masih inget gak, aku pernah ngirim gambar gantungan kunci 'smile please?'" Gantungan kunci berbentuk huruf satu. Dihiasi dengan emoticon senyuman. Tak ada yang spesial. Kecuali apa yang ada di dalamnya dan apa jadinya jika ia tersenyum.

"Inget koook hahah. Waktu itu kamu lagi di Bandung kaaan"

"Waktu itu aku juga beli gantungan kunci 'love birds'" Sebuah gantungan kunci yang juga berbentuk huruf satu. Dihiasi dengan gambar sepasang burung. Tak ada yang spesial. Kecuali makna gambar tersebut. Dan sebuah harapan yang terkandung di dalamnya "Padahal waktu itu kita belum jadian. Entah mengapa, aku tertarik aja buat ngebeli itu"

"Wah, jangan-jangan kamu psychic Gah. Bisa tau masa depan hihi"

"Amiin. Kalo gitu, kejadian menara Eiffel insyaAllah kenyataan dong? Aku bayangin kamu yang teriak loh"

"Hahah enggak aaah, kamu ajaa. Kamu tega nyuruh aku teriak di puncak Eiffel, disana dingin loh"

"Yaudah aku deh yang teriak di puncak. Tapi kamu teriak di bawah yaa. Mau lagi di bawah atau di puncak, kita tetep saling menyayangi :)"

"Boleh boleh boleh. Kalo kita nyampe menara Eiffel nanti. *pinky swear*" Pinky swear, janji jari kelingking.

***
Untuk membuat sesuatu spesial. Yang diperlukan hanyalah percaya bahwa itu spesial. Untuk membuat sesuatu menjadi nyata. Yang diperlukan hanyalah percaya. Percaya bahwa itu nyata dan indah.

Jika percaya adalah sebuah pohon. Banyak cabang yang tumbuh bersamanya. Banyak daun yang setia menemaninya. Tumbuh bersama menggapai angan di langit.

(video)


Aku percaya pada mimpiku. Aku percaya pada harapanku. Aku percaya pada Tuhan bahwa apa yang terjadi adalah yang terbaik, selama aku juga melakukan yang terbaik, berdoa dan meminta yang terbaik.

Setiap orang mempunyai mimpinya sendiri. Selamat bermimpi dan selamat berjuang. Berjuang untuk membuatnya menjadi nyata :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi ...

Terima Kasih Dokter Thomas

#Koas FK UGM Ilmu Penyakit Dalam RSUD Banjarnegara Hari ini tugas refleksi kasus kami rampung *yeay*. Namanya dr. Thomas Effendi spesialis penyakit dalam. Konsulen kesayangan kami di Banjarnegara yang sangat kami hormati. Kebaikan hati beliau disimpan oleh puluhan mungkin ratusan koasnya. Sebut saja dr. Endro, residen penyakit dalam yang dulu koas di tempat yang sama, masih menyimpan kesan betapa baiknya dr. Thomas.                 ‘ One of the best consultant and teacher that I ever met’ terkesan berlebihan memang. Namun, kalau kita tanya ke pensiunan koas IPD Banjarnegara, siapa yang tidak mengiyakan? Kebaikan pertama: sudah jadi omongan langit bahwa koas IPD di Banjar benar-benar menjadi dokter muda. Loh kan situ memang dokter muda?. Yes, tapi tidak melulu dokter muda bisa menjadi dokter muda. Di Banjar, kita benar-benar memanajemen pasien, keputusan kita benar-benar dianggap. Kasarnya hidup matinya...

Koas Penyakit Dalam FK UGM

Koas Ilmu Penyakit Dalam FK UGM Halo semua pembaca! lama tidak berjumpa di ruang maya ini. Semoga teman-teman, bapak, ibu, semuanya dalam keadaan sehat. Kali ini aku ingin bercerita tentang stase besar terakhirku. Kisah nano-nano yang tak terlupakan, tentunya tiap bagian hidup kita memiliki keunikan dan spesialnya masing-masing. Ini kisahku Sepuluh minggu tulang punggung dokter umum. Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap bagian lain, IPD memang menyumbang peran besar. Sewajarnya punggawa ilmu penyakit dalam (IPD) menginginkan koasnya pintar-pintar. Berbagai program telah disiapkan oleh dosen-dosen kita yang luar biasa. Program pertama adalah bimbingan koas. Aku rasa tidak ada cerita khusus di bimbingan koas. Tips belajar sebelum stase?  Maaf ya menurutku pribadi tidak perlu. Saranku perdalamlah ilmu yang disukai; ilmu jual beli yang baik? ilmu agama? ilmu-ilmu yang bermanfaat yang mau diamalkan. Manfaatnya dobel; manfaat belajar + manfaat mengamalkan. Mengapa tidak perlu bel...