Langsung ke konten utama

KOAS FK UGM; Interaksi Interpersonal di Koas

-         

-         
Koas Saraf FK UGM Part1: Hubungan Interpersonal antar tenaga kesehatan Rumah Sakit 
-          
-         Stase saraf, stase kecil terasa besar, adalah stase yang mengharuskanmu tiba di Sardjito ketika matahari baru saja terbit. Ketika bangsal (ruang rawat inap) lain masih mengumpulkan nyawa, bangsal saraf sudah sibuk ketuk palu. Kegiatan pagi di sini benar-benar pagi dan benar-benar sibuk, tetapi kegiatan siang di sini lebih bernafas lega dibanding stase lain.
-                         Uniknya di saraf, para koas akan mendapatkan residen pembimbing. Satu residen membimbing satu koas, maksimal dua. Otomatis hubungan koas-residen menjadi terjalin. Rata-rata residen saraf sangat baik dan murah ilmu. Di balik capeknya residensi, para dokter ini masih mau menyempatkan waktu menuangkan ilmu pada kami si gelas kosong.
-                           Ada temanku yang residennya sampai mau memberikan tentiran hingga sore, padahal residennya juga ada tugas macam-macam. Ada juga temanku yang residennya mau mencarikan contoh lembar tugas untuk dijadikan patokan. Ada juga yang sampai menanyakan kabar dan apakah ada kesulitan di akhir minggu, perhatian seperti itu cukup sulit ditemui di perkoasan. 
-                         Baik-baiklah dengan residen pembimbing, hal yang sama juga berlaku untuk perawat dan staf rumah sakit lainnya. SebutanJawanyanya adalah kulo nuwun. InsyaAllah jika koas memerlakukan beliau-beliau dengan layak, koas akan diperlakukan dengan layak. Tak jarang dalam obrolan koas dengan staf RS, ada ilmu-ilmu terselip baik tentang kedokteran ataupun non-kedokteran.
-         Seringkali koas takut untuk berkenalan dengan staf rumah sakit, saya pun terkadang juga takut. Tetapi ketika saya coba memberanikan diri, kaboom, banyak hal menarik terjadi. Banyak staf yang ternyata suka mengobrol, punya topik-topik menarik, dan sangat ramah pada koas, asalkan berani untuk memulai.
-         Sejauh mata memandang ketika para koas mencoba untuk ramah, mayoritas staf lain juga ikut ramah. Meski ada juga sedikit staf yang memandang koas sebelah sandal, karena letaknya koas ada di bawah. Aku tidak berbicara tentang teaching by humiliation (digoblog-goblogin). Namun, usut punya usut, mayoritas orang yang memandang koas sebelah sandal ternyata punya pengalaman buruk dengan koas. Ternyata ada juga oknum-oknum koas yang mencoreng nama koas.
-         Sudah saatnya kita berhenti saling menyalahkan dan memulai lembaran baru. Apa yang sudah terjadi tidak dapat diulang lagi, tetapi apa yang belum terjadi dapat kita tulis dengan tangan sendiri. Sebagai koas, sudah sewajarnya untuk sabar ketika dipandang sebelah sandal, diragukan kemampuannya, dan dicuekkin keberadaannya (menjadi cicak, nempel di tembok, antara ada dan tiada). Sebagai koas, tugas kita adalah membuktikan bahwa kita juga manusia, mampu belajar, dan mampu memberi manfaat.
-         Buktikan bahwa koas itu ramah dan mampu bergaul. Koas juga punya kemampuan, koas dapat mewarnai suasana rumah sakit dengan kebahagiaan. Di blog ini ada cerita tentang koas yang dikasih salak segepok sama pasien. Jarang sekali ada keluarga pasien yang sampai memberikan tanda terima kasih pada koas. Koas mampu asalkan mau.
-         Kalau lagi jaga, kenalanlah dengan lingkungan jaga. Ketika masuk ke lingkungan baru, kenalanlah dengan lingkungan tersebut. Dijuteki? Bodo amat, orang yang suka menekuk mukanya berarti ia menolak kebahagiaan. Karena satu senyuman membawa senyuman-senyuman yang lain. Kalau dapat teman ngobrol yang asik, jaga malam yang tadinya membosankan dapat menjadi menyenangkan.
-          
-         -          Interaksi di Poli
-         Modal utama untuk koas adalah kaki yang kuat berdiri lama, mata yang kuat melihat lama, dan boyok yang kuat menopang beban tubuh lama. Banyak temanku yang tiba-tiba berganti sepatu menjadi merek X, karena merek X menawarkan kelembutan yang mampu mengurangi tingkat kepegalan kaki.
-         Teori koas adalah cicak tidak berlaku untuk beberapa konsulen. Contohnya adalah dr. Gofir dan dr. Paryono, bersama beliau koas dianggap. Terkadang koas selain menjadi cicak juga menjadi jin, keberadaan koas antara ada atau tiada. Tetapi kalau dengan dr. Gofir dan dr. Paryono, insyaAllah koas akan menjadi manusia, diajak ngobrol dan diajak untuk memeriksa. Tidak semua staf akan mencueki koas, asal mencoba untuk lebih berani memulai obrolan.
-          
-          Sekian sekilas tentang interaksi interpersonal di koas secara umum. Saya sudah tidak mampu melanjutkan artikel ini karena jam sudah berdetik di angka 23:21, insyaAllah kita lanjutkan topik lain di kesempatan yang lain
-           
-          p.s; sekarang saya sedang stase jiwa, di stase ini interaksi koas dengan calon perawat dapat lebih intens (terutama di RSJ Grhasia. Setelah ngobrol-ngobrol dengan calon perawat, ternyata mereka juga seringkali dicuekkin sebagai mahasiswa/i profesi. Ketika saya mengutarakan istilah cicak/jin mereka bilang "wah sama dong kita juga gitu".  Semoga oknum-oknum profesi yang suka mengecewakan staf RS dapat taubat dan staf-staf RS yang suka mencicakkan koas menjadi lebih ramah
-          
-         copyright to amgah.blogspot.com
-          
-         sumber gambar:
-         livingwelleducation.com


