Part 1: Mengapa?
Mengapa membuang sampah di tengah jalan yang tenang?
Mengapa memutus semua benang yang terajut ketika satu benang
tertarik dan putus?
Mengapa hanya mengingat rasa yang asam dan melupakan rasa
yang manis?
Mengapa hanya melihat noda hitam di tengah-tengah kertas putih?
+++
Part 2: Bukankah?
Bukankah lebih nyaman bila sampah disimpan sendiri lalu dibuang,
tidak ditebar di tengah jalan?
Bukankah sayang untuk memutus semua benang hanya karena satu
benang tertarik dan putus?
Bukankah lebih menyenangkan untuk mengingat yang manis, menambahkan
gula, dan melupakan yang asam?
Bukankah masih ada bagian yang putih di kertas itu?
Mengapa berfokus pada keburukan ketika kebaikan masih ada? Apakah kebencian layak untuk menggantikan kebaikan? Apakah kebaikan layak untuk dilupakan?
Artikel Terkait: Melihat Kesalahan Orang Lain
Artikel Terkait: Melihat Kesalahan Orang Lain
Sumber Gambar:
muahahazz.blogspot.com/2012/02/food-for-thought-stubborn-black-dot.html
www.edinburgh.gov.uk
assets.knowledge.allianz.com
awrawrrr.blogspot.com
mjulkifli.files.wordpress.com
wildexpression.files.wordpress.com
farhan-bjm.web.id
tumblr.com
Komentar
Posting Komentar