Langsung ke konten utama

Prosa: Dunia, Malam, dan Pagi

Setelah menulusuri jembatan kayu yang rapuh, tibalah aku pada dunia yang baru. Dunia yang berkabut, dunia yang masih gelap, dunia yang belum terlihat. “Selamat datang di dunia yang penuh perjuangan” Tulis salah satu spanduk selamat datang, satu-satunya hal yang aku lihat secara jelas.

Dunia ini seperti labirin.  Tapi tak ada satu pun peta yang mampu menulisnya. Tak ada pula satu pun orang yang tahu ujung jalannya. Cara untuk mengetahui  di mana muara labirin hanyalah melangkah. Setiap langkah menggetarkan hati. Setiap pijak mendegupkan jantung. Setiap cabang berisi duka atau suka.

Dunia ini seperti lomba balap mobil. Jika tak mau bergerak akan tertinggal jauh dibelakang. Setiap teguk bensin menghabiskan nyali. Setiap putar roda memutar otak. Setiap pedal gas yang terinjak memompa kelenjar adrenal.

Dunia ini seperti dunia. Begitu luas terhampar. Begitu ragam terbentuk. Dari yang rapih sampai yang berantakan. Dari yang baik sampai yang jahat. Dari yang benar sampai yang salah. Begitu tak terduga, begitu seenaknya. Meninggalkan ujian-ujian penaik derajat diri. Yang kadang tak sadar ternyata sedang dijalani.

Dunia ini..... Dunia ini hanyalah prosa tak tersurat. Setiap kata mengandung makna tersirat. Biarkan jari menari sesuka hati, berharap sesuka hati, bermimpi sesuka hati. Asalkan semua dititipkan pada Tuhan Yang Maha Berkehendak.   Dan selalu ingat bahwa di setiap malam mengandung pagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi ...

Terima Kasih Dokter Thomas

#Koas FK UGM Ilmu Penyakit Dalam RSUD Banjarnegara Hari ini tugas refleksi kasus kami rampung *yeay*. Namanya dr. Thomas Effendi spesialis penyakit dalam. Konsulen kesayangan kami di Banjarnegara yang sangat kami hormati. Kebaikan hati beliau disimpan oleh puluhan mungkin ratusan koasnya. Sebut saja dr. Endro, residen penyakit dalam yang dulu koas di tempat yang sama, masih menyimpan kesan betapa baiknya dr. Thomas.                 ‘ One of the best consultant and teacher that I ever met’ terkesan berlebihan memang. Namun, kalau kita tanya ke pensiunan koas IPD Banjarnegara, siapa yang tidak mengiyakan? Kebaikan pertama: sudah jadi omongan langit bahwa koas IPD di Banjar benar-benar menjadi dokter muda. Loh kan situ memang dokter muda?. Yes, tapi tidak melulu dokter muda bisa menjadi dokter muda. Di Banjar, kita benar-benar memanajemen pasien, keputusan kita benar-benar dianggap. Kasarnya hidup matinya...

Unta, Ayah, dan Anak (Cerita Inspirasi)

         Suatu hari di padang pasir yang panas. Seorang ayah, seorang anak, dan seekor unta. Mereka bertiga sedang mengadakan perjalanan jauh. Di awal perjalanan mereka berdua naik unta bersama. Panas hari itu sangat terik. Tiba-tiba mereka menemui sekumpulan orang yang membicarakan mereka "Ih itu bapak sama anak jahat banget ke unta. Panas kaya gini untanya disuruh nahan 2 beban."          Karena komentar itu, akhirnya ayah turun dari unta.Membiarkan anaknya yang menaiki unta sendirian. Namun, tak lama kemudian mereka kembali menemui sekumpulan orang yang membicarakan mereka "Ih itu anak jahat banget sama bapaknya, masa bapaknya di suruh jalan, anaknya enak naik unta."          Mendengar komentar tak sedap, sang anak akhirnya turun dari unta. Mempersilahkan ayahnya untuk menaiki unta. Berharap tak menemui sekumpulan orang yang membicarakan mereka lagi. Namun, lagi-lag...