Langsung ke konten utama

Pra-Blok 1.2: Meniti Gunung Merapi


Semua berawal dari kepenatan, sebuah perjalanan tentang pencarian hiburan. Hiburan yang bukan “hiburan” tapi benar-benar hiburan. Sebuah petualangan seru menuju pemandangan yang indah, gunung merapi. Aku, Zakky, Reyhan, dan Ikram meniti merapi dari kaki gunung hingga puncak gunung. 

Ralat, cuma sampai 1/4 puncak gunung.

Sabtu, 27 Oktober 2012 ketika mayoritas mahasiswa pulang kampung. Kami ber-empat yang tidak pulang kampung memutuskan pergi ke merapi.  Kami berangkat dari daerah sendowo sekitar pukul 8.00 dan sampai di merapi sekitar pukul 9.30. Alasan mengapa perjalanan kami sangat lama adalah... nyasar.

Kaki gunung merapi. Untuk mencapai  jalur pendakian, kami semua dapat menggunakan jasa penyewaan kendaraan. Namun kendaraan bukanlah tipe kami, akhirnya kami semua berjalanan kaki sampai titik awal jalur pendakian. 

Dari kaki gunung sampai titik awal pendakian, jalur yang ditempuh cukup menanjak. Kira-kira 30 sampai 45 derajat. Walaupun perjalanan kami tak secepat motor dan tak setangguh jeep, kami tetap menikmati perjalanan ini. Di kanan kiri begitu banyak pemandangan luar biasa tentang keindahan alam yang langka. 


Selain itu ada pula sisa-sisa reruntuhan rumah yang hancur akibat diterjang awan panas merapi.


  Kami juga menemukan bunga dan hewan yang tak dapat kami temukan di perkotaan.



Semua begitu deras menyegarkan, menggerus dan mencuci semua kepenatan yang menjadi plak-plak di otak. Oh, ada satu hal yang terlewat, udara di pegunungan yang khas dengan kesejukan dan kemurniannya menambah cita rasa syukur kami. Pemandangan luar biasa dan udara sejuk kombinasi kenikmatan alam yang tak tertandingi oleh mall apa pun.

Epilogue: Tak terasa beberapa jam telah kami habiskan di gunung ini, tiba saatnya kami pulang dan kembali meratapi buku yang tebal.  Semoga suatu saat nanti, kami bisa mencapai puncak merapi - The End -

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi ...

Terima Kasih Dokter Thomas

#Koas FK UGM Ilmu Penyakit Dalam RSUD Banjarnegara Hari ini tugas refleksi kasus kami rampung *yeay*. Namanya dr. Thomas Effendi spesialis penyakit dalam. Konsulen kesayangan kami di Banjarnegara yang sangat kami hormati. Kebaikan hati beliau disimpan oleh puluhan mungkin ratusan koasnya. Sebut saja dr. Endro, residen penyakit dalam yang dulu koas di tempat yang sama, masih menyimpan kesan betapa baiknya dr. Thomas.                 ‘ One of the best consultant and teacher that I ever met’ terkesan berlebihan memang. Namun, kalau kita tanya ke pensiunan koas IPD Banjarnegara, siapa yang tidak mengiyakan? Kebaikan pertama: sudah jadi omongan langit bahwa koas IPD di Banjar benar-benar menjadi dokter muda. Loh kan situ memang dokter muda?. Yes, tapi tidak melulu dokter muda bisa menjadi dokter muda. Di Banjar, kita benar-benar memanajemen pasien, keputusan kita benar-benar dianggap. Kasarnya hidup matinya...

Unta, Ayah, dan Anak (Cerita Inspirasi)

         Suatu hari di padang pasir yang panas. Seorang ayah, seorang anak, dan seekor unta. Mereka bertiga sedang mengadakan perjalanan jauh. Di awal perjalanan mereka berdua naik unta bersama. Panas hari itu sangat terik. Tiba-tiba mereka menemui sekumpulan orang yang membicarakan mereka "Ih itu bapak sama anak jahat banget ke unta. Panas kaya gini untanya disuruh nahan 2 beban."          Karena komentar itu, akhirnya ayah turun dari unta.Membiarkan anaknya yang menaiki unta sendirian. Namun, tak lama kemudian mereka kembali menemui sekumpulan orang yang membicarakan mereka "Ih itu anak jahat banget sama bapaknya, masa bapaknya di suruh jalan, anaknya enak naik unta."          Mendengar komentar tak sedap, sang anak akhirnya turun dari unta. Mempersilahkan ayahnya untuk menaiki unta. Berharap tak menemui sekumpulan orang yang membicarakan mereka lagi. Namun, lagi-lag...