Langsung ke konten utama

Ayahku Teladanku

            9 Agustus 2011. Malam yang cukup ramai, diiringi nyanyian azan yang merdu dan gemerlap lampu jalanan. Hari ini akan diadakan taraweh di Masjid seperti biasa. Hal yang menariknya adalah, anak kecil.  Amin yang panjaaaaaaaaaaaaaang atau yang KERAS (AMMIINN) seringkali meramaikan suasana masjid. Tingkah lakunya yang polos dan aneh-aneh seringkali mengundang tawa para jamaah.
            Ketika aku sedang solat tahiyatul Masjid, datang seorang anak kecil bersama sang Ayah. Hm ada beberapa pelajaran yang dapat kuambil dari peristiwa lucu ini. Pelajaran pertama adalah: “Kalo sholat tuh harus lebih khusyu!.” Pelajaran keduanya: “Ayah itu teladan bagi anaknya.” Ketika aku sudah selesai solat.. aku perhatikan keluarga yang hebat ini. Menyempatkan waktunya untuk taraweh di Masjid.
          Mereka sedang solat tahiyatul Masjid... Sang anak mengikuti sang ayah dengan luwes sekali. Ketika ayah mulai rukuk, sang anak rukuk. Ketika ayah sujud, sang anak sujud. Ketika sang ayah kembali berdiri, sang anak kembali berdiri. Gerakan gerakan peniru ini membuatku tergelitik. Di sini terlihat sekali bagaiman figur seorang ayah untuk seorang anak kecil. Hm... Ketika sang ayah garuk-garuk, kira-kira si anak ikut garuk-garuk gak ya... Pernah ketika sang anak sedang meleng, ayahnya telah rukuk duluan, ketika sadar kembali buru-buru dia rukuk untuk mengikuti ayahnya. Padahal.... Tahiyatul Masjid adalah solat sunnah tanpa imam..
            Ayah, ibu, anakmu mencontoh dirimu :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi ...

Terima Kasih Dokter Thomas

#Koas FK UGM Ilmu Penyakit Dalam RSUD Banjarnegara Hari ini tugas refleksi kasus kami rampung *yeay*. Namanya dr. Thomas Effendi spesialis penyakit dalam. Konsulen kesayangan kami di Banjarnegara yang sangat kami hormati. Kebaikan hati beliau disimpan oleh puluhan mungkin ratusan koasnya. Sebut saja dr. Endro, residen penyakit dalam yang dulu koas di tempat yang sama, masih menyimpan kesan betapa baiknya dr. Thomas.                 ‘ One of the best consultant and teacher that I ever met’ terkesan berlebihan memang. Namun, kalau kita tanya ke pensiunan koas IPD Banjarnegara, siapa yang tidak mengiyakan? Kebaikan pertama: sudah jadi omongan langit bahwa koas IPD di Banjar benar-benar menjadi dokter muda. Loh kan situ memang dokter muda?. Yes, tapi tidak melulu dokter muda bisa menjadi dokter muda. Di Banjar, kita benar-benar memanajemen pasien, keputusan kita benar-benar dianggap. Kasarnya hidup matinya...

Unta, Ayah, dan Anak (Cerita Inspirasi)

         Suatu hari di padang pasir yang panas. Seorang ayah, seorang anak, dan seekor unta. Mereka bertiga sedang mengadakan perjalanan jauh. Di awal perjalanan mereka berdua naik unta bersama. Panas hari itu sangat terik. Tiba-tiba mereka menemui sekumpulan orang yang membicarakan mereka "Ih itu bapak sama anak jahat banget ke unta. Panas kaya gini untanya disuruh nahan 2 beban."          Karena komentar itu, akhirnya ayah turun dari unta.Membiarkan anaknya yang menaiki unta sendirian. Namun, tak lama kemudian mereka kembali menemui sekumpulan orang yang membicarakan mereka "Ih itu anak jahat banget sama bapaknya, masa bapaknya di suruh jalan, anaknya enak naik unta."          Mendengar komentar tak sedap, sang anak akhirnya turun dari unta. Mempersilahkan ayahnya untuk menaiki unta. Berharap tak menemui sekumpulan orang yang membicarakan mereka lagi. Namun, lagi-lag...