Setiap orang mempunyai beban hidupnya masing-masing. Ada yang diuji dengan harta, jabatan, atau
sosial. Ada yang diuji dengan kesenangan, ada yang diuji dengan kesusahan. Ada
yang diuji dengan pria, ada yang diuji dengan wanita.
Dikelilingi oleh lingkungan yang berkecukupan, membuatku
melihat ujian-ujian baru yang tersembunyi. Ada temanku yang diuji dengan “penjara.”
Hidupnya dikekang oleh keinginan-keinginan yang tidak berasal dari lubuk
hatinya. Membuat hidupnya tak terasa menjadi hidupnya. Diarahkan, disuruh,
diminta. Kehidupan yang tak mau aku jalani, aku yakin dirimu juga tidak mau
menjalaninya.
Aku juga melihat teman yang hidupnya diuji dengan kesenangan.
Kemewahan merupakan hal yang mudah. Lalu apa ujiannya?
Bayangkan
aku adalah orang miskin. Jadwal makan tergantung dari uluran para penderma.
Jika golongan atas bingung memilih menu makan, aku yang golongan bawah tak
perlu repot memilih. Menu makananku sudah ditentukan oleh jumlah uang yang
kuterima, tak jauh-jauh dari garam, kecap, tahu, dan tempe.
Aku melihat orang-orang golongan atas hidupnya sangat
menyenangkan. Pulang pergi naik mobil. Mainan di rumah banyak. Makan apa saja
tinggal pilih. Baju-bajunya bagus. Apa lagi yang mereka cari? Mereka tak perlu
pusing mencari duit. Aku disini harus menjajakan koran, kadang aku harus
meminta.
Karna suatu hal aku sekarang menjadi orang kaya. Anggap
saja aku menang undian dan menjadi orang kaya baru. Aku sekarang bisa pulang
pergi naik mobil. Mainanku banyak. Baju-bajuku bagus. Aku tak perlu pusing
mencari uang. Ujianku sebagai orang
miskin telah habis. Aku kini orang kaya.
Ternyata, jadi orang kaya tak semudah yang aku pikirkan.
Banyak sekali hal-hal menggoda. Bayangkan sekarang aku adalah seorang wanita
cantik. Tubuh ramping, rambut indah layaknya model.
Jika
aku miskin, aku tak perlu repot memikirkan baju apa yang harus kubeli. Aku tak
punya banyak pilihan dalam memilih baju. Jangankan memikirkan baju apa, untuk
makan apa juga masih bermasalah. Asalkan bajuku cukup untuk menutupi tubuhku.
Murah juga tak masalah.
Kini
aku wanita kaya. Baju-baju terbuka merupakan hal yang menggoda. Teman-teman
wanitaku akan mengajakku untuk memakai baju terbuka ala orang golongan atas.
Memamerkan kemolekan tubuhku. Aku memang merasa cantik dengan baju-baju itu.
Puluhan pasang mata akan memandangku kagum. Setidaknya itu yang aku rasa,
mereka memandangku kagum, sepertinya. Kadang aku lupa bahwa aku punya
agama. Kira-kira apa yang Tuhan pikirkan
tentang diriku. Nikmat Tuhanku yang manakah yang telah aku dustakan?
***
Sekarang
hidupku sebagai pria kaya. Sebagai pria kaya, banyak juga ujiannya di dunia.
Aku tak menyangkanya. Memang aku tak harus bekerja pontang-panting di jalanan.
Aku tak perlu mengais belas kasih dan uluran tangan para pengendara. Tapi
sebagai pria kaya, aku sangat tak nyaman.
Jika
aku orang miskin, aku tak punya waktu untuk menonton TV. Aku tidak akan melihat
hal yang tak boleh kulihat. Sekarang aku
kaya, waktuku bebas untuk menonton TV. Tak jarang aku menemui hal-hal yang tidak
seharusnya aku lihat. Seharusnya aku menutup mata, tapi hal ini... menggoda.
Ketika
aku jalan-jalan di mall aku juga melihat wanita-wanita kaya yang cantik. Kadang
mataku liar memandang, bukan karena kagum, tapi karena.... Yasudahlah semoga
mereka tak sadar. Kadang aku lupa bahwa aku punya agama. Kira-kira apa yang Tuhan pikirkan tentang diriku. Nikmat Tuhanku yang
manakah yang telah aku dustakan?
***
Tiba-tiba
aku tersadar. Bahwa menjadi miskin dan kaya sama-sama punya beban, punya ujian.
Kadang aku ingin kembali menjadi orang miskin. Kadang juga tidak. Ah taulah aku pusing. Semua kehidupan di
dunia ini punya jatah ujian masing-masing. Mau kaya mau miskin sama-sama diuji.
Aku pikir tak apa menjadi orang miskin atau orang kaya, sama saja. Asal aku
bisa menghadapi ujiannya. Dan aku harus bisa.
Jika
aku orang miskin yang berhasil dalam menghadapi ujianku, aku akan menjadi orang
kaya tersembunyi. Aku memiliki kelebihan
akhirat di dalam keterbatasan dunia. Di akhirat nanti semua keinginanku akan
menjadi nyata. Itu janji Tuhanku.
Jika
aku orang kaya yang berhasil dalam menghadapi ujianku, aku akan tetap menjadi
orang kaya di dunia yang kekal. Aku terhindar dari azab yang
pedih. Dan semua keinginanku akan menjadi nyata. Itu janji Tuhanku.
Banyak
orang yang tergelincir, baik kaya atau pun miskin. Aku harus bisa berpegangan.
Aku harus bisa berdiri kuat. Karena....
Setan
berkata ketika penghitungan amal telah diselesaikan, (ketika semua perbuatan di
dunia telah dihitung dan harus dipertanggungjawabkan), “Sesungguhnya Allah
telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan
kepadamu tetapi aku menyalahinya. Tidak ada kekuatan bagiku terhadapmu,
melainkan sekadar aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku. Oleh sebab itu
janganlah kamu mencerca aku, tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku tidak dapat
menolongmu dan kamu pun tidak dapat menolongku.” Sungguh, orang yang zalim akan
mendapat siksaan yang pedih. (Al Quran surah Ibrahim ayat 22).
Iblis
berkata, “Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku
pasti akan jadikan hal yang buruk terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan
menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba Mu yang terpilih di antara
mereka.” (Al Quran surah Al Hijr ayat 39).
Hal yang buruk terasa indah bagi mereka di bumi. Memang, aku mengakui itu benar. Dan
kata terasa harus digarisbawahi.
Ya Allah lindungilah kami, lindungilah orang-orang
yang kami cintai, lindungi orang tua kami, lindungi pasangan-pasangan kami,
lindungi sahabat dan teman-teman kami, agar kami semua menjadi hamba-hamba Mu yang terpilih, amin.
Komentar
Posting Komentar