Puluhan kilometer jarak dari Cimanggis menuju Rawamangun kutempuh. Genap tiga tahun aku bersekolah di sini, SMP Labschool Jakarta. Rumah keduaku ini dipenuhi anggota keluarga yang beragam, tak kalah dengan ragamnya suku di Indonesia. Uniknya, mereka selalu saja dapat membuat hariku penuh warna. Celotehan bersama kami seringkali membuat lantai dan meja protes, karena suara tawa kami yang berisik atau pukulan tangan kami yang keras sambil tertawa terbahak.
Hari ini adalah hari pengambilan ijazah SMP. Tak terasa ini adalah akhir perjalananku sebagai murid putih biru. Tentunya aku akan merindukan kisahku di sini bersama teman-temanku dan pahlawan-pahlawanku. Pahlawan tanpa tanda jasaku di SMP Labschool, mereka merupakan pahlawan yang unik. Selalu mempunyai cara tersendiri yang tak jarang membuatku terpingkal. Perjalanan dari rumahku ke sekolah untuk mengambil ijazah cukup memakan waktu. Kesempatan kali ini akan aku isi dengan menelusuri kembali buku kehidupan periode 2008/2009 mengingat langkah-langkahku sebelum kututup buku ini dengan tinta perpisahan.
Dimulai dari belakang, ternyata ujian praktek mengisi lembaran akhir. Tanpa panjang lebar aku masuk ke dalam lembaran tersebut, aku melihat sebuah ruangan yang cukup luas berpintu kayu. Pintu tersebut aku buka dan dentingan piano menyambutku. Bangku-bangku berjejer di depan sebuah panggung kayu sederhana, tiga buah bangku khusus yang ditemani dua meja kayu memimpin jejeran bangku tersebut Terletak diatas meja dua buah gelas plastik tanpa tutup berisi kertas yang sudah terlipat rapih. Kertas tersebut adalah kertas undian lagu wajib nasional.
Tiba saatnya sepuluh orang terakhir, hal menarik kulihat disini. Seorang laki-laki jangkung berkulit putih dengan muka oval dan rambut tipis sedang menyanyikan lagu Indonesia Pusaka, Widi namanya. Dari kejauhan aku melihat temanku bernama Nia sedang berekspresi tidak biasa. Nia yang notabenenya merupakan wanita kuat dengan tubuh berisi dan rambut sebahu, ternyata sedang menangis.
Menangis terharu mendengar nyanyian merdu Widi. Berita ini tersebar ke telinga teman-teman yang lain, kami semua bercanda sambil meledek Nia karena sampai menangis mendengar Widi bernyanyi.
Menangis terharu mendengar nyanyian merdu Widi. Berita ini tersebar ke telinga teman-teman yang lain, kami semua bercanda sambil meledek Nia karena sampai menangis mendengar Widi bernyanyi.
“Cieeee Niaaaaa, sampe nangis gitu dengerin Widi nyanyi. Cie cie uhuy piuwit” Seru Fadil dengan nada meledek.
“Apasiih diilll” Jawab Nia dingin.
Entah mengapa kami semua tertawa. Inilah kelas kami, bernama 9Carnivale. Satu untuk semua, semua untuk satu. Satu tangisan untuk dibincangkan satu kelas, satu tawa mengundang tawa lainnya. Lembaran berikutnya mengisahkan ujian sekolah. Kali ini aku berada di lantai tiga, bersama ke-40 temanku yang akan dibagi menjadi dua ruangan. Bel tanda masuk berbunyi, hari ini adalah pelajaran Keterampilan Jasa Perniagaan. Membuat laporan akutansi kami lakoni dengan waktu dua jam.
Ternyata waktu dua jam terlalu lama untuk salah satu temanku bernama Fajar, seorang laki-laki bertubuh mungil yang mempunyai tingkah laku unik. Dengan mudahnya ia selesaikan laporan akutansi dan memulai sebuah aktivitas baru yang mengundang decak tawa kami seruangan. Tidur merupakan hal biasa dalam ujian, tapi tidur sambil bersujud ria lain ceritanya. Dimulai dengan posisi start tidur duduk, tak lebih dari lima menit dihabiskan untuk mengubah posisi menjadi tidur berlutut. Bak serial komedi Pak Bean yang tertidur di tengah ceramah. Uniknya lagi, tak satu pun pengawas menyadari hal itu. Fajar pun tertidur lelap sambil berlutut dan memejamkan mata. Pada akhirnya tawa kamilah yang melapor pada pengawas. Setelah ditegur, Fajar menggunakan bangku sebelahnya yang kosong untuk alas tidur dengan posisi tiduran, lututnya pun dapat beristirahat dengan tenang.
Bel tanda ujian selesai berbunyi. “Oy Jar, asik ye tadi mimpi apaan tuh tadi” Fadil menyapa Fajar yang baru saja keluar rungan.
“Ahahaha ngantuk Dil ngantuk” Jawab Fajar.
“Ya gue juga ngantuk kali tapi jangan sampe berlutut gitudong” Seru Fadil meledek.
“Hahahaha iye dil iye” Jawab Fajar sambil tertawa.
Kulanjutkan lembaran berikutnya, teryata memuat Ujian Nasional. Tak banyak hal yang terjadi dalam tiga hari ini, selain ketegangan yang mewarnai kelasku. Namun, ujian kali ini terasa berbeda bagi SMP Labschool. Suatu hal yang terjadi tahun lalu membuatnya berbeda. Hal yang membuat bukuku menjadi bau gosong.
