Debat Besar
Beberapa bulan lalu
"Eh aku pengen ngasih hadiah ke X deh"
"Lah ngapain Gah?"
"Karna X udah baik banget"
"Lah kan itu kewajiban beliau sebagai ***"
"Iya ngerti, tapi gak semua *** baik banget ke kita"
"Iyasih, tapi itu gratifikasi Gah"
Semua orang di sana menentang ideku untuk memberikan sebuah penghargaan kepada X yang telah baik. Saat itu, sampai saat ini, menurutku berbuat baik itu pilihan. Kita sama-sama tahu bahwa ada kewajiban yang melekat di setiap jabatan, gelar, apa pun yang melekat. Bahkan manusia pun punya kewajiban sebagai seorang manusia. Namun, tidak semua orang menjalankan kewajibannya. Pun menjalankan, ada pula yang setengah hati, mengerjakan semaunya sendiri.
***
Definisi Baik
Banyak kesalahpahaman mendefinisikan baik sebagai suatu pemanjaan terhadap sebuah aktivitas. Banyak pula yang mengklarifikasi bahwa "baik" tidak melulu lunak. Baik di dalam pendidikan kami artikan sebagai suatu upaya untuk mendewasakan peserta didik melalui kegiatan pendidikan yang memanusiakan manusia. Orang baik yang memiliki gaya ajar "galak" berbeda jauh dengan orang galak.
Baik memang tidak memiliki skoring seperti penyakit (contoh: SLE). Tidak pula diperiksa penunjang untuk membuktikan seseorang baik atau buruk. Namun secara otomatis manusia memiliki naluri untuk menilai sesamanya, apakah orang yang ditemuinya baik atau tidak, memudahkkan urusan atau menyulitkan, memanusiakan manusia atau memesinkan manusia.
***
Begitu Banyak Dalil
Mungkin bosan adalah kata yang tepat jika aku menuliskan mengapa manusia harus berlaku baik. Begitu banyak tokoh pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, selalu mengulang-ulang untuk berbuat baiklah sesamamu, apa yang kamu tuai adalah apa yang kamu tanam, mudahkanlah urusan orang lain maka Tuhan akan memudahkan urusanmu. Lalu, mengapa masih ada orang yang sering menyulitkan?
***
Petuah Dokter ****
Aku tidak mampu meniru persis petuah ibu kami di salah satu stase koas. Pesan beliau di akhir
"Ya prinsip, moto hidup saya ya dek. What goes around comes around. Saya percaya bahwa apa yang saya lakukan terhadap orang lain, akan kembali lagi kepada saya dengan bentuk yang berbeda. Saya percaya kalau kita berbuat baik, insyaAllah Allah akan ngasih kita kebaikan yang kita gak duga-duga
Kalau adek ketemu orang-orang yang seperti itu (kurang baik), karna ketahanan setiap orang itu berbeda dek. Kalau saya ingat jaman saya dulu, saya juga sempat mengalami masa di mana saya harus sembunyi ke kamar mandi hanya untuk menangis. Abis nangis baru saya keluar dengan semangat lagi, berusaha menyelesaikan semuanya
Ketahanan setiap orang itu individual. Ada orang yang berhasil mengatasi masalahnya, ada yang tidak. Ya itu dek, karena moto saya what goes around comes around, saya harus berbuat baik kepada orang lain dengan apa pun keadaan saya saat itu. Karena saya percaya semua akan kembali pada saya. Kalau saya pikir-pikir sekarang ya dek 'kok bisa ya saya melewati itu semua?' saya suka heran sendiri dan gak percaya"
***
Hari Berkabung
Hilangnya Kemanusiaan di Pendidikan Tentang Manusia
Pertama kali aku diajar, di sana, aku terpukau tentang niat seorang manusia yang ingin menolong manusia lain. Manusia belajar ilmu agar dapat menyelematkan sebuah nyawa, menjadi ikhtiar manusia dalam berdoa "Ya Tuhan sembuhkanlah aku. Semoga sakitku dapat menjadi penghapus dosaku"
Pertama kali aku diajar, di sana, aku terpukau mendengar cerita seorang manusia yang tidak tidur untuk belajar. Tidak tidur untuk menjaga. Tidak tidur untuk memastikan bahwa manusia lain sudah mendapat yang terbaik.
Di sana kita diajar bahwa menjadi manusia haruslah memanusiakan manusia lain. Kita berinteraksi dengan manusia, bukan mesin bukan hewan. Profesional, beretika, dan bertatakrama.
Di sini hmm, entah kalimat apa yang harus kugunakan, terlalu idealiskah menjadi manusia? Sebuah senyum? Pertemanan? Pun paragraf-kalimat-kata kata ini? Meskipun di sana mengajarkan menjadi manusia, di sini? Sepertinya pendidikan itu harus diulang, karena keadaan memaksa manusia untuk bertahan menjadi manusia.
