Nol kilometer di Jogja adalah titik paling menarik sepanjang jalan malioboro. Berbagai macam acara maunya diselenggarakan di sini. Ratusan orang silih berganti lalu-lalang untuk berwisata minimal untuk jalan, entah jalan kaki atau pakai kendaraan. Nol adalah suatu angka yang unik di sini.
Akan tetapi tidak demikian di sekolah. Murid-murid tidak mau mendapatkan nol. Siapa yang mau ujiannya dapat nol? Eh ternyata ada. Mereka mau nol, tetapi nolnya dua lalu ada angka satu di depan kedua angka nol tersebut. Kali ini nol menjadi sebuah paradox, antara tidak mau dan mau.
Mungkin kalau aku kembali membahas angka nol, kita akan muak terhadap ini. Sebenarnya apa yang ingin disampaikan sehingga harus ke malioboro dan sekolah dulu. Aku ingin menyampaikan bahwa nol tidak hanya sekadar ucapan di SPBU "pak mulai dari 0 ya". Ucapan tersebut bukan hanya sekadar kewajiban yang harus diucapkan karyawan karena kalau tidak akan kena marah atasan. Ada sesuatu di sana. Ada sesuatu yang bisa kita petik dari malioboro, sekolah, dan SPBU.
***
Manusia tak kuasa membendung perubahan. Ada orang bilang tidak ada yang abadi di dunia ini, yang abadi ialah perubahan itu sendiri. Pernah gak sih kita merasa gak pengen banget berubah dari keadaan yang sedang kita punya. Tetapi kita bisa apa? tiba-tiba keadaan sudah berubah. Hitungan kedipan mata atau pun perlahan.
Seorang penyanyi yang mendapat penghargaan tidak akan selamanya berada di atas daun. Sepasang kekasih tidak selamanya berada dalam kebahagiaan. Seekor burung tak selamanya mendapatkan makanan. Bahkan seorang orang baik tidak selamanya dikira baik, ada juga orang baik yang diteror, dipenjara, atau minimal dipinggirkan.
Waktu luang berubah menjadi kesibukan. Uang yang tadinya mengalir tiba-tiba mampet. Tawa yang tadinya ada mengapa sekarang berada di tempat lain? Dari balik jendela biasanya kulihat senyum, sekarang yang tersisa hanya kursi dan meja. Keadaan yang tadinya familiar kini menjadi asing, Kemana perginya mereka?
***
#1
A "Oi apa kabar?"
B "Masih kangen *piip*"
A "Yah salah gue kalo bilang ke orang kabar lo baik-baik aja"
B "lah? gue baik-baik aja ini"
A "Lah itu masih sakit"
#2
A "Gah sedih. 'Itu' punyaku, sekarang dia disayang-sayang sama orang lain"
B "Ikhlaskan... meskipun kadang sedih ya kalo keinget yang dulu-dulu"
A "ya...:
#3
Dahlan iskan dipenjara. Tidak cukup tiga halaman untuk menceritakan kisahnya. Jika kita merenung sejenak dan memosisikan diri kita menjadi dahlan iskan. Apa yang akan kita lakukan? di penjara. Tadinya berjuang buat negara, capek-capek tidur dikit eh malah dipenjara.
#apa kisahmu?
Mulai dari 0 bukan berarti kita melawan semua perubahan yang ada. Mulai dari 0 berarti menerima perubahan itu sendiri. Lalu kembali melanjutkan hidup lagi. Seperti kendaraan yang kehabisan bensin. Jika kita paksakan kita tak akan pergi ke mana pun, tapi jika kita terima, lalu pergi ke SPBU. "Mulai dari 0 ya" Seketika kendaraan bisa diajak berjalan lagi untuk mencapai tujuan yang sudah kita tentukan.
Mulai dari nol. Adakah sesuatu di dalam hati kita yang masih belum bisa kita terima?
***
Malioboro:
Kita adalah apa yang kita pikirkan. Tidak selamanya nol itu jelek, nol kilometer itu keren. Nol yang kita punya juga insyaAllah pasti punya sisi baik
Sekolah:
Mulai dari 0 untuk mencapai 100. nol lagi? mulai lagi hingga 100 lagi
sumber gambar;
http://jalanjogja.com/wp-content/uploads/2013/09/FOTO-7.jpg
http://baltyra.com/wp-content/uploads/2010/05/laskar-pelangi.jpg
copyright to amgah.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar