Langsung ke konten utama

Tidak Pantaskah?


Katakan ekstrak kulit manggis, konstruksi iklan mengatakan ekstrak itu baik. Orang tanpa ilmu tetapi berilmu dengan konstruksi sosialnya, baik karena iklan atau omongan orang pasti menganggap "ekstrak itu baik". Karena yang diketahui adalah baik, berasal dari konstruksi sosial.

Akan tetapi orang yang memiliki ilmu di bidang tersebut akan kritis. Ekstrak kulit manggis itu beneran baik? atau b aja? atau malah harmful? Kalau ini baik, seberapa banyak yang dibutuhkan? apakah bisa menjadi tidak baik kalau terlalu banyak? Ia akan mendalami dan menemukan jawaban apakah ekstrak kulit manggis benar benar baik atau tidak.

Logika ini juga berlaku untuk Islam, jenggot, cadar, dan tidak isbal (cingkrang) yang sekarang ini banyak disalahpahami.

orang-orang yang berilmu akan terus mendalami dan mencari kebenaran
orang-orang yang belum berilmu akan tersetir oleh konstruksi sosial

orang cenderung mengikuti konstruksi sosial karena mudah, tidak perlu research, dan tidak perlu belajar

pertanyannya. apakah islam memang tidak pantas mendapatkan usaha kita untuk dipelajari?

ketika kita belajar yang lain dan melupakan islam kita sendiri.
apakah benar islam tak perlu dan tak berhak kita pelajari?

ketika hal lain kita sangat usahakan untuk dipelajari, apakah islam tak pantas untuk diperlakukan minimal sama?
saudaraku, semoga kita termasuk orang-orang yang mau belajar islam dan mengetahui kebenaran dari Allah

semoga Allah menghendaki kita kebaikan dengan diberikannya pemahaman tentang agamaNya olehNya

@ Yogyakarta menjelang buka

copyright to amgah.blogspot.com

sumber gambar:
https://www.livescience.com/16797-intelligence-smart-dumb-brain.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi ...

Terima Kasih Dokter Thomas

#Koas FK UGM Ilmu Penyakit Dalam RSUD Banjarnegara Hari ini tugas refleksi kasus kami rampung *yeay*. Namanya dr. Thomas Effendi spesialis penyakit dalam. Konsulen kesayangan kami di Banjarnegara yang sangat kami hormati. Kebaikan hati beliau disimpan oleh puluhan mungkin ratusan koasnya. Sebut saja dr. Endro, residen penyakit dalam yang dulu koas di tempat yang sama, masih menyimpan kesan betapa baiknya dr. Thomas.                 ‘ One of the best consultant and teacher that I ever met’ terkesan berlebihan memang. Namun, kalau kita tanya ke pensiunan koas IPD Banjarnegara, siapa yang tidak mengiyakan? Kebaikan pertama: sudah jadi omongan langit bahwa koas IPD di Banjar benar-benar menjadi dokter muda. Loh kan situ memang dokter muda?. Yes, tapi tidak melulu dokter muda bisa menjadi dokter muda. Di Banjar, kita benar-benar memanajemen pasien, keputusan kita benar-benar dianggap. Kasarnya hidup matinya...

Unta, Ayah, dan Anak (Cerita Inspirasi)

         Suatu hari di padang pasir yang panas. Seorang ayah, seorang anak, dan seekor unta. Mereka bertiga sedang mengadakan perjalanan jauh. Di awal perjalanan mereka berdua naik unta bersama. Panas hari itu sangat terik. Tiba-tiba mereka menemui sekumpulan orang yang membicarakan mereka "Ih itu bapak sama anak jahat banget ke unta. Panas kaya gini untanya disuruh nahan 2 beban."          Karena komentar itu, akhirnya ayah turun dari unta.Membiarkan anaknya yang menaiki unta sendirian. Namun, tak lama kemudian mereka kembali menemui sekumpulan orang yang membicarakan mereka "Ih itu anak jahat banget sama bapaknya, masa bapaknya di suruh jalan, anaknya enak naik unta."          Mendengar komentar tak sedap, sang anak akhirnya turun dari unta. Mempersilahkan ayahnya untuk menaiki unta. Berharap tak menemui sekumpulan orang yang membicarakan mereka lagi. Namun, lagi-lag...