Lembaran berikutnya mengusung cerita tentang Pendalaman Materi. Hal-hal lucu nan unik senantiasa menemani. Berawal dari ketidakhadiran seorang guru bahasa inggris. Tiba-tiba datang seorang guru. Akan tetapi, bukan guru bahasa Inggris yang datang. Kali ini guru matematika bernama Pak Yudhi Rochman yang akrab disapa Pak Yuro. Laki-laki bertubuh tegap, berisi, dan berkulit sawo matang. Janggut dan kumis brewok menghiasi wajahnya bersama kacamata kotak miliknya. Di balik tubuh tegapnya tersebut tersimpan kepribadian penuh senyum dan humor.
“Lah kok bapak yang masuk? Kan bahasa inggris pak sekarang” Seru semua anak.
“Lah gapapa dong, guru matematika juga bisa bahasa inggris kali” Jawab Pak Yudhi.
“Jadi bapak ngajarin kita bahasa inggris nih?” Tanya anak-anak lugu.
“Iya bapak akan mengajarkan bahasa inggris, bahasa inggris di dalam matematika” Jawab Pak Yudhi sambil cekikikan.
“Yaaah bapaaak” Balas murid sambil merengut.
Matematika dua jam membuat jenuh para murid. Guru kami yang satu ini punya mantera tersendiri untuk menghilangkan kejenuhan.
“Handphone kamu geter gak?” Tiba-tiba Pak Yuro bertanya ke Widi.
“Hah? Nggak pak...” Jawab Widi kebingungan.
“Tapi kok hatiku bergetar ya karena liat kamyuuu...” Cetus Pak Yuro.
“HAHAHAHAHA Widi kena!” Sahut kami sambil tertawa terbahak melihat widi menahan senyum.
“Rumah kamu ada pagernya gak?” Lanjut Pak Yuro.
“Nggak ada pak, rumah saya pake sensor.” Jawab anak-anak dengan ngasal.
“Jadi rumah kamu ada pagernya gak?” tanya Pak Yuro sama.
“Iya pak ada, plus satpamnya hahahaha” Jawab anak-anak kali ini.
“Pantesan aja aku gak bisa menggapai hati kamyuuu..” Jurus Pak Yuro pun keluar.
“Papah kamu astronot ya?” Tanya Pak Yuro lagi.
“hah?” Kami pun hanya kembali tercengang.
“Pantesan aja aku bisa liat bintang-bintang di mata kamyuuuu” Cetus Pak Yuro dengan nada genit.
Kami pun tertawa terpingkal mendengar gombalan-gombalan Pak Yuro, jam bahasa inggris kami kali ini diisi dengan sastra bahasa Indonesia subbab menggombal.
“Eh aku tau kenapa pas kamu lahir malaikat-malaikat pada nangis” Sahut Doni ke Aya dengan keras seolah tak ingin kalah dengan Pak Yuro.
“Lah, kenapadeh don?” Balas Aya bingung.
“Soalnya salah satunya telah turun ke bumiiii” Cetus Doni sambil cekikikan.
Doni merupakan temanku yang juga jago menggombal, memiliki badan kurus, kacamata kotak, dan hobi melawak. Ia merupakan teman yang sangat seru, sama halnya dengan Aya. Wanita bertubuh kurus dan energik ini suka mengisi harinya dengan penuh lawakan. Kali ini aku ambil giliran.
“Kaki kamu gak pegel ya? Seruku ke Aya membalas Doni.
“Hmm gak tuh, kenapa emangnya?” Jawab Aya.
“Soalnya tadi malam kamu mondar mandir terus di mimpikuuuu” Balasku sambil cekikikan.
Bel berbunyi tanda pendalaman materi telah usai. Kali ini kami keluar ruangan dengan tawa yang masih menghantui. Setelah keluar ruangan, aku pun ikut keluar dari lembaran pendalaman materi menuju ke lembaran selanjutnya. Di lembaran selanjutnya tertulis sebuah judul “Segelas canda 9C”.... Lanjut ke part.2 :) Cerita akan bertambah seru :D enjoy it
silahkan di comment kritik dan sarannya :) Terima kasih
BalasHapusmaaf ya gah gue kepoin blog lo hahahha, abis liat foto-foto 9C di fb eh malah iseng wkwkwk~ kangen SMP nih accidentaly~ :D -MRS/25/9C-
BalasHapusApa yg salah dengan ngepoin blog org ._. Kecuali kalo lo nyebar aib karna ngepo, atau lo..... Ngepoin org lagi mandi^^. Karna lo gw jd baca ulang post-nya kan wkwk, jadi kangen jg nih... Kangen kehangatan guru ngegombal main bola. Hal2 yg udh jarang gw temuin di kuliah :). - AMGAH/01/9C. P.s: curang lo ye MRS jarang yg tau, gw amgah panggilan gw itu
BalasHapusHahaha kemungkinan yg baca pun 1/99999999999999 tau :p iyaaa makanya ituuu, adek gue baru mau smp trus mau lanjut di labs, jd bikin nginget jaman smp dlu :3 apalagi klas 3 saat keabsurdan terjadi pd semua dimensi. 9c lah juaraaaaa~~~ *setelah PA hehee* yasuuddd semoga sooner or later ada reuni LDXV deh yaa, even mostly kalian di SMA Labs, but who dont miss me? *LoL hahahaha jijay bgt we*
BalasHapus