Salah satu teman kelompok yang hobinya nonton Power Ranger di Asrama |
Yip yip hooray, sorak-sorai gembira ketika satu stase koas
telah rampung. Wajar jika sebelum masuk stase X, para koas baru akan bertanya
dengan koas sebelumnya yang sudah khatam. Beberapa informasi yang aku dapat
tentang forensik (sebelum masuk forensik); 1. Forensik itu stase Jogja City
Mall (JCM), sambil nunggu panggilan, kita bisa jalan-jalan di JCM, 2. Forensik
cukup selo, 3. Tanda-tangannya cukup banyak, 4. Dosen favorit.
Dua dari
empat informasi tersebut ternyata seratus delapan puluh derajat. Forensik stase
JCM? Patut dipertanyakan untuk kelompok 16102, forensik memberi kejutan. Bukan
hanya tentang forensik stase JCM, tetapi forensik juga stase MasterChef. Bukan hanya jumlah kasus kelompok kami yang cukup lumayan, tapi juga tentang bekas yang ditinggalkan forensik untuk kami. Kita bahas kejutan di paragraf
lain, sekarang kita bahas tanda tangan dan dosen favorit.
Tanda-tangan
di forensik cukup banyak dibanding di THT, Mata, dan Kulit. Ketika satu
kegiatan telah selesai, tanda tangan yang dibubuhkan (minimal) ada di tiga
tempat yang berbeda; logbook lembar
kegiatan, logbook lembar khusus
(BST/Refleksi kasus/Tutorial/dst), dan lembar
kegiatan terpisah (selembaran yang diambil di forensik). Namun berdasarkan sumber yang sudah pernah
Ilmu Penyakit Dalam (IPD), IPD memiliki jumlah tanda-tangan lebih banyak lagi,
jadi jangan mengeluh.
Kalau dosen, sedikitnya ada dua dosen forensik favorit yang ngajarnya menyenangkan. Pertama, dr. Yudha Nurhantari, beliau kalau mengajar
sangat unik, suka melawak, tetapi pelajarannya tetap masuk ke otak. Kedua, dr.
Idha Arfianti, serupa tapi tak sama. Cara mengajar beliau juga unik, kalau
diajari beliau pelajaran sangat gampang untuk diserap otak. Lalu semangatnya
membuat para muridnya enggan mengantuk. P.s; kita tidak membahas ujian.
Kegiatan minggu pertama.
Salahku
memulai forensik dengan harapan forensik adalah stase JCM, aku berharap dapat
mengerjakan hal-hal lain selain koas, contoh: memperpanjang sim. Sebelum stase
sudah kusiapkan surat sehat dari GMC Health Center. Ternyata di tengah-tengah
stase aku ditegur untuk tidak berharap pada stase, tetapi berharap hanya pada
Tuhan.
Kasih Tak Sampai |
Masuk hari
pertama disuguhkan dengan briefing yang komprehensif. Jadwal di forensik mirip
dengan di kulit, semua-muanya harus membuat jadwal sendiri. Hubungi atau temui
dosennya, lalu buatlah kesepakatan waktu. Ada beberapa biko, praktikum, dan
latihan keterampilan (skillslab) yang
harus diselesaikan di minggu pertama.
Jumlah pastinya
aku lupa, pengampuhnya pun berbeda-beda, dan gaya mengajarnya berbeda pula. Kata mas Nanang (admin Forensik), memang sengaja minggu
pertama dijadikan sebagi minggu pembekalan, sebelum nantinya kita mandiri di minggu ketiga. Berdoalah kalian
mendapatkan dosen favorit yang cara mengajarnya yahud dan ilmunya nyangkut,
Jadwal
bimbingan di minggu pertama biasanya menghabiskan seluruh jam kerja, sudah sewajarnya minggu
pertama cukup sibuk. Namun jika dibandingkan dengan stase lain, forensik cukup
tidak menghabiskan tenaga fisik. Satu hal yang berbeda dan cukup tidak disukai
oleh beberapa koas forensik adalah ketidakpastian. Di sini kita akan mengerti
bahwa tidak ada yang pasti di dunia ini kecuali kematian dan perubahan itu
sendiri. Contoh: ketika kamu sudah berencana untuk melakukan A dari jauh-jauh
hari, tetapi jika ada panggilan dari forensik, seberapa penting si A tersebut
tetaplah harus ditinggal. Kewajiban koas forensik adalah memenuhi panggilan
otopsi.
Panggilan
otopsi/On Call dapat menghubungimu
sewaktu-waktu sesuka hati. Normalnya kita tidak akan dipanggil jika sudah
melewati 23.00, tapi tidak ada yang menjamin. Tidak ada yang pasti di On Call, kamu lagi mandi, kamu lagi
tidur, lagi apa pun panggilan tersebut harus dijawab dan dalam waktu 30 menit
kita harus sampai di Sardjito. Oleh karena itu haram hukumnya pergi ke luar
kota, dan kita menyebutnya sebagai tahanan kota.
Menurut
beberapa sumber yang sudah khatam forensik, mereka menyelesaikan forensik 4
minggu dengan jumlah On Call/kasus sekitar 4-6 kasus. Namun untuk kelompokku, 4
kasus adalah jumlah yang kami selesaikan dalam 1 minggu. Perlu dicatat bahwa
kegiatan Bed Side Teaching (BST)
adalah kegiatan wajib yang harus dilaksanakan selesai kasus, dan beberapa
kegiatan BST meninggalkan tugas yang harus dikerjakan dengan cara tulis tangan.
Namun jika kamu beruntung, BST dapat berupa diskusi-diskusi.
Karena kami
mendapat 4 kasus, otomatis harus ada 4 BST, ditambah jadwal segala bimbingan, ditambah
menyelesaikan visum. Penyelesaian visum cukup lama, belum ditambah revisi dan
menulis yang sudah fix di lembar
rekam medis. Padatnya minggu pertama memaksaku untuk menunda jadwal
perpanjangan SIM, aku pikir minggu kedua akan lebih lowong. Di hari minggu pun sorak sorai akhirnya minggu pertama
selesai. Aku memulai minggu kedua dengan harapan minggu kedua lebih aman. Aman
= tidak ada panggilan otopsi.
Lebih baik panggilan ini atau panggilan forensik? |
Kegiatan
minggu kedua
Minggu
kedua umumnya diisi oleh hal-hal yang belum diselesaikan di minggu pertama.
Pada beberapa kasus, beberapa dari kelompok akan dikirim ke Klaten. Namun untuk
kelompokku, kami ber-13 (seluruh kelompok) akan ke klaten di minggu ke-3.
Selesaikanlah hal-hal yang perlu diselesaikan di Sardjito sebelum ujian, karena
di minggu ujian sebaiknya kita fokus untuk belajar. P.s; ujian akan
dilaksanakan hari selasa (awal minggu ke-4).
Oleh karena
itu beberapa kelompok kecilku memilih DOPS di minggu kedua. DOPS ibarat pra-ujian
dengan bahan tatacara pembuatan visum dari awal hingga terbit. Oiya di Forensik
kita dibagi dalam empat kelompok kecil, masing-masing beranggotakan tiga s.d
empat orang. Kelompok kecil inilah yang akan terus mengarungi samudera forensik
dan mencicipi pahit manis forensik bersama-sama. Kelompok kecilku memilih DOPS
di minggu ke-2.
Ajaibnya,
di minggu kedua ini kami hampir tiap hari mendapatkan kasus/On Call. Kalau
tidak salah kami mendapat 5 otopsi dari 7 hari yang ada. Otomatis 5 otopsi
menghasilkan 5 BST, 5 BST = 5 Tugas. Ternyata minggu kedua bagi kami tidak
seperti apa yang dikatakan orang-orang. Total kami telah mengantungi 8-9 kasus
sebelum bedol desa ke Klaten.
Kegiatan
minggu ketiga.
Di Klaten
kita akan dilatih untuk membuat visum hidup, karena di Sardjito kita fokus
membuat Visum mati. Tetapi, bukan berarti tidak ada kasus mati di Klaten, On Call masih akan tetap membayang-bayangi
hidup. Enaknya di Klaten kita semua ada di satu asrama, kalau ada kasus tinggal
saling colak-colek. Kalau di Sardjito, berbahaya jika kita dipanggil pukul
23.00 ke atas, kalau yang tidur dan susah bangun bisa
berabe.
Minggu ke-3
kami bertepatan dengan hari raya Idul Fitri. Harapan kami agar semua warga
Klaten dan sekitarnya sehat selalu. Kami di Klaten ditugaskan untuk jaga IGD/On
Call kasus hidup. Jika ada kasus seperti Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
atau Kecelakaan Lalu Lintas (KLL), kami ikut menangani. Doa yang kami panjatkan
agar tidak ada yang main petasan dengan sembrono hingga mengakibatkan luka atau
kematian.
rayakanlah Idul Fitri dengan aman dan sehat |
Pada minggu ini pula ketika yang lain merayakan liburan, kami juga merayakan liburan di bagian forensik. Ketika staff rumah sakit umunya berlibur atau mudik, kami juga "berlibur" di ruang otopsi jika ada kasus mati. Di balik "liburan" kami di Klaten, ada dua
cerita unik yang ingin kubagikan.
Cerita pertama adalah di malam hari
raya Idul Fitri, di malam yang paginya umat muslim akan menunaikan solat Ied. Biasanya
kami para cowo-cowo harus berusaha bangun secara mandiri untuk dapat solat
subuh. Tetapi malam itu tiba-tiba pintu kamar kami diketok. Wah Alhamdulillah ada yang bangunin buat
solat subuh. Ingin kuucapkan terima kasih pada si pengetok karena sudah repot-repot mau membangunkan. Namun ternyata dia
duluan yang sudah berbicara “Amgah, ada otopsi, bangunin yang lain dan cek grup
Line”
Akhirnya
kami pun otopsi tepat sebelum solat Ied. Alhamdulillahnya ketika solat mau
dimulai, otopsi sudah hampir selesai. Kami yang muslim meminta izin kepada yang
lain untuk meninggalkan otopsi sebentar. Lalu kerjasama yang apik pun terjadi
#biasaajakali. Setelah solat ied kami yang muslim kembali ke bagian Forensik
untuk membuat visum mati.
Ceritanya bersambung
ya, stase saraf sudah menunggu di depan mata. Spoiler; Di akhir forensik semua bahagia, meskipun dapat total >12 kasus, tapi ada satu hal berharga yang tidak didapatkan di stase lain.
--- end of
part 1 --- to be continued
copyright to amgah.blogspot.comsumber gambar:
koleksi pribadi
pkp5sw.wordporess.com
twitter.com
dubaichronicle.com
Komentar
Posting Komentar