Langsung ke konten utama

Koas Malang Koas (tak) disayang: Terusir dari rumah sendiri

Dengan segala hormat dan rasa sayang, artikel ini tidak bermaksud menjelek-jelekan siapa-pun dan apa-pun. Namun suara harus didengar dan kejadian harus dilihat. Dengarkanlah kami anakmu sendiri, dengarkanlah suara kecil kami bercerita tentang perintilan kehidupan kami. Lihatlah kami yang asli, bukan kami yang kau dengar dari mulut orang lain. Lihatlah kami di sini, kami bukan seperti apa yang mereka ceritakan, kami punya cerita kami sendiri.

***

Matahari saat itu belum muncul, masih mengintip malu-malu di antara pukul empat dan lima. aku saat itu masih duduk polos sambil membereskan bekas sedekap dan rukuk. Tak dipungkiri rutinitas membuka HP tiap pagi juga kulakukan seperti orang pada umumnya. Namun rutinitas pagi itu tak seperti biasanya, suasana hati seketika berubah dan seharusnya sumbuku lebih panjang.

"kakak2 dan teman2, sekedar info saja dan juga mau tanya. ini ruang konsultasi dokter di IGD RS *piip* yang biasanya buat tempatnya koas sekarang dikunci terus. Katanya gara2 ada dari bagian XXX pas itu mau pake USG terus lagi banyak koas. Katanya sih sekarang dikunci biar alatnya ga rusak (aku agak ngga paham sih). Biasanya selain di ruangan situ, basecamp koas dimana yah?" - A

"wah gak ada lagi ruangan buat koas deh" - B

"ini pas aku lagi jaga terus untung residen anestesinya baik banget aku boleh stay di kamar jaga :')" -  C

"iya katanya kemaren yang jaga di tanyakan emang ada koas yang jaga igd? terus sampai ditanyakan surat tugas ada atau tidak. cuma bisa di kursi-kursi di lorong itu setauku," - D

"mampir tidur di kursi kosong aja, di ruang resusitasi kalau sepi mampir aja" - E

"bisa di bed di samping kamar mandi" - F
kamar mandi?

weh-weh-weh pagi-pagi sudah ramai, mesake ya koas yang jaga IGD. Jaga di RS sendiri, basecamp sendiri (rumah sendiri) tapi kok diusir? gak boleh tidur, gak boleh taruh tas, ditanyakan surat tugas, sampai teman sendiri menyuruh untuk tidur di bed samping kamar mandi. Jadi sebenarnya kami anak siapa, atau mungkin lebih tepatnya "kami itu apa?"

"kemarin ada seorang ibu-ibu, kayaknya PNS di RS *piip* tapi bukan dokter, berambut pendek, berperawakan kecil dan datang dengan terkesan menegur terkait ruang konsultasi dokter. Selain itu, dipertanyakan juga apakah koas sudah boleh periksa pasien di IGD? ada beberapa hal yang beliau sampaikan:
1. IGD tidak pernah mendapatkan pemberitahuan keberadaan koas
2. ada pasien komplain karena diperiksa oleh banyak dokter, setelah diselidiki katanya koas
3. ruang konsultasi dokter yang dipakai USG sulit dimasukkan pasien karena ada koas yang diam di dalam. selain itu ruangan tersebut sering ditemukan dalam keadaan kotor pada pagi hari setelah koas jaga pada malamnya. Selain itu dia bilang ada koas yang menjawab bahwa itu ruangan koas, padahal bukan" - G