Ketika letih, tekanan, rindu, marah, jengkel, apa pun yang negatif silih berganti berebut tempat dengan kata, "manusia."
"Di rumahku semua menjengkelkan! Kalian yang di sini harus ikut merasakan apa yang aku rasakan!"
"Hai! Kamu tidak tahu aku habis kena marah? Kamu harus merasakannya juga!"
"Woi! Ini salah itu salah. Kenapa semua yang aku lakukan salah?!. Sini kamu, kamu juga salah! S-A-L-A-H!"
"Astaga kerjaan banyak sekali. Bisakah kamu diam? Bisakah kamu tidak menyusahkanku? Daripada kamu seperti itu, mending kamu bantu. Kerjakan separuh pekerjaanku, sekarang!"
Tidakkah kalimat kalimat itu terucap dalam bentuk yang lain? Yang lebih halus sehingga kita tidak sadar telah me"nyebut"nya? Terlalu halus sehingga menjadi bulir yang menyelimuti tubuh dan terpancar. Tidak dalam bentuk kata, namun nyata.
Tidak semua memang, tetapi lumrah. Suatu hal yang sudah dianggap biasa padahal seharusnya tidak biasa. Hal di atas tidak boleh menjadi biasa. Harus ada orang-orang bahagia, orang orang "sinting" yang membawa kembali kata - manusia - setelah terusir. Orang-orang yang tetap bertahan mempertahankan kebahagiaannya dan membagikannya pada orang lain.
Tidakkah membahagiakan membuat orang lain bahagia? membuat orang lain senyum? makasih ya dok. makasih ya pak. makasih ya dek. pertemanan terjalin di sana. kemanusiaan terajut di sana. hingga akhirnya menjadi kenangan dan amal yang menolong kita di alam kubur.
"kamu dulu berbuat baik kepada fulan. lalu fulan mendoakanmu" betapa indahnya kalimat itu jika kita dengar ketika sekujur tubuh telah kaku.
***
Berbuat Baik itu Pilihan
Selamat berbuat baik, selamat memanusiakan manusia, semoga Allah membalas segala kebaikan dengan ganjaran yang berlipat, tidak dapat kita nilai dengan apa pun, di saat-saat genting ketika sudah tidak ada lagi yang dapat kita lakukan, namun Allah memberikan kuasanya, menolong manusia yang sering menolong manusia lain. Aamiin
copyright to amgah.blogspot.com
Beberapa bulan lalu
"Lah ngapain Gah?"
"Karna X udah baik banget"
"Lah kan itu kewajiban beliau sebagai ***"
"Iya ngerti, tapi gak semua *** baik banget ke kita"
"Iyasih, tapi itu gratifikasi Gah"
Semua orang di sana menentang ideku untuk memberikan sebuah penghargaan kepada X yang telah baik. Saat itu, sampai saat ini, menurutku berbuat baik itu pilihan. Kita sama-sama tahu bahwa ada kewajiban yang melekat di setiap jabatan, gelar, apa pun yang melekat. Bahkan manusia pun punya kewajiban sebagai seorang manusia. Namun, tidak semua orang menjalankan kewajibannya. Pun menjalankan, ada pula yang setengah hati, mengerjakan semaunya sendiri.
***
Definisi Baik
Banyak kesalahpahaman mendefinisikan baik sebagai suatu pemanjaan terhadap sebuah aktivitas. Banyak pula yang mengklarifikasi bahwa "baik" tidak melulu lunak. Baik di dalam pendidikan kami artikan sebagai suatu upaya untuk mendewasakan peserta didik melalui kegiatan pendidikan yang memanusiakan manusia. Orang baik yang memiliki gaya ajar "galak" berbeda jauh dengan orang galak.
Baik memang tidak memiliki skoring seperti penyakit (contoh: SLE). Tidak pula diperiksa penunjang untuk membuktikan seseorang baik atau buruk. Namun secara otomatis manusia memiliki naluri untuk menilai sesamanya, apakah orang yang ditemuinya baik atau tidak, memudahkkan urusan atau menyulitkan, memanusiakan manusia atau memesinkan manusia.
***
Begitu Banyak Dalil
Mungkin bosan adalah kata yang tepat jika aku menuliskan mengapa manusia harus berlaku baik. Begitu banyak tokoh pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, selalu mengulang-ulang untuk berbuat baiklah sesamamu, apa yang kamu tuai adalah apa yang kamu tanam, mudahkanlah urusan orang lain maka Tuhan akan memudahkan urusanmu. Lalu, mengapa masih ada orang yang sering menyulitkan?
