Amatiran dan Profesional versi Amgah Januari 2016
Refleksi 28 Januari 2016
Hari ini diawali dengan perlombaan di ATMA JAYA bernama
AESCULAPIUS (ATMA Jaya United Scholar Competition and Annual Congress).
Perlombaan ini berisi lomba Karya Tulis Ilmiah, Poster Publik, Poster Ilmiah, dan
Video Kesehatan Masyarakat. Bertempat di kampus FK ATMA JAYA Pluit, saya
bersama 6 punggawa UGM lain mencoba mengadu nasib di ibu kota. Berbekal ilmu
dari bapak ibu dosen di Jogja, kami memberanikan diri berangkat.
UGM Alhamdulillah mendapat 3 kesempatan; kesempatan pertama
dan kedua datang lewat poster publik dan kesempatan ketiga lewat KTI. Singkat
cerita tibalah saatnya kami presentasi. Di dalam refleksi kali ini ada hal unik
yang ingin kubagikan dan semoga tepat sasaran pembaca. Siapapun yang sedang
membaca ini saat ini, kuharapkan kamu dapat memetik pelajaran, mengamalkan, dan
membagikan ilmu dalam balutan kebaikan. Inilah hal uniknya:
Sudah disebutkan bahwa semua orang “pasti” akan deg-degan,
tetapi hanya professional yang mampu menang melawan dirinya sendiri. Maksud di
sini adalah hanya professional yang mampu menguasai rasa takut (menguasai
dirinya sendiri). Seorang professional berpikir secara professional, seorang
amatiran yang ingin menjadi professional ada baiknya belajar untuk memiliki
pola pikir profesonal. Apa itu pola pikir professional?
Seorang professional secara teknis (tidak membicarakan
prinsip, niat, dasar, dsb) akan berpikir bagaimana caranya untuk memuaskan orang
lain. Seorang profesional ingin menjaga integritasnya sebagai seorang
profesional. Ketika dirinya tak mampu untuk menunjukkan yang terbaik, ia akan
merasa malu dan gagal. Uniknya, seorang profesional mampu membuat otaknya
berpikir “bagaimana pun juga, kita harus melakukan yang terbaik. Seburuk apa
pun keadaannya, seaneh apapun yang terjadi secara tiba-tiba. Kita harus
melakukan yang terbaik”
Berbeda dengan seorang amatiran, seorang amatiran akan
berpikir “saya takut saya akan mengecewakan orang lain. Saya takut saya akan
jelek, saya takut keadaan akan berubah menjadi suatu yang tidak dapat saya
kuasai, saya ingin memberikan yang terbaik tetapi saya takut”
Seorang profesional akan berpikir “meskipun saya gagal dalam
hal A, saya mendapat pelajaran berharga yang dapat diamalkan di masa depan
nanti” seorang amatiran akan berpikir “saya gagal dalam hal A, semua orang kecewa terhadap saya”. Seorang amatiran akan berpikir “setelah membaca artikel
ini kok sepertinya saya amatiran?”. Seorang profesional akan berpikir “meskipun
saat ini saya masih amatiran, tetapi saya akan belajar untuk menjadi
profesional. Saya akan membuktikan pada dunia bahwa saya bisa dan saya mampu. Dengan
usaha dan doa, saya akan menunjukkan siapa diri saya sebenarnya”
Sedikit teori tentang amatiran dan profesional versi amgah. Tentunya
hal tersebut debatable, namun penulis
terbuka terhadap komentar dan saran. Satu hal yang pasti, penulis ingin
orang-orang yang memiliki hati murni semurni susu sapi murni agar menjadi
profesional. Mengapa? Karena saya takut dan saya mengamati, orang-orang yang
menjadi profesional secara teknis justru tidak memiliki hati yang murni. Ada
yang hatinya ternodai oleh kehidupan glamour,
ada yang karna wanita, ada yang karna uang. Oleh karena itu, saya berharap
orang-orang berhati murni untuk segera bertindak dan belajar menjadi
profesional.
---
Hari ini juga saya mendeklarasikan komitmen untuk setiap hari menulis refleksi (kalau ada yang bolong seharusnya dirapel). Minimal dalam sehari, harus menulis sejumlah 500 kata. Semoga komitmen ini terjaga terus hingga akhir hayat dan yang paling penting komitmen ini bermanfaat untuk orang lain selain juga untuk diri sendiri. "Sebaik-baiknya manusia, ialah manusia yang bermanfaat untuk orang lain"
---
Lomba pun selesai dan kami jalan-jalan. Senangnya dapat
menghabiskan waktu bersama vionita (vio), Astria (tri), Galang, Ceni, Avin.
Walaupun mereka semua konslet dan perlu dibawa ke tukang listrik, tapi
kekonsletannya dapat menarik arus yang menyenangkan. Hari ini kami tutup dengan
kesyukuran akan banyak nikmat yang mungkin seringkali terlupa; nikmat sehat,
nikmat iman, nikmat harta, nikmat orangtua, dan nikmat-nikmat lain yang tak
terhitung. Alhamdulillah
Pada awalnya artikel ini dibuat ingin diakhiri dengan happy ending. Namun, di akhir terkadang kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan. akhirnya sad ending karena ternyata saya masih harus mengerjakan Rancangan Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Aliansi Organisasi Mahasiswa Kesehatan Indonesia (AOMKI)................................................................... sampai jumpa esok hari! (insyaAllah)
copyright to amgah.blogspot.com
sumber gambar; pinterest.com
Komentar
Posting Komentar