Sedih ya. Menanggapi informasi dari G itu aku ingin berkomentar beberapa hal.
1. kasihan ya kita, tidak dianggap di rumah kita sendiri. dibilang tidak pernah tahu bahwa kita jaga IGD. jadi selama ini memang koas tidak dianggap oleh ibu itu? apakah juga tidak dianggap oleh orang-orang yang lain?
2. Salah dimanakah kita? Koordinasi antara bagian terkait dengan IGD? ataukah memang ibu ini yang menganaktirikan koas? semoga kita tidak dianaktirikan oleh yang lain juga ya
3. Sebagai koas kita hendaknya menjaga etika dan profesionalitas, serta mampu memahami keadaan mana pasien yang mau diperiksa koas mana yang tidak. Tapi ketahuilah ibu-ibu, bapak-bapak, ketika kami meriksa (minimal saya), niatku adalah untuk nolong jenengan.
      Buatku belajar dari kasus jenengan adalah bonus, niat utama ku adalah bantu jenengan. Memberikan kenyamanan, memberikan informasi sejauh yang aku pahami, lapor ke residen, apa yang bisa ku lakukan buat bantu jenengan. Banyak cerita pasien yang seneng dibantu koas, bahkan ada yang ngasih salak hasil kebunnya sendiri. Mungkin karena kami bisa stay lebih lama dengan pasien dibanding residen dan konsulen.
4. koas tidak punya ruangan di IGD. tidak ada tempat menaruh tas, tidak ada tempat berganti shift untuk istirahat. Padahal rumah kami di sini, kami disuruh belajar di sini, kami dipekerjakan di sini. Apakah kami salah kalau kami memiliki 1 ruang untuk menyelonjorkan kaki tanpa harus dilihat pasien? apakah kami tidak boleh menampakkan keletihan kami di 1 ruang kosong setelah berjam-jam kami selalu tersenyum di depan pasien?
5. Aku mendapat cerita dari salah satu koas bahwa ada koas yang ditegur karena menyebut "koas itu seperti keset". Anggap saja dia H, si H ditegur, dibilang bahwa koas itu sederajat, koas itu partner, ya diperlakukan seperti partner. Kalau tidak profesional ditegur, kalau profesional diakui, memiliki kewajiban dan pula memiliki hak. Lalu, apakah ruang di IGD bukanlah hak kami? apakah benar kami partner? benarkah kami partner?

***
Partner
Sekarang kita pergi sejenak dari tempat di atas dan menuju tempat baru yaitu RSST Klaten (Soeradji Tirtonegoro). Stase anak saat itu adalah stase terbahagiaku saat ini. Karena di sini kami adalah partner kerja. Aku merasakan omongan yang menegur si H, kami mendapatkan hak, diberi kewajiban, dibimbing, dan yang paling penting, dimanusiakan.

1. Di RSST kami juga tidak mendapat ruangan di IGD karena keterbatasan fasilitas. Tetapi apa yang staf klaten perlakukan pada kami 180 derajat dari apa yang kami dapat dari "rumah" kami. Waktu itu aku jaga 24 jam di IGD RSST sebagai koas anak. Jam dinding telah menunjukkan pukul 00.00

Posisinya saat itu, pagi-pagi aku telah bekerja menolong pasien gawat darurat. Rujuk pasien, bagging, dan segala tetek bengek lainnya. Tentunya dengan kapabilitas sebagai koas untuk membantu residen. Tidak hanya sekali, tapi juga 2x. Setelah pagi-pagi ada 2 pasien gawat, siang tetap aktivitas akademik biasa lalu malam standby lagi di IGD.

Perawat/bidan IGD saat itu secara ajaib tahu bahwa "eh mas, bukannya kamu tadi pagi jaga IGD? yang ngerujuk pasien itu kan?"
"hehe iya mba, hari ini saya 24 jam"
"lah gak capek po?"
"capek banget mba ini udah ngantuk banget. Biasanya baru ngantuk jam 1 atau 2, tapi ini udah dari jam 23.00 saya udah ngantuk"
"yaudah tidur aja sini di tempat koas obgyn bareng kita. Tapi ya seadanya alasan karpet doang"

dan jadilah saat itu aku tidur di sana, padahal tempatnya koas obgyn, dan ketahuilah itu tempat sempit. Ada tambahan aku mungkin adalah beban tersendiri. Tapi mereka legowo-legowo aja dan malah membantuku "mas itu ada pasien anak" "hoiya mbak itu suara nangisnya bayi. saya ke sana" luar biasa baiknya mbak bidan/perawat tersebut.

***
Selamat datang di sebagian kehidupan kami

Jadi kami sebenarnya apa di "rumah" kami sendiri? Cobalah tanyakan pada koas-koas adakah kami betah di sana? kami ingin pergi ke luar kota segera dan selama mungkin. Kami ingin bertamu ke rumah orang lain. Karena (maaf) cukup banyak orang yang menganggap kami anak tiri di "rumah" kami sendiri. Terlalu manjakah kami bercerita seperti ini? haruskah kami lebih tegar dari ini?

Tidur bukanlah untuk kami, ruangan bukanlah untuk kami. Apa yang untuk kami adalah tensi pasien setiap jam tensi. Memintakan tanda tangan di inform consent. Menulis hasil tensi di rekam medis dan di buku perawat. Mengambil obat di farmasi dan terkadang di IGD. Mengambil darah di bank darah. Atau menembok berdiri terdiam menyaksikan orang bekerja sementara kami antara ada dan tiada.

p.s: saat ini aku sedang di mall dan ada banner bertuliskan "20 tahun kemudian aku adalah dokter" berfotokan anak kecil dengan bangga memakai stetoskop. Hati kecilku berbisik "dek, kasian kamu. Kasian"

Untuk mencegah kesalahpahaman/misinterpretasi maka saya menambahkan 1 paragraf berisi poin-poin inti artikel ini:
Saya menyayangkan
- perlakuan ibu2 igd ke koas yg menegurnya dgn cara yg kurang baik
- perlakuan bbrp staf rs yg sama spt ibu igd itu
Apa yang dapat dikembangkan:
- jaga malam kt di "rumah" kurang bermanfaat secara akademik dibanding jaga malam kt di jejaring. Karena lebih banyak non akademiknya dibanding akademiknya. Oleh karna itu kalau kt lebih lama di jejaring kesempatan akademik lebih banyak dan mungkin pendidikan bisa jd lebih baik
- perlakuan staf yg baik membuat kt lebih pede dan lebih nyaman berlaku sbg seorang calon dokter. Selama koas juga jaga attitude
- Saya tidak mempermasalahkan tentang fasilitas, tetapi lebih ke arah sikap pegawai. Namun perlu ditekankan koas juga perlu introspeksi. Tidak semua koas bersikap baik, tidak semua pegawai bersikap baik. Semoga ke depannya sikap keduanya menjadi lebih baik
- kejadian igd tidak terjadi di koas obgyn. Tetapi di koas bagian lain
-tidak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih kepada para dokter terutama konsulen dan residen yang telah baik banget sama koas mau menyempatkan waktunya membimbing kami. Dan kepada beberapa pegawai, masih ada pegawai yang baik sama koas dan memerlakukan kita sebagai koas.

Copyright to amgah.blogspot.com

sumber gambar:
clipartix
s-media-cache-ak0.pinimg.com/
clipartkid.com
tokopedia.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi ...

Pidato dan Gombal di Musim Pancaroba

Pidato: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua dan segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karna berkat rahmat dan karunianya kita dapat berdiskusi di dunia maya ini. Pada kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan sebuah pidato tentang musim pancaroba. Dewasa kini banyak sekali terlihat penyakit di lingkungan saya. Saat ini sedikitnya 5 orang telah terjangkit demam berdarah dan belasan lainnya terjangkit pilek. Di musim pancaroba ini hendaknya kita lebih extra waspada untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Kita juga harus memerhatikan lingkungan dengan buang sampah pada tempatnya mulai dari diri sendiri. Sampah-sampah dapat menjadi tempat genangan air bersih. Genangan air tersebut adalah SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH! Maka dari itu saya menghimbau kepada seluruh teman-teman untuk menjaga lingkungan kita jangan sampai orang terdekat kita menjadi korban dari ganasnya demam berdarah. Di mulai dari diri sendiri, dari yang kecil, dan dar...

Terima Kasih Dokter Thomas

#Koas FK UGM Ilmu Penyakit Dalam RSUD Banjarnegara Hari ini tugas refleksi kasus kami rampung *yeay*. Namanya dr. Thomas Effendi spesialis penyakit dalam. Konsulen kesayangan kami di Banjarnegara yang sangat kami hormati. Kebaikan hati beliau disimpan oleh puluhan mungkin ratusan koasnya. Sebut saja dr. Endro, residen penyakit dalam yang dulu koas di tempat yang sama, masih menyimpan kesan betapa baiknya dr. Thomas.                 ‘ One of the best consultant and teacher that I ever met’ terkesan berlebihan memang. Namun, kalau kita tanya ke pensiunan koas IPD Banjarnegara, siapa yang tidak mengiyakan? Kebaikan pertama: sudah jadi omongan langit bahwa koas IPD di Banjar benar-benar menjadi dokter muda. Loh kan situ memang dokter muda?. Yes, tapi tidak melulu dokter muda bisa menjadi dokter muda. Di Banjar, kita benar-benar memanajemen pasien, keputusan kita benar-benar dianggap. Kasarnya hidup matinya...