***
Petuah Dokter ****
Aku tidak mampu meniru persis petuah ibu kami di salah satu stase koas. Pesan beliau di akhir
"Ya prinsip, moto hidup saya ya dek. What goes around comes around. Saya percaya bahwa apa yang saya lakukan terhadap orang lain, akan kembali lagi kepada saya dengan bentuk yang berbeda. Saya percaya kalau kita berbuat baik, insyaAllah Allah akan ngasih kita kebaikan yang kita gak duga-duga
Kalau adek ketemu orang-orang yang seperti itu (kurang baik), karna ketahanan setiap orang itu berbeda dek. Kalau saya ingat jaman saya dulu, saya juga sempat mengalami masa di mana saya harus sembunyi ke kamar mandi hanya untuk menangis. Abis nangis baru saya keluar dengan semangat lagi, berusaha menyelesaikan semuanya
Ketahanan setiap orang itu individual. Ada orang yang berhasil mengatasi masalahnya, ada yang tidak. Ya itu dek, karena moto saya what goes around comes around, saya harus berbuat baik kepada orang lain dengan apa pun keadaan saya saat itu. Karena saya percaya semua akan kembali pada saya. Kalau saya pikir-pikir sekarang ya dek 'kok bisa ya saya melewati itu semua?' saya suka heran sendiri dan gak percaya"
***
Hari Berkabung
Hilangnya Kemanusiaan di Pendidikan Tentang Manusia
Pertama kali aku diajar, di sana, aku terpukau tentang niat seorang manusia yang ingin menolong manusia lain. Manusia belajar ilmu agar dapat menyelematkan sebuah nyawa, menjadi ikhtiar manusia dalam berdoa "Ya Tuhan sembuhkanlah aku. Semoga sakitku dapat menjadi penghapus dosaku"
Pertama kali aku diajar, di sana, aku terpukau mendengar cerita seorang manusia yang tidak tidur untuk belajar. Tidak tidur untuk menjaga. Tidak tidur untuk memastikan bahwa manusia lain sudah mendapat yang terbaik.
Di sana kita diajar bahwa menjadi manusia haruslah memanusiakan manusia lain. Kita berinteraksi dengan manusia, bukan mesin bukan hewan. Profesional, beretika, dan bertatakrama.
Di sini hmm, entah kalimat apa yang harus kugunakan, terlalu idealiskah menjadi manusia? Sebuah senyum? Pertemanan? Pun paragraf-kalimat-kata kata ini? Meskipun di sana mengajarkan menjadi manusia, di sini? Sepertinya pendidikan itu harus diulang, karena keadaan memaksa manusia untuk bertahan menjadi manusia.
Ketika letih, tekanan, rindu, marah, jengkel, apa pun yang negatif silih berganti berebut tempat dengan kata, "manusia."
"Di rumahku semua menjengkelkan! Kalian yang di sini harus ikut merasakan apa yang aku rasakan!"
"Hai! Kamu tidak tahu aku habis kena marah? Kamu harus merasakannya juga!"
"Woi! Ini salah itu salah. Kenapa semua yang aku lakukan salah?!. Sini kamu, kamu juga salah! S-A-L-A-H!"
"Astaga kerjaan banyak sekali. Bisakah kamu diam? Bisakah kamu tidak menyusahkanku? Daripada kamu seperti itu, mending kamu bantu. Kerjakan separuh pekerjaanku, sekarang!"
Tidakkah kalimat kalimat itu terucap dalam bentuk yang lain? Yang lebih halus sehingga kita tidak sadar telah me"nyebut"nya? Terlalu halus sehingga menjadi bulir yang menyelimuti tubuh dan terpancar. Tidak dalam bentuk kata, namun nyata.
Tidak semua memang, tetapi lumrah. Suatu hal yang sudah dianggap biasa padahal seharusnya tidak biasa. Hal di atas tidak boleh menjadi biasa. Harus ada orang-orang bahagia, orang orang "sinting" yang membawa kembali kata - manusia - setelah terusir. Orang-orang yang tetap bertahan mempertahankan kebahagiaannya dan membagikannya pada orang lain.
Tidakkah membahagiakan membuat orang lain bahagia? membuat orang lain senyum? makasih ya dok. makasih ya pak. makasih ya dek. pertemanan terjalin di sana. kemanusiaan terajut di sana. hingga akhirnya menjadi kenangan dan amal yang menolong kita di alam kubur.
"kamu dulu berbuat baik kepada fulan. lalu fulan mendoakanmu" betapa indahnya kalimat itu jika kita dengar ketika sekujur tubuh telah kaku.
***
Berbuat Baik itu Pilihan
Selamat berbuat baik, selamat memanusiakan manusia, semoga Allah membalas segala kebaikan dengan ganjaran yang berlipat, tidak dapat kita nilai dengan apa pun, di saat-saat genting ketika sudah tidak ada lagi yang dapat kita lakukan, namun Allah memberikan kuasanya, menolong manusia yang sering menolong manusia lain. Aamiin
copyright to amgah.blogspot.com
Aaamiin. Selamat berjuang untuk selalu berbuat baik Gah.
BalasHapus