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi ...

Pidato dan Gombal di Musim Pancaroba

Pidato: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua dan segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karna berkat rahmat dan karunianya kita dapat berdiskusi di dunia maya ini. Pada kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan sebuah pidato tentang musim pancaroba. Dewasa kini banyak sekali terlihat penyakit di lingkungan saya. Saat ini sedikitnya 5 orang telah terjangkit demam berdarah dan belasan lainnya terjangkit pilek. Di musim pancaroba ini hendaknya kita lebih extra waspada untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Kita juga harus memerhatikan lingkungan dengan buang sampah pada tempatnya mulai dari diri sendiri. Sampah-sampah dapat menjadi tempat genangan air bersih. Genangan air tersebut adalah SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH! Maka dari itu saya menghimbau kepada seluruh teman-teman untuk menjaga lingkungan kita jangan sampai orang terdekat kita menjadi korban dari ganasnya demam berdarah. Di mulai dari diri sendiri, dari yang kecil, dan dar...

Terima Kasih Dokter Thomas

#Koas FK UGM Ilmu Penyakit Dalam RSUD Banjarnegara Hari ini tugas refleksi kasus kami rampung *yeay*. Namanya dr. Thomas Effendi spesialis penyakit dalam. Konsulen kesayangan kami di Banjarnegara yang sangat kami hormati. Kebaikan hati beliau disimpan oleh puluhan mungkin ratusan koasnya. Sebut saja dr. Endro, residen penyakit dalam yang dulu koas di tempat yang sama, masih menyimpan kesan betapa baiknya dr. Thomas.                 ‘ One of the best consultant and teacher that I ever met’ terkesan berlebihan memang. Namun, kalau kita tanya ke pensiunan koas IPD Banjarnegara, siapa yang tidak mengiyakan? Kebaikan pertama: sudah jadi omongan langit bahwa koas IPD di Banjar benar-benar menjadi dokter muda. Loh kan situ memang dokter muda?. Yes, tapi tidak melulu dokter muda bisa menjadi dokter muda. Di Banjar, kita benar-benar memanajemen pasien, keputusan kita benar-benar dianggap. Kasarnya hidup matinya...