拝啓 Di suatu senja ketika matahari mulai terbenam, sebagai koas yang tengah jaga malam aku seperti biasa pergi ke bangsal. Koas pun menyapa "sore pak/sore bu" namun tak ada balasan, dilihat pun tidak. "pak/bu saya di sini loh. saya di sini" dalam hati. Adakah selama ini aku menyapa sendiri? yah bertepuk sebelah tangan. Baiknya senyumin aja, siapatahu yang disapa sedang ada masalah besar atau pernah disakiti oleh koas (jangan salah, banyak juga koas kurang ajar soalnya). Fenomena macam itu sejujurnya cukup sering saya alami sebagai koas, namun perlu penilitian lebih lanjut. Hipotesa saya dari 10 sapaan, ada sekitar 3-4 yang pungguk merindukan bulan. tapi yang saya sayangkan, fenomena tersebut malah mendorong koas untuk berhenti menyapa duluan. Apakah karna takut cinta tak berbalas? atau ada faktor lain? beberapa bilang "buat apa nyapa tapi dijutekkin?" Benar juga sih. Aku pun kadang enggan menyapa karena takut. Padahal, kadang rezeki dimulai dari sapaan,...