Langsung ke konten utama

Analogi Bersama Bu Darmi

      Pelajaran terakhir di Hari Jumat, Bahasa Indonesia. Kali ini membahas tentang induktif. Bagaimana suatu paragraf mempunyai kalimat pokok di akhir (kalau salah maaf ya..) Yak jadi singkatnya, paragraf induktif yang dibahas mempunyai 3 tipe. 1. Generalisasi 2. Analogi 3. Sebab akibat / akibat sebab.
Langsung ke analogi yaa..
     "Beberapa tahun lalu, ada murid yang romantis sekali, persis seperti ibu." pembukaan Bu Darmi ketika menjelaskan tentang analogi
      "Cieelaah bu Darmi. Emang muridnya bilang apa bu?" Salah satu murid bertanya penasaran
      "Cinta itu seperti pasir.. Ketika pasir digenggam terlalu kuat, pasir tersebut perlahan akan hilang sedikit demi sedikit. Begitu pula cinta, bila digenggam terlalu kuat akan hilang. Tapi bila dipegang dengan hati-hati dan lembut, pasir akan tetap berada di tangan, seperti halnya cinta"  Jelas bu Darmi kepada murid-muridnya
      Analogi induktif merupakan sebuah paragraf yang berisi perbandingan yang mempunyai banyak kesamaan. Banyak sekali contoh analogi. Sebut saja "Hidup ini berputar seperti roda, terkadang di atas, terkadang di bawah." Namun.. Aku kurang setuju dengan analogi tersebut, aku lebih suka jika menjadi "Hidup ini seperti lift, kadang di atas, kadang di bawah"
      Roda berputar terus di bawah mobil, mana ada roda yang ditaruh di atas. Semua roda di bawah. Manusia memang harus rendah hati, tapi tidak boleh rendah diri. Gimana kalau diganti "Hidup ini berputar seperti gerigi Big Ben London, kadang di atas, kadang di bawah" Lebih keren kaya gitu ya, terus gerigi Big Ben juga di atas. Seperti manusia yang harus meninggikan kebaikan.
        Kembali ke kelas.. Tiba-tiba seorang murid nyeletuk "Cinta itu seperti angkot bu! Jika 1 lewat, angkot lain akan datang menghampiri" Sani menjelaskan sebuah analogi baru yang lucu. Seisi kelas tertawa terbahak.
       Wah.. tiba-tiba aku teringat sebuah analogi "Relationship is like glass. Sometimes it is better to leave them broken than try to hurt yourself putting it back"
       Ada lagi analogi yang terlontar ketika pelajaran telah usai "Kalau orang lagi kasmaran.. pup kucing berasa coklat" Hadeh-_- ini analogi yang aneh...
      Sebelum pulang kami diberi tugas untuk menulis paragraf yang berisi induktif analogi.. Salah satu karangan murid yang kubaca seperti ini
      "Masalah dan pemecahannya itu seperti langit dengan bintang. Langit tak selalu diterangi bintang. Kadang langit gelap hitam pekat, sepi sunyi. Seperti masalah yang kadang mendera kehidupan kita. Akan tetapi... Suatu saat bintang akan menerangi, membuat langit tersebut kembali cerah dan langit pun tersenyum bersama bintang. Seperti pertolongan Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, membuat masalah kita menjadi cerah, senyum pun kembali hadir dalam kehidupan :)"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi ...

Terima Kasih Dokter Thomas

#Koas FK UGM Ilmu Penyakit Dalam RSUD Banjarnegara Hari ini tugas refleksi kasus kami rampung *yeay*. Namanya dr. Thomas Effendi spesialis penyakit dalam. Konsulen kesayangan kami di Banjarnegara yang sangat kami hormati. Kebaikan hati beliau disimpan oleh puluhan mungkin ratusan koasnya. Sebut saja dr. Endro, residen penyakit dalam yang dulu koas di tempat yang sama, masih menyimpan kesan betapa baiknya dr. Thomas.                 ‘ One of the best consultant and teacher that I ever met’ terkesan berlebihan memang. Namun, kalau kita tanya ke pensiunan koas IPD Banjarnegara, siapa yang tidak mengiyakan? Kebaikan pertama: sudah jadi omongan langit bahwa koas IPD di Banjar benar-benar menjadi dokter muda. Loh kan situ memang dokter muda?. Yes, tapi tidak melulu dokter muda bisa menjadi dokter muda. Di Banjar, kita benar-benar memanajemen pasien, keputusan kita benar-benar dianggap. Kasarnya hidup matinya...

Koas Penyakit Dalam FK UGM

Koas Ilmu Penyakit Dalam FK UGM Halo semua pembaca! lama tidak berjumpa di ruang maya ini. Semoga teman-teman, bapak, ibu, semuanya dalam keadaan sehat. Kali ini aku ingin bercerita tentang stase besar terakhirku. Kisah nano-nano yang tak terlupakan, tentunya tiap bagian hidup kita memiliki keunikan dan spesialnya masing-masing. Ini kisahku Sepuluh minggu tulang punggung dokter umum. Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap bagian lain, IPD memang menyumbang peran besar. Sewajarnya punggawa ilmu penyakit dalam (IPD) menginginkan koasnya pintar-pintar. Berbagai program telah disiapkan oleh dosen-dosen kita yang luar biasa. Program pertama adalah bimbingan koas. Aku rasa tidak ada cerita khusus di bimbingan koas. Tips belajar sebelum stase?  Maaf ya menurutku pribadi tidak perlu. Saranku perdalamlah ilmu yang disukai; ilmu jual beli yang baik? ilmu agama? ilmu-ilmu yang bermanfaat yang mau diamalkan. Manfaatnya dobel; manfaat belajar + manfaat mengamalkan. Mengapa tidak perlu bel...